Melihat Cara Warga Betawi Tempo Dulu Obati Penyakit, Manfaatkan Dedaunan di Sekitar Rumah
Orang Betawi biasa memakai dedaunan untuk mengobati penyakit yang diderita.
Orang Betawi biasa memakai dedaunan untuk mengobati penyakit yang diderita.
Melihat Cara Warga Betawi Tempo Dulu Obati Penyakit, Manfaatkan Dedaunan di Sekitar Rumah
Masyarakat Betawi tempo dulu punya berbagai tradisi, mulai dari budaya bersantap makanan, merayakan hari besar, sampai pengobatan tradisional, seperti yang dilakukan masyarakat di wilayah Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan.
-
Bagaimana orang Sunda memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan? Mereka kemudian meracik ramuan jamu dengan macam-macam tumbuhan, sesuai kebutuhan tubuhnya.
-
Apa saja metode pengobatan kuno? Berikut daftar teknik pengobatan ekstrem yang dipercaya mujarab oleh orang Mesir dan Yunani kuno.
-
Bagaimana cara mengolah daun binahong menjadi obat? Cara Pengolahan Pengolahan daun binahong (Anredera cordifolia) untuk tujuan pengobatan telah dieksplorasi dalam berbagai penelitian, dan metode pengolahannya seringkali mempengaruhi kemanjuran senyawa bioaktifnya. Berikut beberapa cara mengolah daun binahong secara efektif:Rebusan (Rebusan atau Perebusan)Salah satu cara yang paling umum dan tradisional untuk mengolah daun binahong adalah dengan membuat rebusan, yaitu dengan merebus daun binahong dalam air untuk mengekstrak senyawa bioaktifnya. Metode ini banyak digunakan dalam penelitian untuk efek antidiabetes, penyembuhan luka, dan antioksidan.
-
Bagaimana pantangan orang Betawi membantu mempererat relasi sosial? Sebenarnya terdapat pesan tersembunyi di baliknya agar seseorang yang melakoni pantangan bisa mendapat kebaikan dan mempererat relasi sosial.
-
Bagaimana cara menggunakan daun bidara untuk kesehatan? Tidak hanya satu kali, tanaman ini disebutkan dalam beberapa surat di Al-Quran. Salah satunya yang terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Waqi’ah ayat 27-29, yang artinya:“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu (27). Berada di antara pohon bidara yang tak berduri (28),dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya) (29).“ Q.S Al-Waqi’ah: 27-29.
-
Bagaimana budaya Betawi menjaga silaturahmi? Tradisi berlebaran masyarakat Betawi berlangsung hingga pekan ketiga di bulan Syawal. Budaya itu tidak hanya digunakan untuk memperkuat tali silaturahim saja, tetapi juga melanjutkan puasa syawalan.
Sebelum tahun 1990-an, warga di sana masih melestarikan tata cara pengobatan nonmedis yang memanfaatkan berbagai tumbuhan dari alam di sekitar tempat tinggal mereka. Dalam buku berjudul “Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Betawi di Kelurahan Ciganjur” terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebiasaan ini merupakan warisan turun temurun oleh orang tua zaman dulu.
Para anak dan cucu mereka meneruskan tradisi ini sebagai upaya pencegahan awal agar penyakit tak bereaksi lebih lama di dalam tubuh.
Pengobatan dari tumbuh-tumbuhan ini tak hanya mengobati penyakit luar, namun turut mampu meringankan penyakit dalam. Berikut informasi selengkapnya.
Budaya pengobatan Betawi
Menurut buku tersebut, warga Betawi menjalankan pengobatan agar penyakit yang diderita tidak semakin parah. Penggunaan bahan pengobatan dari alam sekitar juga merupakan upaya penanganan cepat, agar kondisi orang yang diobati bisa tetap stabil. Dalam kata lain, ini sebagai penanganan awal sebelum tindakan lanjutan ke fasilitas kesehatan.
Di masa itu, warga juga mengandalkan pengobatan dari rumah ini karena terbatasnya waktu, atau minimnya uang untuk biaya berobat.
Penyakit yang bisa diobati
Beberapa penyakit luar yang bisa diobati secara tradisional oleh masyarakat Ciganjur di antaranya kebotakan, jerawat, luka terkena benda tajam, luka bakar, memar, bengkak, kudis, panu, bisul, mata ikan dan kutil.
Sedangkan untuk penyakit dalam di antaranya demam, sakit kepala, keracunan makanan, sakit lambung, mimisan, batuk pada anak, sariawan, diare, cacingan, sakit ulu hati, radang tenggorokan, flu, campak, epilepsi sampai biduran.
Penyakit-penyakit itu biasanya akan secara bertahap berkurang kondisinya jika dilakukan pengobatan secara tradisional melalui resep dedaunan serta tumbuhan.
Manfaatkan Dedaunan Sekitar
Untuk mengobati penyakit kebotakan, warga Betawi di sekitar Ciganjur biasanya menggunakan beberapa jenis daun, seperti selederi, lidah buaya dan santan kelapa.
Bahan-bahan tersebut biasanya dijadikan sari lalu bisa dicampurkan atau digunakan satu per satu sesuai kebutuhan.
Untuk pengobatan, hasil sari tersebut langsung dioleskan di bagian kepala yang mengalami penipisan rambut atau kebotakan. Warga setempat biasanya melakukannya secara rutin, sebanyak dua sampai tiga kali per minggu. Dalam jangka waktu beberapa bulan, rambut dipercaya bisa tumbuh di area tersebut.
Kemudian warga Betawi di Ciganjur juga terbiasa mengobati penyakit kulit berupa jerawat, dengan menggunakan dedaunan seperti daun cabai, kencur, dan beras padi. Semua bahan itu ditumbuk halus sampai lunak dan dijemur. Setelah jadi bedak dingin, dicairkan dan dioles di area sekitar jerawat.
Sedangkan untuk sakit kepala, jenis daun yang bisa digunakan adalah daun pecah pala, daun sosor bebek, daun brahma, daun genting, dan daun tumpangan air. Semua daun ditumbuk dan diberi air lalu dibalurkan di ubun-ubun dan pelipis. Warga Ciganjur biasa menyebutnya obat popol.
Setiap Penyakit Ada Obatnya
Mengutip budaya-indonesia.org, pemanfaatan hasil alam sebagai media pengobatan didasarkan oleh melimpahnya pepohonan dan dedaunan di wilayah Jakarta.
Di zaman dulu, Jakarta belum sepadat sekarang dan masih tersedia banyak hutan di wilayah kota, seperti yang terjadi di wilayah Ciganjur. Lokasi ini juga berbatasan dengan Depok dan Bogor, yang secara geografis wilayahnya dekat dengan dataran tinggi.
Ditemukannya dedaunan sebagai obat dilandaskan kepercayaan warga Betawi yang meyakini jika melimpahnya tumbuhan mampu menjadi penyembuh penyakit. Selain itu, warga Betawi juga percaya jika setiap penyakit memiliki obat.