Terungkap, Ini Penyebab Parahnya Polusi di Jakarta
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kemenko Marves dan sejumlah pihak, kualitas udara di Jakarta sangat buruk pada 2019. Namun kemudian membaik saat pandemi.
Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin membeberkan penyebab utama polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Penyebab pertama adalah emisi gas buang atau asap knalpot yang menjadi biang kerok parahnya kualitas udaradi Jakarta.
Rachmat menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun oleh Kemenko Marves dan sejumlah pihak, kualitas udara di Jakarta sangat buruk pada 2019. Namun kemudian membaik saat pandemi covid-19 di 2020.
"Tetapi pada 2022 dan 2023 mundur lagi bahkan pada 2024 hampir sama dengan kondisi 2019," jelas Rachmat saat bertemu dengan media ditulis, Sabtu (14/9).
"Rata-rata hari tidak sehat sepanjang Agustus 2024 kemarin mencapai 13 hari. Ini Masalah serius," tambah dia.
Masalah polusi udara ini perlu ditangani dengan serius, Alasannya, dampak pencemaran udara ke kesehatan sangat signifikan. Hal ini tentu saja akan juga berpengaruh juga atau berdampak juga ke keuangan.
Dalam hitungan BPJS Kesehatan, klaim kesehatan terkait masalah yang diakibatkan oleh penyakit pernafasan mencapai Rp 12 triliun setiap tahunnya. Angka ini bisa terus bertambah jika tak tertangani dengan baik.
Kemudian, berdasarkan penelitian Kemenko Marves, penyebab utama pencemaran udara ini adalah emisi gas buang atau asap knalpot.
"Jadi penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel polusi dan diteliti sumber dari mana," kata dia.
Hasilnya terbesar memang dari kendaraan bermotor. Sedangkan tuduhan beberapa pihak bahwa sumber utama polusi udara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak terbukti dalam penelitian tersebut.
"Sebenarnya open burning atau pembakaran sampah yang konsisten tetapi jumlah lebih kecil dari asap kendaraan," jelas dia.
Untuk itu Kemenko Marves pun mendorong terwujudnya BBM bersubsidi yang berkualitas atau rendah sulfur untuk mengatasi polusi udara.
Luncurkan BBM Rendah Sulfur
Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah fokus untuk memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah sulfur. Bensin jenis ini sangat dibutuhkan untuk mengurangi polusi di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Rachmat mengatakan, asap knalpot kendaraan selama ini ternyata penyumbang polusi paling tinggi di Jakarta. Banyak pihak mengatakan bahwa PLTU jadi sumber polusi, ternyata itu tidak sepenuhnya benar.
"Selama ini, selalu ada yang bilang PLTU penyebabnya, dari hasil studi ini terlihat bahwa terbesar ada emisi gas buang kendaraan atau asap knalpot secara signifikan. PLTU ada pengaruhnya tapi relatif kecil dan terbatas musim tertentu. MIsalnya musim kemarau asap PLTU dibawa angin, kalau musim hujan tersapu air," ucap Rachmat saat berbincang dengan media di Jakarta, Kamis (12/9) malam.
Oleh karena itu menurut, pemerintah butuh BBM rendah sulfur sesuai standara euro 4 untuk mengurangi polusi di Jakarta. Masalahnya, untuk produksi BBM rendah sulfur membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya dibutuhkan untuk upgrade kilang Pertamina, atau pun biaya impor yang lebih mahal.
"Sangat penting dan urgen untuk menyediakan BBM lebih berkualitas dan lebih tinggi memenuhi standar euro 4. Membuat BBM euro 4 ada biayanya, diperlukan upgrade kilang. Proses dan harganya lebih tinggi secara umum, barangnya lebih bagus," kata Rachmat.
Rachmat menjelaskan, rencana produksi BBM rendah sulfur baru mencuat sekarang disaat pemerintah baru menyadari bahanya polusi udara dan mencari penyebab utama polusi tersebut. Selain itu, rencana ini dijalankan menunggu kesiapan kilang Pertamina untuk produksi BBM standar euro 4.
"Kita baru menyadari ini saat mengerjakan polusi udara, kita teliti cari data yang ada, ternyata ini isunya (BBM rendah sulfur). Sekarang kita dorong adalah kalau ada kilang (Pertamina) siap silakan produksi. terutama kalau siapnya Jakarta, terutama daerah parah polusinya," kata Rachmat.
Nanun, apakan BBM rendah sulfur ini akan menggantikan Pertalite atau Pertamax? Rachmat menjelaskan bahwa BBM rendah sulfur adalah proses untuk mengurangi sulfur dalam kandungan BBM. Bisa saja produk tersebut bernama Pertalite atau Pertamax dengan proses mengurangi kandungan sulfur.
"Kalau itu ada nama lain, nama baru (BBM) kita tidak tahu, yang pasti kandungan sulfur BBM tersebut lebih rendah," tutup Rachmat.