Peristiwa 27 Mei 2006 : Gempa di Yogyakarta yang Menewaskan Ribuan Orang
Merdeka.com - Salah satu daerah di Indonesia bagian selatan yang rawan gempa adalah Jawa Tengah di mana Yogyakarta juga menjadi daerah rawan gempa. Pada 27 Mei 2006 lalu terjadi gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya termasuk di dalamnya wilayah Kabupaten Bantul, Klaten, Gunung Kidul dan Kulon Progo.
Gempa di Yogyakarta terjadi pada pukul 05:53:58 WIB dengan posisi episnetrum 7,97º Lintang Selatan dan 110,44º Bujur Timur, kedalaman 10 km, serta momen magnitudo 6,3. Episenter gempa terletak sekitar 6 kilometer dari tepi pantai, di kedalaman 35 kilometer Laut Selatan.
Gempa ini mengguncang kawasan pantai Parangtritis, Baron, Samas, Glagah, Wonosari, Gunung Kidul yang terletak di ring I, disusul Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Klaten di ring 2. Wilayah DIY lainnya juga terguncang mulai dari kawasan Keraton, Sapen sampai dengan Kaliurang. Gempa bahkan terasa sampai ke Purwokerto, Magelang dan Purbalingga Jawa Tengah.
-
Dimana gempa Jogja terjadi? Di sepanjang jalan, banyak bangunan luluh lantak. Bahkan bangunan bertingkat pun banyak yang hancur.
-
Kapan gempa Jogja terjadi? Delapan belas tahun yang lalu, Jogja luluh lantak akibat gempa berkekuatan 5,9 skala richter yang berlangsung selama 57 detik.
-
Dimana pusat gempa Bantul? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Siapa yang terdampak gempa Jogja? Kepanikan terjadi di mana-mana. Kepanikan itu terlihat dalam beberapa video dari kanal YouTube. Pemilik kanal YouTube Kusnan Alus membagikan video suasana Desa Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul lima menit setelah gempa.
-
Dimana negara rawan gempa berada? Statista mengumpulkan data antara tahun 1990 hingga 2022, untuk menilai bagian dunia mana yang paling rawan gempa.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
Sudah 16 tahun berlalu namun kisah pedih tersebut tetap dikenang sebagai pelajaran berharga untuk kita semua bahwa menjaga alam adalah suatu keharusan. Berikut informasi lengkap mengenai Peristiwa 27 Mei 2006 : gempa di Yogyakarta yang menewaskan ribuan orang telah dirangkum merdeka.com melalui researchgate.net dan berbagai sumber lainnya.
Dampak Gempa di Yogyakarta
Gempa di Yogyakarta merusak rumah warga hingga fasilitas publik. Kawasan yang paling parah rusak setelah gempa bukan terjadi di ring 1 melainkan di Kabupaten Bantul yang terletak di ring 2, dengan konsentrasi kerugian terbesar di Kecamatan Bambanglipuro disusul Imogiri, Pleret, Piyungan, dan Sewon.
Struktur tanah alluvial menyebabkan Kabupaten Bantuk mengalami kehancuran yang parah pasca dilanda gempa.
Secara keseluruhan, gempa mengakibatkan lebih dari 5.800 jiwa tewas, 120 ribuan bangunan hancur, dengan potensi kerugian ekonomi mencapai lebih dari 8 trilyun rupiah. Kondisi tersebut segera ditanggapi oleh pemerintah dengan kecepatan bertindak melebihi penanganan pasca bencana tsunami di Aceh pada penghujung 2004 lalu.
Penanganan Pasca Gempa
Penanganan pasca gempa dilakukan dengan cepat di mana Susilo Bambang Yudhoyono yang kala itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia memutuskan untuk memindahkan kabinet pemerintahannya ke Yogyakarta dan berkantor selama lima hari di sana. Hal itu dilakukan untuk mengendalikan Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) guna memastikan penanganan korban pasca gempa.
Sementara itu, aksi solidaritas penggalangan dana juga dilakukan di mana-mana dan oleh siapa saja. Waktu itu, bahkan Metro TV dalam waktu sehari berhasil mengumpulkan dana sebesar 2 milyar rupiah melalui Dinas Kesejahteraan Sosial yang kemudian dialokasikan melalui Satkorlak.
Namun meskipun demikian, fakta yang terjadi di lapangan justru memperlihatkan sebaliknya. Penanganan korban pasca gempa tidak berlangsung dengan baik. Di mana pada hari pertama, praktis korban tidak mendapatkan upaya penanganan apa pun, kecuali korban cedera yang berada di rumah sakit atau pun posko-posko kesehatan seperti halnya puskesmas. Hal itu pun bersifat seadanya karena semua lokasi pelayanan kesehatan baik rumah sakit besar maupun puskesmas kewalahan menangani korban gempa yang mencapai ribuan.
Hingga seminggu pasca gempa bahkan berita di koran masih saja memperlihatkan adanya kantong-kantong wilayah yang belum tersentuh bantuan. Ini terutama terjadi di desa-desa di kawasan Gunung Kidul dan Kulon Progo hingga di wilayah-wilayah pelosok Klaten.
(mdk/nof)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di sepanjang jalan, banyak bangunan luluh lantak. Bahkan bangunan bertingkat pun banyak yang hancur.
Baca SelengkapnyaDalam setahun Daerah Istimewa Yogyakarta diguncang 2.202 gempa
Baca SelengkapnyaDampak dari gempa magnitudo 6,4 Bantul, banyak rumah warga yang roboh. Belum ada laporan korban jiwa atas peristiwa tersebut.
Baca SelengkapnyaWarga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhamburan ke luar rumah karena merasakan gempa berkekuatan 5,8 magnitudo.
Baca SelengkapnyaGempa bumi yang terjadi ini juga menyebabkan warga harus berlarian ke luar dari bangunan rumah.
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaDi daerah Bantul, ada singkapan pada sebuah bukit yang menjadi bukti keberadaan jalur Sesar Opak
Baca SelengkapnyaGempa itu terjadi hari ini, Sabtu (14/9) pukul 00.19 WIB.
Baca SelengkapnyaKetiga wilayah tersebut memiliki jarak paling dekat dengan pertemuan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa berkekuatan tinggi.
Baca SelengkapnyaGetaran gempa cukup kuat membuat warga panik. Mereka berhamburan keluar rumah saat menyadari getaran gempa yang kuat, bahkan beberapa rumah mengalami rusak.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut merusak 49 rumah, sekolah, hingga masjid.
Baca SelengkapnyaBPBD Jateng bersama BPBD kabupaten kota juga menyediakan tempat pengungsian.
Baca Selengkapnya