Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Iwa Kusuma Sumantri

Profil Iwa Kusuma Sumantri | Merdeka.com

Iwa Kusuma Sumantri lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 31 Mei 1899, ia adalah seorang tokoh yang membangun bangsanya dari banyak segi. Sejak berstatus menjadi pelajar, ia aktif di dalam kegiatan organisasi. Ia aktif diorganisasi Tri Koro Darmo yang selanjutnya berganti nama menjadi Jong Java. Indonesisch Vereniging adalah organisasi yang diikuti Iwa semasa ia hidup di Belanda, atas usulnya pula, organisasi tersebut berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), dan ia menjadi ketua saat itu.

Ahli hukum ini, memulai mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School, kemudian dilanjutkan ke HIS (Hollandsch Inlandsche School), Iwa sempat sempat dimasukkan ayahnya ke sekolah calon amtenar, yaitu OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren) di Bandung. Namun tidak bertahan lama, ia keluar karena tidak sesuai dengan cita-cita dan hati nuraninya. Pada tahun 1916 ia masuk ke sekolah hukum (Recht School), 5 tahun waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan studinya. Setahun kemudian ia ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Leide.

Setibanya Iwa Kusuma Sumantri di Indonesia, ia membuka kantor pengacara di Bandung, Jakarta, Medan. Ia juga menerbitkan surat kabar bernama Matahari Indonesia. Namun, pada Juli 1929, akibat tulisan tulisannya yang tajam di surat kabar yang diterbitkannya itu, ia harus mendekam di penjara Medan selama satu tahun. Kemudian dipindahkan ke Jakarta untuk diasingkan ke Bandaneira. Akhir Februari 1941, Iwa dipindahkan dari Bandaneira menuju Makassar.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Menteri Sosial di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Namun, masa jabatan tidak bertahan lama, karena adanya perubahan sistem pemerintahan menjadi sistem parlementer. Ia ditangkap pada tahun 1946, karena terlibat peristiwa dalam Peristiwa 3 Juli 1946 bersama Mohammad Yamin, Subardjo, dan Tan Malaka.

Setelah menjalani hukumannya, ia sekali lagi menjabat sebagai menteri, tapi kali ini ia dipercaya sebagai Menteri Pertahanan. Setelah tidak menyandang jabatan sebagai menteri, tahun 1957 Iwa menjadi rektor Universitas Padjadjaran Bandung, lalu pada tahun 1961 menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung merangkap juga menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.

Ia meninggal pada 27 September 1971, setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena menderita penyakit jantung. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Karet. Pada masa pemerintahan Megawati, Iwa diakui sebagai Pahlawan Nasional.

Riset dan analisa oleh Dewi Ratnaningtyas.

Profil

  • Nama Lengkap

    Iwa Kusuma Sumantri

  • Alias

    Iwa

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Ciamis, Jawa Barat, Indonesia

  • Tanggal Lahir

    1899-05-31

  • Zodiak

    Gemini

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Emma Puradireja, Anna Ivanova, Kuraesin Argawinata

  • Biografi

    Iwa Kusuma Sumantri lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 31 Mei 1899, ia adalah seorang tokoh yang membangun bangsanya dari banyak segi. Sejak berstatus menjadi pelajar, ia aktif di dalam kegiatan organisasi. Ia aktif diorganisasi Tri Koro Darmo yang selanjutnya berganti nama menjadi Jong Java. Indonesisch Vereniging adalah organisasi yang diikuti Iwa semasa ia hidup di Belanda, atas usulnya pula, organisasi tersebut berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), dan ia menjadi ketua saat itu.

    Ahli hukum ini, memulai mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School, kemudian dilanjutkan ke HIS (Hollandsch Inlandsche School), Iwa sempat sempat dimasukkan ayahnya ke sekolah calon amtenar, yaitu OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren) di Bandung. Namun tidak bertahan lama, ia keluar karena tidak sesuai dengan cita-cita dan hati nuraninya. Pada tahun 1916 ia masuk ke sekolah hukum (Recht School), 5 tahun waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan studinya. Setahun kemudian ia ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Leide.

    Setibanya Iwa Kusuma Sumantri di Indonesia, ia membuka kantor pengacara di Bandung, Jakarta, Medan. Ia juga menerbitkan surat kabar bernama Matahari Indonesia. Namun, pada Juli 1929, akibat tulisan tulisannya yang tajam di surat kabar yang diterbitkannya itu, ia harus mendekam di penjara Medan selama satu tahun. Kemudian dipindahkan ke Jakarta untuk diasingkan ke Bandaneira. Akhir Februari 1941, Iwa dipindahkan dari Bandaneira menuju Makassar.

    Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Iwa Kusuma Sumantri diangkat menjadi Menteri Sosial di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Namun, masa jabatan tidak bertahan lama, karena adanya perubahan sistem pemerintahan menjadi sistem parlementer. Ia ditangkap pada tahun 1946, karena terlibat peristiwa dalam Peristiwa 3 Juli 1946 bersama Mohammad Yamin, Subardjo, dan Tan Malaka.

    Setelah menjalani hukumannya, ia sekali lagi menjabat sebagai menteri, tapi kali ini ia dipercaya sebagai Menteri Pertahanan. Setelah tidak menyandang jabatan sebagai menteri, tahun 1957 Iwa menjadi rektor Universitas Padjadjaran Bandung, lalu pada tahun 1961 menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung merangkap juga menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.

    Ia meninggal pada 27 September 1971, setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo karena menderita penyakit jantung. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Karet. Pada masa pemerintahan Megawati, Iwa diakui sebagai Pahlawan Nasional.

    Riset dan analisa oleh Dewi Ratnaningtyas.

  • Pendidikan

    • OSVIA (Opleiding School voor Indische Ambtenaren) di Bandung
    • Recht School (Sekolah Hukum) di Jakarta
    • Ilmu Hukum di Universitas Leide

  • Karir

    • Penasehat Persatuan Montir dan Pekerja Bengkel (Persatuan Motoris Indonesia)
    • Menteri Sosial dalam kabinet presidensial pertama
    • Anggota DPR pada periode RIS
    • Menteri Pertahanan dalam Kabinet Ali Sastromidjojo
    • Rektor Universitas Pajajaran, Bandung
    • Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan
    • Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

  • Penghargaan

    • Gelar Pahlawan Nasional Indonesia

Geser ke atas Berita Selanjutnya