Mengintip Sejarah Jalan Braga Bandung, Kiblat Wisata Kaum Muda Sejak Zaman Kolonial
Merdeka.com - Jalan Braga merupakan sebuah kawasan ikonik yang berada di dekat pusat Kota Bandung, Jawa Barat. Ruas jalan yang mirip dengan Malioboro di Yogyakarta ini selalu dipadati para wisatawan, baik lokal maupun luar kota.
Sisi kanan dan kirinya dipenuhi oleh barisan bangunan tua warisan Hindia Belanda yang memiliki nilai arsitektural yang kuat. Selain itu, deretan kafe serta toko-toko makanan hingga aksesoris menjadi daya tarik tersendiri dari jalan yang memiliki sejarah unik tersebut.
Namun, di balik itu semua ternyata jalan yang juga pernah menjadi pusat hiburan bagi muda-mudi bangsa Eropa tersebut memiliki cerita yang menarik untuk dibahas.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
-
Apa objek wisata trending di Bandung? Nini Mountain atau dikenal dengan sebutan Nimo Highland merupakan wisata alam yang indah dengan daya tarik berupa bangunan yang menyerupai Santorini di Yunani.
-
Apa nama awal dari Bandung? Dahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
-
Apa yang menarik dari wisata Bandung? Kota ini memiliki suguhan pemandangan alam berupa pegunungan yang indah, ragam budaya, dan pesona arsitektur klasik yang masih terjaga.
-
Apa daya tarik wisata di Bandung? Kota yang terletak di dataran tinggi Jawa Barat ini memiliki berbagai daya tarik yang membuat para wisatawan betah berkunjung. Mulai dari keindahan alam, kekayaan budaya, sejarah, hingga wisata edukasi dan keluarga.
-
Bagaimana Bandung dikenal sebagai Kota Kembang? Tak cuma gadis Indo, untuk menyukseskan kongres, panitia sampai mendatangkan penyanyi dari Paris. Lucunya, mereka baru sadar, tak ada yang punya piano di Kota Bandung. Saat kalang-kabut, untunglah ketua seksi hiburan Jan Fabricius teringat piano tua yang belum laku di rumah lelang. Piano itu pun langsung dibeli dan dibawa untuk menghibur tamu kongres.
Pernah Menjadi Pusat Fashion Bagi Masyarakat Eropa
Pernah mendengar istilah Paris Van Java? Pada masa itu warga Belanda, serta beberapa keluarga Eropa yang berkunjung ke Indonesia (saat itu Hindia Belanda) selalu mengunjungi kawasan tersebut untuk sekedar berbelanja pakaian hingga kue perayaan pesta.
Seperti yang dikutip dari www.kebudayaan.kemdikbud.go.id, dahulu jalan braga pernah menjadi kawasan yang lebih Eropa daripada Eropanya sendiri. Dengan sebutan “De meest Eropeesche winkelstraat van Indie” (Kompleks perbelanjaan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda).
Sebutan tersebut berkembang karena bentuk bangunannya yang terlampau modern di masa itu. Terlebih di Jalan Braga tersedia berbagai kebutuhan masyarakat berbagai kelas di kawasan yang kini menjadi jalan protokol di Kota Bandung itu.
Pernah Menjadi Penyelamat Ekonomi Pasca Perang
Jauh sebelum dijadikan sebagan kiblat fashion Eropa, jalan tersebut pernah menjadi salah satu penyelamat perekonomian dari Hindia Belanda, saat terjadi krisis pasca perang Diponegoro.
Saat itu, Gubernur Jenderal H.W. Daendles berambisi untuk memperbaiki kas negara yang terkuras melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel) lewat komoditas kopi pasundannya yang harus dijual ke semua wilayah.
Kala itu, Jalan Braga merupakan jalanan yang berlumpur dan satu-satunya jalur untuk mengangkut hasil panen kopi dengan pedati (Pedatiweg) menuju tempat produksi dan pengemasan kopi bernama “Koffie Pakhuis” yang terletak satu kilometer ke utara dari jalan tersebut.
Tempat "Angker"
https://www.nativeindonesia.com/
©2020 Merdeka.com
Ketika itu jalanan tersebut cukup jarang dilalui oleh kendaraan maupun pedati. Bahkan suasana hutan yang gelap pada malam hari menambah kesan rawan jalan tersebut saat malam hari.
Dalam informasi yang ditulis oleh www.nativeindonesia.com, ketika itu jalanan tersebut terkenal sangat rawan, terutama saat agresi militer yang membuat para tentara dari kedua kubu (Indonesia dan Belanda) saling menculik dan melakukan penganiayaan terhadap warganya di sana.
Istilah Nama Braga
Arti Jalan Braga hingga saat ini masih simpang siur. Ada yang menyebutkan jika Jalan Braga terinspirasi dari nama sastrawan keturunan Belanda bernama Theotila Braga (1834 – 1924) seorang penulis naskah drama, yang bermarkas dan mendirikan teater di sana.
Selain itu, terdapat pula yang mengatakan kalau “braga” berasal dari kata “bragi”, nama dewa puisi dalam mitologi bangsa Jerman. Sementara ahli sastra Sunda mengungkapkan kalau istilah “braga” merujuk pada jalan di tepi sungai. Memang, Jalan Braga ini terletak di tepi Sungai Cikapundung.
Hingga penyebutan “braga” sebagai frasa yang merujuk kepada memamerkan pakaian yang dikenakan di tubuh, mengingat saat itu di jalan tersebut merupakan kiblat fashion dari masyarakat Eropa.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
©2020 Merdeka.com
Namun ada versi yang menyebutkan jika nama Braga diambil dari nama sebuah grup kesenian Toneelvereeniging Braga, hasil bentukan Pieter Sijthoff yang merupakan Asisten Residen Priangan kala itu.
Toneelvereeniging Braga begitu terkenal hingga banyak mendapat panggung untuk unjuk kebolehan. Bahkan grup tersebut sering tampil di Gedung Societeit Concordia yang kini digunakan sebagai Museum Konperensi Asia Afrika Bandung.
Mungkin dapat dikatakan bahwa versi pengambilan nama Braga yang paling mendekati kebenaran karena ada Toneelvereeniging Braga. Karena setelah mereka mulai manggung di jalan ini pada 1882, Karren Weg / pedati weg mulai dikenal dengan nama Braga Weg.
Jalan Braga di Masa Sekarang
© Instagram/aconk_van_houtten
Di era sekarang, Jalan Braga masih menjadi tujuan utama para anak muda untuk menghabiskan masa liburannya. Kafe-kafe serta restoran semakin menjamur dengan beberapa penampilan kreatif dari para seniman dan musisi jalanannya.
Selain itu, Jalan Braga juga kerap dijadikan sebagai tujuan wisata sejarah, mengingat jalan tersebut merupakan satu kawasan dengan Museum Asia Afrika serta Gedung Merdeka. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkunjung ke Jalan Braga tak afdol jika tidak menikmati keindahan arsitektur gedung dan menikmati bacang panas.
Baca SelengkapnyaHal tak terduga terjadi ketika Jusuf Hamka menyusuri sepanjang jalan di kawasan Braga. Ia bertemu dengan para 'hantu Braga'. Begini penampakannya.
Baca SelengkapnyaAda satu versi yang menyebut, kembang di sini bukanlah ‘bunga’ sungguhan, tapi para wanita cantik.
Baca SelengkapnyaSebuah kota akan terus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman. Kehebatan perubahan dari masa kakek-nenek hingga saat ini bikin tercengang.
Baca SelengkapnyaBerusia sekitar seratus tahun, jembatan kereta api Rancgoong ini eksotis namun bikin merinding
Baca SelengkapnyaHutan Babakan Siliwangi dulunya terbuka bagi masyarakat umum lewat sejumlah kegiatan budaya, salah satunya adu domba.
Baca SelengkapnyaNamun jauh sebelum menjadi penjara Soekarno, kawasan Banceuy merupakan pusat kandang kuda di Bandung. Kuda yang hendak ke Semarang, akan bertukar di sini
Baca SelengkapnyaKota Bogor di era kolonial dinamakan Buitenzorg. Ini foto-foto tempo doeloe di Bogor.
Baca SelengkapnyaKota Tua, jalur perdagangan strategis dan cukup populer di masa lalu. Kini, daerah tersebut menjelma menjadi destinasi wisata yang penuh dengan sejarah bangsa.
Baca SelengkapnyaTaman ini sering menjadi tempat berkumpul bagi komunitas lokal, pelajar, dan keluarga yang ingin menikmati waktu bersama.
Baca SelengkapnyaSebuah kota akan terus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman. Kehebatan perubahan dari masa kakek-nenek hingga saat ini bikin tercengang.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nama-nama jalan di Belanda yang menggunakan nama daerah yang ada di Indonesia.
Baca Selengkapnya