Ternyata China Punya Senjata Sakti buat Jatuhkan Ekonomi AS, tapi Jika Digunakan Bisa Bikin 'Buntung'
Strategi alternatif China lawan perang dagang AS yang ditaksir mampu bikin kelabakan.

Perang dagang Amerika Serikat dan China mencapai babak baru usai Presiden Donald Trump menaikan tarif hingga 145 persen. Sebaliknya, China ikut membalas dengan pajak 125 persen terhadap barang-barang AS.
Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (16/4) hubungan dagang keduanya semakin memanas usai Trump menghentikan tarif pada sebagian besar negara selama 90 hari. Namun, tidak ada nama China di dalam daftar tersebut.
Melihat adanya ketegangan di antara keduanya, Kementerian Perdagangan China pada minggu lalu mengatakan bersedia untuk meladeni kelicikan AS dan menuduh telah melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Senjata Sakti China Lumpuhkan AS
China disebut bisa mengandalkan utang AS. Menurut informasi, China merupakan pemegang utang AS terbesar kedua atau dikenal sebagai surat utang pemerintah dengan jumlah $760 miliar.
Surat utang AS juga menjadi destinasi utama sejumlah negara, karena dianggap sebagai mata uang standar dalam perdagangan internasional sekaligus investasi berisiko rendah.
Menurut data dari Departemen Keuangan AS, China berada di posisi kedua setelah Jepang, yang memegang utang AS senilai $1 triliun. Alasan tersebut yang membuat China bisa mempersenjatai diri dengan mengajukan kepemilikan Treasury AS kemudian menjualnya.
Artinya, China akan menjual kepemilikan Treasury dengan harga lebih rendah dari nilai sebenarnya. Strategi itu dinilai efektif lantaran jumlah utang AS yang dimiliki China akan mendevaluasi dolar AS.
“Ketika hambatan tarif menjadi sangat ketat sehingga kita tidak lagi dapat mengakses pasar satu sama lain, satu-satunya sumber eskalasi menjadi semacam alat pembalasan yang semakin meningkat seperti menjual utang AS dengan harga lebih rendah dari nilai sebenarnya untuk mendevaluasi dolar," kata Alex Jacquez, kepala kebijakan dan advokasi di lembaga pemikir ekonomi, Groundwork Collaborative.

Ancaman Kerugian China
Pandangan lain disampaikan oleh seorang profesor akuntansi, perpajakan, dan hukum di Universitas New Haven, James Mohs yang mengatakan bahwa keadaan bisa lebih buruk jika China membeli lebih banyak utang yang mungkin diterbitkan AS.
"Jika kita harus menerbitkan lebih banyak utang, itu akan melemahkan struktur ekonomi kita. Tentu saja, itu mungkin akan melemahkan dolar karena itu adalah jumlah utang berlebih," kata Mohs dikutip dari Al Jazeera.
Meski cara itu dapat menjadi senjata pamungkas, belum diketahui apakah China akan menempuh cara itu dengan menjual obligasi pemerintah.
Apalagi kebijakan itu akan merugikan China sama besarnya, dengan mendevaluasi aset dolarnya dan memperkuat yuan. Hal tersebut akan merugikan output ekonomi global dan domestik karena akan membuat ekspor China lebih mahal.
China tidak menginginkan mata uangnya pada nilai yang lebih tinggi karena dolar AS adalah standar perdagangan global, yang berarti bahwa China akan menghasilkan lebih banyak uang dari mata uang negara lain daripada mata uangnya sendiri.
Akan tetapi, kepemilikan banyak utang AS senilai $3 triliun antara bank negara dan domestik, China secara otomatis memiliki pengaruh terhadap nilai dolar.