Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Wanci, Pembagian Waktu ala Masyarakat Sunda yang Terinspirasi Keadaan Alam

Mengenal Wanci, Pembagian Waktu ala Masyarakat Sunda yang Terinspirasi Keadaan Alam Ilustrasi jam. © Pixacube

Merdeka.com - Untuk menentukan aktivitas sehari-hari, masyarakat suku Sunda di Jawa Barat telah lama mengenal istilah pembagian waktu.

Bahkan istilah yang popular disebut dengan ‘Wanci’ ini telah berkembang lama di masyarakat Sunda sebelum lahirnya berbagai jenis jam yang popular di era sekarang.

Wanci menurut situs Good News from Indonesia, mengacu pada kedisiplinan orang Sunda dalam memulai aktivitasnya dengan mengacu pada keadaan alam yang terjadi dari mulai pagi hingga malam hari.

Dibagi Menjadi Dua Jenis

Secara umum, Wanci dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu Beurang dan Peuting. Untuk Beurang dimulai pada pukul 06.00 WIB pagi, dan Peuting dimulai sejak pukul 18:00 WIB petang.

Keadaan ini nantinya akan dibagi lagi sesuai acuan aktivitas yang akan dilakukan sesuai kebiasaan sejak zaman nenek moyang.

Dalam situs www.sundapedia.com terdapat 24 ketegori Wanci yang biasa digunakan oleh orang Sunda. Semua Wanci tersebut dibuat berdasarkan kebiasaan umum hingga khusus (bulan Ramadan). Berikut daftarnya.

Wanci Beurang

matahari terbit di atas gunung fuji

©2020 AFP/TRIBALLEAU CHARLY

Carangcang Tihang (dimulai pukul 06.00 WIB pagi)Dalam istilah bahasa Sunda, saat dimulainya Wanci beurang terdapat sebutan carangcang, atau suatu pancaran sinar yang datang dari matahari dan Tihang merupakan sebuah alat penyangga.

Sehingga pada Wanci ini bisa diartikan sebagai waktu yang tepat untuk memulai aktivitas sehari hari yang ditandai dengan munculnya sinar matahari diantara rimbunnya pepohonan.

Meletek Panonpoe (dimulai pukul 07.00 WIB pagi)Meletek Panonpoe dalam penyebutan bahasa Sunda artinya sebagai matahari yang telah terbit secara sempurna. 

Keadaan tersebut dimulai pada pukul 07.00 WIB pagi, di mana menurut kepercayaan orang Sunda, waktu tersebut diindikasikan sebagai waktu yang dilarang untuk kembali tidur atau belum terbangun dari istirahatnya.

Ngaluluh Taneuh (dimulai pukul 08.00 WIB pagi)Ngaluluh bisa diartikan sebagai proses memacul untuk menggemburkan, sedangkan taneuh artinya tanah. Pada waktu tersebut adalah acuan para petani untuk memulai aktivitasnya di sawah, atau lahannya masing masing.

Menurut kepercayaan setempat, para petani percaya jika di waktu tersebut matahari telah memberi sinar yang cukup untuk membantu proses pertanian di ladang.

Haneut Moyan (dimulai pukul 09.00 WIB pagi)Orang Sunda menjadikan waktu tersebut sebagai jam terbaik untuk menjemur diri atau bayi yang baru lahir agar lebih sehat. Secara harfiah Haneut diartikan sebagai hangat, sedangkan moyan adalah berjemur.

Kegiatan tersebut biasa digunakan untuk menyehatkan badan bagi orang yang sedang dalam keadaan kurang baik, sinar matahari dipercaya dapat meningkatkan imun. 

Bahkan penelitian di era sekarang juga menunjukkan jika menjemur bayi atau diri sendiri akan mencegah dari kekurangan vitamin D, kalsium, dan fosfat.

Rumangsang (dimulai pukul 10.00 WIB menjelang siang)Rumangsang merupakan ungkapan tersirat dari orang sunda ketika merasakan keadaan udara yang terasa gerah panas sehingga tidak nyaman (gerah). 

Keadaan tersebut akan dirasakan oleh masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan ketika matahari sudah mulai meninggi.

Biasanya Rumangsang akan mengisyaratkan para petani dan pekerja di luar rumah lainnya untuk bersiap-siap beristirahat.

Pecat Sawed (dimulai pukul 11.00 WIB siang)Di waktu ini para petani mulai mengistirahatkan hewan ternak yang membantu bertani dengan melepas (pecat) kerbau-kerbau pembajak sawah dari tali yang melilit lehernya (sawed).

Tujuan dari Wanci ini adalah agar para hewan ternak (didominasi munding atau kerbau besar) juga diberi kesempatan untuk beristirahat setelah membantu membajak sawah para petani di ladang.

Tangagé atau Manceran (dimulai pukul 12.00 WIB siang)Keadaan yang berada tepat di tengah hari ini adalah waktu yang baik bagi para petani dan hewan ternaknya untuk makan siang setelah bekerja sejak Ngaluluh Taneuh di pagi hari.

Selain untuk mengisi tenaga, Wanci Tangage atau Manceran ini juga digunakan oleh para pekerja ladang untuk melakukan aktivitas di rumah (memberi makan anak atau keluarga yang pulang sekolah) dan menghindari sengatan terik matahari.

padi

©2014 Merdeka.com

Lingsir Ngulon (dimulai pukul 13.00 WIB siang)Ketika pukul 13.00 WIB Siang adalah waktu yang tepat untuk para petani kembali memulai aktivitasnya di ladang, menginat matahari sudah mulai bergeser dari pusat ubun-ubun.

Lingsir artinya bergeser dan ngulon artinya ke arah barat. Pada jam ini matahari sudah mulai bergeser ke arah barat.

Kalangkang Satungtung (dimulai pukul 14.00 WIB siang menjelang sore)Di bahasa Sunda sendiri Kalangkang adalah bayangan, sedangkan satungtung atau nangtung yang adalah berdiri.

Jadi, Wanci Kalangkang Satuntung merupakan penanda waktu ketika bayangan orang yang terkena sinar matahari akan sama panjang dengan saat dia berdiri. Atau bahkan tidak ada bayangan.

Méngok (dimulai pukul 15.00 WIB sore)

Méngok merupakan istilah dalam wanci yang menjelaskan tentan letak posisi matahari sudah berjalan perlahan menuju arah barat untuk tenggelam. Atau bisa juga disebut bahwa arah matahari sudah menengok ke ufuk barat.

Biasanya waktu ini para masyarakat Sunda yang beraktivitas sudah mulai bersiap untuk untuk menyelesaikan pekerjaanya dan kembali ke rumah masing-masing.

Tunggang Gunung (dimulai pukul 16.00 WIB sore)Orang Sunda mengistilahkan Tunggang Gunung sebagai waktu di mana matahari sudah mulai berada di atas punggung gunung sebelum tenggelam di arah barat.

Ini juga menandakan bahwa waktu peuting (malam) akan segera tiba.

Biasanya para acuan ini digunakan oleh para petani untuk mengakhiri aktivitasnya dan berjalan pulang ke rumah masing-masing.

Sariak Layung (dimulai pukul 17.00 WIB sore)Bisa diartikan jika wanci sariak layung merupakan kiasan yang merujuk kepada bubuk berwarna merah tua dalam menggambarkan layung atau lembayung senja sedang berwarna merah sebelum tenggelam.

Sareupna atau Sande Kala (dimulai puku 18.00 WIB petang)Sareupna merupakan Wanci yang menunjukan waktu untuk beribadah (salat maghrib) dan tidak membiarkan anak-anak untuk berkeliarahan di luar rumah. Menurut kepercayaan setempat, waktu Sareupna merupakan waktu bagi makhluk halus di kepercayan sunda untuk berkeliaran (Sandekala).

Wanci Peuting

gerhana bulan merah darah

©2020 Merdeka.com/pixabay

Harieum Beungeut (dimulai pukul 19.00 WIB malam)Harieum merupakan unsur warna merah pekat menuju kehitaman yang biasa muncul saat waktu setelah maghrib. Sedangkan untuk beungeut adalah perwujudan dari wajah yang saat itu hanya terlihat sedikit saja, mengingat belum adanya aliran listrik di masa itu.

Bisa diartikan dalam Wanci tersebut hari sudah menunjukan malam hari dan wajah wajah dari orang pun terlihat sekilas.

Sareureuh Budak (dimulai pada pukul 20.00 WIB malam)Di Wanci ini para orang tua mulai membuat anak anak mereka untuk segera beristirahat tidur. Secara bahasa, Sareureuh berarti istirahat dan Budak dalam bahasa Sunda artinya anak kecil.

Tumoké (dimulai pukul 21.00 WIB malam)Tumoké adalah istilah yang menandakan tokek mulai berbunyi. Salah satu hewan yang masih bersaudara dengan cicak ini memang terkenal aktif di malam hari.

Itulah alasannya orang Sunda mengenal jam ini sebagai jam waktu malam dan anak-anak sudah mulai tertidur lelap.

Sareureuh Kolot (dimulai pukul 22.00 WIB malam)Pada waktu ini adalah waktu yang baik bagi para Kolot (orang tua) untuk beristirahat setelah beraktivitas seharian. Dan Sareureuh bisa diartikan sebagai tidur atau beristirahat.

Indung Peuting (dimulai pukul 23.00 WIB malam )Indung Peuting merupakan perumpamaan unik bagi masyarakat Jawa Barat karena bulan yang menerangi pada malam hari diartikan sebagai Ibu yang mengayomi bumi ketika cahaya gelap.

Tengah Peuting Ngaweng-Ngaweng (dimulai pada pukul 24.00 WIB tepat tengah malam)Tengah peuting adalah satu waktu dimana waktu sudah menunjukan tepat berada di tengah malam, dan Ngaweng-ngaweng adalah perumpamaan yang meurujuk pada keadaan yang sangat gelap di waktu tersebut.

Tumorek (dimulai pada pukul 01.00 WIB malam)Asal kata tumorek berasal dari kata torek, Yang artinya tidak bisa mendengar atau tidak mendengar apapun disaat itu. 

Wanci ini mengibaratkan jika diwaktu tersebut merupakan waktu dimasa para warga sedang lelap-lelapnya tertidur sehingga tidak mendegar apapun yang mengeluarkan suara.

Janari Leutik (dimulai pukul 02.00 WIB dini hari)Janari Leutik bisa diartikan bahwa keadaan sudah memasuki waktu dini hari dan berdasarkan kebiasaan orang Sunda pada waktu tersebut adalah waktu untuk bersantap sahur jika berpuasa di esok hari.

Biasanya para kaum perempuan yang didominasi ibu-ibu (merujuk perempuan yang sudah berkeluarga) sudah mulai bangun di waktu tersebut Karena harus menyiapkan makanan sahur.

Janari gedé (dimulai pukul 03.00 WIB dini hari)Janari Gede merupakan waktu kelanjutan dari Janari Leutik dimana masyarakat sudah mulai terjaga untuk melakukan santap sahur di bulan Ramadan atau untuk ibadah lainnya.

Biasanya Janari Gede akan mengisyaratkan agar keluarga yang masih terlelap agar segera dibangunkan agar tidak terlambat dalam aktivitas sahur mereka.

Kongkorongok Hayam (dimulai pukul 04.00 subuh)Kongkorongok hayam diartikan sebagai ayam yang berkokok di waktu subuh. Di pedesaan Sunda zaman dahulu banyak masyarakat setempat yang memelihara ayam dan berkokok secara bersahut sahutan di waktu tersebut.

Jika ayam sudah berbunyi, maka muncul istilah bahwa pada jam tersebut maka beberapa warga mulai terbangun dan bersiap untuk melakukan aktivitas memasak khususnya bagi para ibu

Balébat (dimulai pukul 05.00 WIB pagi)Dalam Wanci Balébat dalam bahasa Sunda diartikan melalui istilah fajar (subuh menjelang pagi) dan ditandai dengan membirunya langit dan munculnya sedikit cahaya kemerahan dari matahari di ufuk timur (menjelang matahari terbit sempurna). (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui

Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.

Baca Selengkapnya
Mengulik Sara Wangahalo, Sistem Penanggalan Tradisional Milik Masyarakat Nias
Mengulik Sara Wangahalo, Sistem Penanggalan Tradisional Milik Masyarakat Nias

Sebelum mengenal kalender Masehi, warga Suku Nias sudah memiliki sistem penanggalan sendiri.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tongtrong, Sistem Penanda Waktu Khas Warga Baduy
Mengenal Tongtrong, Sistem Penanda Waktu Khas Warga Baduy

Penanda waktu khas warga Baduy ini memiliki fungsi layaknya jam.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kitab Pranoto Mongso, Sistem Penanggalan Jawa Bagi Para Petani dan Nelayan
Mengenal Kitab Pranoto Mongso, Sistem Penanggalan Jawa Bagi Para Petani dan Nelayan

Biasanya kitab Pranoto Mongso digunakan oleh petani dan nelayan Jawa pada zaman dulu

Baca Selengkapnya
Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam
Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam

Adanya perpaduan satra klasik Jawa dengan tradisi Sunda melahirkan seni wawacan yang indah.

Baca Selengkapnya
Parhalaan, Sistem Penanggalan Milik Suku Batak yang Jarang Diketahui
Parhalaan, Sistem Penanggalan Milik Suku Batak yang Jarang Diketahui

Suku Batak tidak hanya memilik kalender kuno yang digunakan oleh leluhur.

Baca Selengkapnya
Mengenal Hitungan Jawa Weton, Pahami Cara dan Fungsinya
Mengenal Hitungan Jawa Weton, Pahami Cara dan Fungsinya

Hitungan jawa weton masih sering digunakan untuk menentukan hari baik.

Baca Selengkapnya
Cara Menghitung Weton Jawa dan Penafsirannya, Perlu Diketahui
Cara Menghitung Weton Jawa dan Penafsirannya, Perlu Diketahui

Weton adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penanggalan Jawa.

Baca Selengkapnya
Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka
Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka

Naskah ini bertuliskan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.

Baca Selengkapnya
Peneliti: Ilmu Astronomi Sudah Dipahami Masyarakat Sunda Sejak Zaman Dulu
Peneliti: Ilmu Astronomi Sudah Dipahami Masyarakat Sunda Sejak Zaman Dulu

Hingga kini belum ada penelitian yang berhasil mendapatkan manuskrip yang membahas secara penuh dan khusus mengenainya.

Baca Selengkapnya
Mengapa Kalender Masehi, Hijriyah, Jawa, dan China Memiliki Tahun dan Sistem Perhitungan Tanggal yang Berbeda
Mengapa Kalender Masehi, Hijriyah, Jawa, dan China Memiliki Tahun dan Sistem Perhitungan Tanggal yang Berbeda

Beberapa kalender memiliki cara perhitungan hari dan penanggalan yang berbeda dan perlu kita ketahui.

Baca Selengkapnya
Dulu Leluhur Orang Sunda Dikenal sebagai Bangsa Akuatik, Peradaban Dimulai dari Sungai Citarum
Dulu Leluhur Orang Sunda Dikenal sebagai Bangsa Akuatik, Peradaban Dimulai dari Sungai Citarum

Sungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.

Baca Selengkapnya