Menilik Sejarah Negara Islam Indonesia, Jejak Politik Kartosuwirjo di Tanah Pasundan
Merdeka.com - Desa Cisayong, di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sempat menjadi saksi bisu berdirinya sebuah negara baru bernama Negara Islam Indonesia (NII), atau yang lebih dikenal dengan nama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.
Negara besutan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo tersebut terbentuk di tengah maraknya pemberontakan akibat intrik, sebelum pendeklarasian Republik Indonesia pada 7 Agustus 1945.
Masa tersebut turut beriringan dengan waktu kekosongan kekuasaan (Vacuum of Power), lantaran pemerintahan Jepang mulai kewalahan menangani perlawanan rakyat hingga peraturan kenegaraan tak berjalan.
-
Kenapa Kartosoewirjo mendirikan NII? Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pada tahun 1949, dengan tujuan untuk mendirikan negara Islam yang independent di Indonesia.
-
Bagaimana pengaruh Notodiharjo terhadap Kartosoewirjo? Notodiharjo menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam merespons ajaran-ajaran Islam.
-
Siapa yang berperan penting dalam berdirinya GKI Indramayu? Sejarah GKI Indramayu Adalah inisiatif dari Ang Boen Swie yang merupakan keluarga Tionghoa pertama di Indramayu yang dibaptis oleh Pendeta J.A.W Krol dari Gereja Protestan (Belanda) di Cirebon, untuk menjadikan rumahnya sebagai titik awal lahirnya rumah ibadah bagi kalangan Kristen Protestan di sana.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Apa latar belakang Kartosoewirjo? Kartosoewirjo tumbuh dari keluarga yang memiliki latar belakang keagamaan Islam yang kuat.
-
Apa strategi utama IKN Nusantara? Diluncurkan di sela-sela COP28 di Dubai beberapa waktu lalu (3/12/2023), diketahui Asian Development Bank (ADB) mendukung pengembangan Strategi Nol Bersih (Net Zero Strategy) untuk ibu kota baru Indonesia, Nusantara.
Menariknya, kekuasaan NII atau DI/TII mulanya merupakan upaya Kartosuwirjo dalam membantu kedaulatan negara Republik Indonesia. Namun di tengah jalan, ia bersama NII membelot dan mampu mengambil alih kekuasaan di tatar Parahyangan.
"Kartosuwirjo sebagai Pimpinan DI / TII sekaligus Imam dan juga presiden Negara Islam Indonesia yang diproklamirkan mempunyai karisma yang cukup kuat, ia memiliki ideologi politik Islam yang anti penjajahan dengan menjadikan Islam sebagai satu – satunya jalan ke depan" tulis Miftakhur Ridlo, dalam artikel berjudul "Negara Islam dan Kartosuwirjo (Konsepsi Gerakan Politik, Militer dan Agama) melansir garuda.ristekdikti.go.id, Selasa (24/8)
Membawa Konsep Anti Barat
Pendirian NII sendiri tak terlepas dari ketidakpuasan Kartosuwirjo terhadap ketidaktegasan negara Indonesia dalam melawan pemerintahan penjajah. Tokoh kelahiran Cepu, Jawa Tengah 7 Februari 1905 dan wafat pada September 1962 itu berupaya membawa ideologi Islam dalam setiap perjuangannya.
Perjuangannya membawa panji Islam dimulai saat ia mengikuti organisasi Pemuda Jawa alias Jong Java, kemudian ia beralih ke organisasi pemuda Islam hingga beralih ke Partai Sarekat Islam (PSI) di tahun 1930. Di PSI yang kemudian berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) ia merasakan perbedaan ideologi.
Kejadian itu terus berulang, hingga ia pindah ke Malangbong di perbatasan Tasikmalaya dan Garut saat ditugaskan menjadi ketua cabang Jawa Barat.
"Pokok pertentangan adalah sikap terhadap pemerintah kolonial, apakah PSII harus bekerjasama dengan rezim kolonial atau tidak." tulis Miftakhur.
NII dan Kartosuwirjo yang Membelot
Sebagai tokoh yang anti barat, tentu Kartosuwirjo menginginkan negara yang berdaulat tanpa ada campur tangan penjajah. Keinginannya itu semakin kuat, saat di masa Vacuum of Power ketika Pemerintah Jepang kian terjebak dan mulai mengakui kekalahan awal Agustus 1945.
Sebelumnya ia telah menahan diri untuk memproklamirkan NII, terlebih saat ditunjuk Soekarno untuk menjadi anggota Komite Nasioanal Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi.
Di saat itu, keinginannya mendaulatkan Indonesia sebagai negara Islam yang merdeka kian kuat. Ia pun berupaya mengajak sejumlah tokoh Islam lainnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan ideologi politik Islam.
Kartosuwiryo menahan diri untuk secara terang-terangan menolak menentang kekuasaan Republik27 antara Februari 1948 – Agustus 1949.
Selanjutnya Kartosuwiryo menyempurnakan struktur politik organisasinya dengan membentuk Dewan Kabinet atau Dewan Imamah, Dewan Penasehat atau Dewan Fatwa dan menetapkan Kartosuwiryo sebagai Presiden, Kamran, dan Oni sebagai menteri dan wakil menteri pertahanan
Adapun konsep yang dibawa lewat NII adalah hijrah dan jihad. Pada dasarnya sikap ini bertujuan untuk landasan berpolitik PSII, yang bersumber kepada Alquran dan Sunnah.
Berkuasa Selama 13 Tahun di Tanah Jawa Barat
Kartosuwirjo dieksekusi ©©2012 Merdeka.com
Perjuangan Kartosuwirjo tidak berhenti sampai di situ, di awal tahun 1948 Negara Islam Indonesia kian besar dan dipercaya rakyat Pasundan. Terlebih hasil perjanjian Renville yang dianggap tak adil bagi masyarakat pribumi.
Atas dasar itu, Kartosuwirjo bersama pemerintahannya melakukan operasi militer di wilayah Jawa di bawah kendali Pasukan Hizbullah dan Sabilillah, usai seluruh penduduknya disuruh mengungsi karena tanah Sunda telah dikuasai Belanda.
Atas tindakannya, NII menjadi salah satu negara dalam negara di Tasikmalaya yang kian berdaulat terlebih usai operasi penguasaan seluruh sudut Jawa Barat hingga Banten yang saat itu dikuasai Tentara Republik dan pasukan sekutu.
Selama kurang lebih 13 tahun NII berdiri dan bergerilya di hutan dan pegunungan untuk mempertahankan tatar Pasunda dari perjanjian Renville.
"Pengaruh Negara Islam Indonesia kuat di daerah Priangan tenggara, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis." tambahnya
Pada September 1962 ia akhirnya dihukum mati berdasarkan keputusan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper), karena dianggap memberontak dengan membentuk Negara Islam Indonesia melalui DI/TII. Ia diketahui dieksekusi di pulau terpencil kawasan Teluk Jakarta.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Naskah proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) Tahun 1949 menjadi saksi bisu pemberontakan pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemberontakan DI/TII terjadi pada tahun 1948 hingga 1949.
Baca SelengkapnyaSosoknya dikenal sebagai tokoh islam sekaligus tokoh politik yang cerdas.
Baca SelengkapnyaAncaman hingga percobaan pembunuhan datang dari kawan dekatnya semasa indekos di Surabaya
Baca SelengkapnyaStruktur pemerintahan wilayah ini pada waktu itu masih kental dengan campur tangan Belanda
Baca SelengkapnyaSoekarno dan Hatta selalu meminta pertimbangan Habib Ali Kwitang terkait kapan waktu dan di mana lokasi yang tepat untuk menentukan proklamasi kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaHal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.
Baca SelengkapnyaTjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang 4 partai pemenang pemilu 1955, sejarah, kiprahnya di dalam dunia perpolitikan.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan nasional yang pernah berjuang bantu Palestina sekaligus merumuskan Pancasila.
Baca SelengkapnyaKeterkaitan Al Zaytun dengan Negara Islam Indonesia (NII) sudah begitu banyak diungkap berbagai pihak. Hal ini tentu harus menjadi perhatian serius pemerintah.
Baca Selengkapnya