Data Samsat Polda Metro, Pertengahan 2023 Kendaraan Bermotor Capai 23 Juta
Penggunaan kendaraan bermotor terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Salah satu penyumbang polusi udara adalah pembuangan emisi dari kendaraan bermotor
Data Samsat Polda Metro, Pertengahan 2023 Kendaraan Bermotor Capai 23 Juta
Polusi udara di Jakarta masih masih menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir, salah satu penyumbangnya adalah pembuangan emisi dari kendaraan bermotor.
Wadirlantas Polda Metro Jaya AKBP Doni Hermawan mengungkapkan saat ini tercatat pengendara motor di pertengahan 2023 telah menyentuh angka puluhan juta.
"Kalau dari data Samsat di Polda Metro Jaya saat ini kurang lebih ada 23 juta ya, yang terdata," kata Doni kepada wartawan, Jumat (26/8).
merdeka.com
Doni membeberkan menurut data yang diungkapnya, penggunaan kendaraan bermotor khususnya terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bahkan diprediksi akan terus meningkat.
"Ya kurang lebih ada 2 sampai 3 persen kenaikan setiap tahun," beber Doni.
"Tergantung dari ekonomi di negara kita. Kalau semakin baik masyarakat daya beli nya tinggi itu menentukan," ucap dia sambil menambahkan.
Kendaraan Bermotor Jadi Penyumbang Terbesar
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen PPKL KLHK Luckmi Purwandari mengatakan, transportasi menjadi sumber pencemar udara terbesar di Jakarta, khususnya sepeda motor atau kendaraan roda dua.
Luckmi menyampaikan, berdasarkan data KLHK setidaknya 24.500.000.00 sepeda motor masuk Jakarta di 2022. Jutaan sepeda motor itu berbahan bakar fosil yang diketahui menghasilkan emisi.
"Kendaraan bermotor itu di Jakarta sekarang dengan bahan bakar fosil ya itu 24.500.000 jumlahnya tahun 2022. Dan di situ 78 persennya sepeda motor. Pertumbuhan sepeda motor itu Rp1 juta lebih per tahunnya,"
kata Luckmi dalam diskusi daring bertajuk Solusi Polusi Jakarta, Selasa (15/8).
merdeka.com
Menurut Luckmi, dilihat dari sumber pencemaran yang ada, fakta tersebut menempatkan sepeda motor sebagai kontributor pencemar udara di Jakarta. Selain sepeda motor, aktivitas industri juga menjadi penyumbang polusi di Ibu Kota.
"Terus kalau sumber pencemaran, tadi sebagai sumber-sumber yang bisa kita kendalikan disebutkan kendaraan bermotor, terus industri," kata Luckmi.
Luckmi menjelaskan, buruknya kualitas udara di DKI Jakarta disebabkan banyak faktor. Di antaranya transportasi, industri, kegiatan rumah tangga, serta pembakaran sampah tergolong faktor yang dapat dikendalikan.
Sementara itu, kata Luckmi ada faktor alami yang tidak bisa dikendalikan manusia, seperti musim, arah angin, kecepatan angin, topografi, serta lanskap kota yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat.
Lebih lanjut, Luckmi menyebut beberapa tahun terakhir musim kemarau pada Juni-Agustus seperti saat sekarang ini juga sangat mempengaruhi buruknya kualitas udara di Jakarta.
Oleh sebab itu, kata Luckmi pada saat-saat inilah akan didapati indeks kualitas udara di Jakarta memburuk.