Kisah Hendra Disabilitas Netra yang Jadi Guru di Sekolah Negeri Bandung, Berhasil Dobrak Stigma
Hendra berhasil mendobrak stigma bahwa guru penyandang disabilitas hanya bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus.
Hendra berhasil mendobrak stigma bahwa guru penyandang disabilitas hanya bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus.
Kisah Hendra Disabilitas Netra yang Jadi Guru di Sekolah Negeri Bandung, Berhasil Dobrak Stigma
Sebagai disabilitas netra tak menyurutkan semangat Hendra untuk mencerdaskan anak-anak. Pria kelahiran Tasikmalaya 32 tahun lalu itu nyatanya mampu menjadi pengajar bahasa Indonesia di SMPN 4 Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Siapa sosok pahlawan di bidang pendidikan di Mandailing Natal? Sosok yang satu ini adalah pahlawan di bidang pendidikan khususnya daerah Mandailing Natal, Sumatra Utara.
-
Bagaimana Nurul Indarti bisa jadi Guru Besar? Atas berbagai gelar yang ia terima, Nurul mengaku dia banyak dimudahkan dalam setiap proses yang ia jalani hingga sampai di titik ini.'Terutama karena keluarga saya sangat mendukung. Infrastruktur sosial kekeluargaan saya ini bagus banget untuk mensupport saya berkarier,' kata Nurul dikutip dari Ugm.ac.id.
-
Apa profesi Dhitya Dian Nugraha? Mengikuti jejak sang ayah, Dhitya merupakan alumnus Universitas Indonesia. Namun, perjalanan akademisnya tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan pendidikannya di luar negeri, tepatnya di Universiteit Leiden, Belanda, dari tahun 2017 hingga 2020 dengan mengambil jurusan psikologi.
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Bagaimana Pakdhe Nurdin bisa mendapat hidayah? Pilihan Pakdhe Nurdin untuk meniti jalan hidup menjadi orang yang lebih bersahaja dengan berjualan nasi goreng tak lahir dari proses instan.
Meski awalnya sempat merasa kesulitan mengajar, namun berkat kerja kerasnya semuanya bisa terlewati.
Hendra juga bisa beradaptasi lewat metode pengajaran digital kepada murid-muridnya dengan baik.
Semangatnya dalam mengajar patut dicontoh. Berikut kisah inspiratifnya.
Jadi satu-satunya di keluarga yang menjadi sarjana
Hendra merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Di keluarganya, Hendra jadi satu-satunya yang penyandang disabilitas.
Namun Hendra justru terpacu untuk bisa memperoleh hak pendidikannya, bahkan ia menjadi satu-satunya anak di keluarganya yang menjadi sarjana.
"Alhamdulillah sekarang bisa bergabung jadi guru di SMPN 4 Bandung. Saya merupakan satu-satunya anggota keluarga yang memiliki disabilitas. Namun, saya juga satu-satunya di keluarga yang bisa sekolah sampai sarjana," katanya
Buktikan disabilitas punya kompetensi
Setelah lulus, Hendra mendapat kesempatan untuk menjadi pengajar di SMP 4 Bandung. Ia ingin mengubah paradigma pendidikan. Ia ingin membuktikan bahwa guru disabilitas tidak hanya bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus saja tapi juga bisa di sekolah umum.
Menurutnya, disabilitas bisa memiliki kemampuan yang sama dengan masyarakat lainnya sehingga layak mendapat kesempatan.
"Beberapa tahun ke belakang, disabilitas itu kurang dipercayai. Namun, sekarang kami bisa diberikan kesempatan untuk berkontribusi di dunia masing-masing, seperti saya di dunia pendidikan,” terang lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia itu.
Gunakan media teknologi untuk pembelajaran
Sehari-hari Hendra mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Bandung. Ia juga memanfaatkan teknologi untuk membantu pembelajarannya, yakni menggunakan handphone khusus.
Kesempatan mengajar di SMPN 4 Bandung tidak disia-siakan Hendra, hingga mata pelajaran mampu diberikan dengan baik dan ditangkap oleh muridnya.
"Mungkin awalnya murid-murid di sini bingung. Biasanya yang masuk itu guru normal, tapi kok malah saya. Namun, seiring berjalan, semuanya mencair," bebernya
Kenali muridnya lewat suara
Saat ini Hendra berhasil mendobrak batas, salah satunya kesulitan mencairkan suasana yang sempat ia alami. Namun lambat laun Hendra dan muridnya mampu saling berdaptasi dalam kegiatan belajar mengajar.
"Saya mengajar di dua kelas yang totalnya 70 orang siswa. Bukan hanya mengenal berbagai macam suara, tapi juga karakter anak," akunya.
Tujuan yang ingin dicapainya dalam mengajar adalah ingin mencetak siswa dengan karakter kuat, cerdas, berakhlak kuat dan bermental baja. Ini akan memantik kecerdasan lainnya, setelah kekuatan akhlak terbangun.
Cara mengajar disukai murid-murid
Hafiz, salah satu murid di kelas 9 J SMPN 4 Bandung mengaku senang diajar oleh Hendra. Ia terbantu dan bisa mengerjakan tugas yang diberikan melalui PDF maupun word.
Ini menjadi bukti bahwa Hendra bisa menerapkan teknologi dalam mengajar dengan baik, dan ditangkap dengan mudah juga oleh para siswa dalam memperoleh pelajaran.
"Nanti setelah selesai, langsung dikirim ke Pak Hendra. Pak Hendra cepat sekali periksa tugas-tugas kami. Itu bikin aku jadi semangat buat bikin tugas," terang dia.
Kepala sekolah mengakui kemampuan mengajar Hendra
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 4 Bandung, Asep Nuryana, mengakui kemampuan pengajaran Hendra yang bisa setara dengan guru-guru lainnya.
Bahkan Hendra juga memiliki bakat di bidang lainnya, yang membantu kegiatan belajar mengajar. Hendra menjadi contoh pahlawan pendidikan yang mendobrak batas-batas.
"Beliau bisa membuktikan jika disabilitas mampu berkarya, menjadi seorang guru di sekolah umum. Dia mampu bersekolah di SMA umum dan kuliah di UPI. Ini membuktikan kerja keras atas upayanya yang tak pernah berputus asa," ucap Asep.
Sumber: laman Pemkot Bandung