5 Jenis Hujan yang Biasa Terjadi di Sekitar Kita, Menarik untuk Dipahami
Merdeka.com - Indonesia adalah negara tropis yang memiliki dua musim yang biasa terjadi, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Karena hanya terdapat dua musim di negara ini, maka orang Indonesia akan mengalami musim hujan atau pun kemarau dalam jangka waktu yang lama.
Hujan sudah menjadi hal yang biasa dialami oleh masyarakat Indonesia. Curah hujan di Indonesia sendiri bisa menjadi sangat tinggi hingga dapat menyebabkan banjir.
Dilansir dari liputan6.com, proses terjadinya hujan berkaitan dengan gradien suhu dan kadar air udara yang merupakan penentu utama karakteristik hujan yang jatuh pada waktu dan tempat tertentu. Di sisi lain, pola angin dan topografi juga dapat mempengaruhi curah hujan.
-
Air hujan bentuknya seperti apa? Ketika udara yang sudah hangat dan lembab naik menjauh dari permukaan bumi, ia mendingin, lalu uap air yang ada di udara mengembun membentuk awan. Tergantung pada ketinggian dan suhu udara di sekitarnya. Awan mungkin terdiri dari kristal es kecil atau tetesan air.
-
Apa itu hujan? Hujan adalah fenomena alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
-
Bagaimana hujan terjadi? Proses hujan melibatkan siklus air, di mana air menguap dari permukaan bumi, kemudian terkondensasi menjadi awan, dan akhirnya jatuh kembali ke bumi dalam bentuk tetesan air.
-
Bagaimana air hujan turun ke bumi? Ketika tetesan awan mencapai ukuran dan berat yang mampu menahan gaya termal yang menariknya ke atas, mereka mulai berjatuhan. Meskipun semua awan mengandung sejumlah uap air, hujan hanya turun dari sebagian saja, sedangkan sisanya menguap begitu saja ke langit.
-
Apa itu Cuaca Hujan? Cuaca hujan adalah kondisi cuaca di mana atmosfer memproduksi air dalam bentuk cair dan jatuh ke permukaan bumi.
-
Kenapa air hujan turun dalam bentuk tetesan? Jumlah air yang terkandung dalam tetesan awan kira-kira satu juta kali lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah air hujan yang cukup besar untuk jatuh ke bumi tanpa segera menguap (diameter rata-rata adalah ~0,012 mm). Tidak peduli seberapa derasnya hujan; ukuran rata-rata satu tetes hanya berdiameter sekitar 5 milimeter. Nah itulah kenapa air hujan turun dalam bentuk tetesan.
Ketika kita melihat hujan, yang tampak hanyalah butiran-butiran air yang jatuh dari langit. Meskipun terlihat sama, ternyata hujan juga memiliki berbagai jenisnya tersendiri.
Berikut ini, merdeka.com sajikan jenis-jenis hujan yang biasa terjadi di sekitar kita.
Hujan Konvektif
©2018 Merdeka.com/Pixabay
Jenis hujan yang pertama adalah hujan konvektif. Hujan konvektif terbentuk oleh adanya perbedaan panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas permukaan tanah tersebut. Ciri-ciri dari jenis hujan konvektif biasanya berupa intensitas yang tinggi, berlangsung relatif cepat, dan mencakup wilayah yang tidak terlalu luas.
Hujan konvektif ini terjadi ketika udara secara alami naik ketika memanas, dan mendingin ketika mencapai ketinggian yang lebih tinggi. Udara dingin yang tidak dapat menampung kelembaban sebanyak udara hangat, membuat uap air mengembun menjadi awan yang dikenal sebagai awan kumulus. Nantinya, awan yang menjadi begitu sarat dengan kelembaban, akan mengakibatkan hujan mulai turun.
Ini bisa terjadi di atas tanah atau air selama ada kelembapan. Ketika terjadi di atas lautan tropis, di mana udara dipenuhi dengan air, panas yang menyengat dapat menyebabkan arus konvensi ke atas dengan kuat. Kombinasi angin dan kelembaban dapat menciptakan badai.
Hujan Orografis
©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Petr Malyshev
Jenis hujan yang kedua adalah hujan orografis. Hujan orografis merupakan hujan yang biasa terjadi di daerah pegunungan.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan ini muncul karena naiknya udara yang mengandung uap air ke atas sehingga menyebabkan terjadinya penurunan suhu di atas gunung dan kemudian terkondensasi hingga pada akhirnya menyebabkan terjadinya hujan. Hujan inilah yang dinamakan sebagai hujan orografis.
Ketika udara yang sarat akan kelembaban bertemu dengan pegunungan, udara dipaksa untuk naik. Kemudian mendingin pada ketinggian yang lebih tinggi, dan mengembun air keluar dari udara sehingga menciptakan curah hujan. Jika suhu menjadi cukup dingin, presipitasi akan turun seperti salju.
Hujan Frontal
©2018 Merdeka.com/Pixabay
Jenis hujan yang ketiga adalah hujan frontal. Pertemuan massa besar dari udara dingin dan massa besar dari udara hangat disebut front. Pertemuan itu nantinya akan menghasilkan turbulensi.
Hujan frontal tentunya mempunyai suatu pengertian khusus yang membuatnya berbeda dengan curah hujan lainnya. Pengertian dari hujan frontal sendiri adalah hujan yang terjadi karena diakibatkan adanya dua pertemuan massa udara yang berbeda, yakni massa udara panas dan massa udara dingin. Karena perbedaan massa udara yang bertemu inilah maka terjadilah pendinginan secara mendadak hingga terjadilah kondensasi yang kemudian menjadi hujan frontal.
Dalam hujan frontal, digambarkan proses terjadinya melalui udara hangat yang naik di atas udara dingin dan membentuk awan besar ketika dingin, serta uap air mengembun. Badai petir bersamaan dengan kilat, biasanya terjadi bersama dengan hujan ini dan bertahan beberapa menit hingga hitungan jam. Biasanya hujan frontal ini terjadi di sekitaran daerah lintang sedang, di tempat terjadinya pertemuan dua massa yang berbeda.
Hujan Muson
shutterstock
Jenis hujan yang keempat adalah hujan muson. Kombinasi panas matahari dan rotasi bumi menciptakan pita angin timur pada 30 derajat lintang utara dan selatan. Angin ini bertiup sepanjang tahun, tetapi mereka berubah arah seiring bergantinya musim. Pergeseran musiman ini disebabkan karena terjadinya hujan muson yang jatuh di India, Asia Tenggara, dan tempat-tempat lain.
Jenis hujan ini akan sering turun karena angin ini berhembus selama 6 bulan, sehingga membuat negara Indonesia akan mengalami musim penghujan. Angin muson yang menyebabkan hujan ini adalah angin muson barat. Angin muson barat ini berhembus dari daerah benua Asia menuju ke Benua Australia.
Angin muson yang berhembus dari benua Asia ke Australia ini melewati banyak sekali samudera dan berurutan luas sehingga akan menciptakan banyak uap air yang akhirnya menjadi hujan.
Hujan Buatan
Jenis hujan yang kelima yaitu hujan buatan. Hujan jenis ini mungkin sudah tidak asing bagi Anda. Hujan buatan merupakan hujan yang terjadi karena adanya campur tangan manusia dalam prosesnya.
Hujan buatan adalah hujan yang dimanipulasi. Manusia memanipulasi keadaan fisik pada atmosfer di suatu daerah. Lebih tepatnya, manusia memanfaatkan proses tumbukan dan penggabungan awan atau ice nucleation. Namun, hujan buatan yang turun biasanya lebih sedikit daripada hujan yang terjadi secara alami. (mdk/ank)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada penjelasan lengkap mengapa hujan turun berbentuk tetesan, bukan sekaligus air besar turun dari langit.
Baca SelengkapnyaSebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaFakta tentang hujan yang menarik disimak. Salah satunya ternyata tetesannya tak berbentuk air mata.
Baca SelengkapnyaPenjelasan kenapa pelangi hanya terlihat 7 warna. Tidak ada warna hitam dan putih.
Baca SelengkapnyaWarna petir dipengaruhi oleh beberapa faktor, dengan suhu petir menjadi salah satu yang paling utama.
Baca SelengkapnyaKumpulan kata diksi hujan yang menyentuh hati dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaUntuk memahami lebih dalam tentang cuaca, kita perlu menjelajahi pengertian cuaca itu sendiri, unsur-unsur, dan bagaimana dampaknya bagi manusia.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaIntip fakta unik tentang pelangi berikut ini! Apa saja itu?
Baca SelengkapnyaVideo ini kerap muncul di media sosial. Apakah fenomena alam ini nyata?
Baca SelengkapnyaTeka-teki ini menggambarkan sesuatu yang ada di alam, tetapi memiliki siklus hidup yang unik.
Baca SelengkapnyaBanjir merupakan bencana alam yang dapat menimbulkan dampak negatif yang luas dan serius bagi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian.
Baca Selengkapnya