Pemerintah Bakal Luncurkan BBM Rendah Sulfur, Pertalite dan Pertamax Dihapus?
Asap knalpot kendaraan selama ini ternyata penyumbang polusi paling tinggi di Jakarta.
Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah fokus untuk memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah sulfur. Bensin jenis ini sangat dibutuhkan untuk mengurangi polusi di Indonesia, khususnya di Jakarta.
Rachmat mengatakan, asap knalpot kendaraan selama ini ternyata penyumbang polusi paling tinggi di Jakarta. Banyak pihak mengatakan bahwa PLTU jadi sumber polusi, ternyata itu tidak sepenuhnya benar.
"Selama ini, selalu ada yang bilang PLTU penyebabnya, dari hasil studi ini terlihat bahwa terbesar ada emisi gas buang kendaraan atau asap knalpot secara signifikan. PLTU ada pengaruhnya tapi relatif kecil dan terbatas musim tertentu. MIsalnya musim kemarau asap PLTU dibawa angin, kalau musim hujan tersapu air," ucap Rachmat saat berbincang dengan media di Jakarta, Kamis (12/9) malam.
Oleh karena itu, pemerintah butuh BBM rendah sulfur sesuai standar euro 4 untuk mengurangi polusi di Jakarta. Masalahnya, untuk produksi BBM rendah sulfur membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya dibutuhkan untuk upgrade kilang Pertamina, atau pun biaya impor yang lebih mahal.
"Sangat penting dan urgen untuk menyediakan BBM lebih berkualitas dan lebih tinggi memenuhi standar euro 4. Membuat BBM euro 4 ada biayanya, diperlukan upgrade kilang. Proses dan harganya lebih tinggi secara umum, barangnya lebih bagus," kata Rachmat.
Rachmat menjelaskan, rencana produksi BBM rendah sulfur baru mencuat sekarang disaat pemerintah baru menyadari bahanya polusi udara dan mencari penyebab utama polusi tersebut. Selain itu, rencana ini dijalankan menunggu kesiapan kilang Pertamina untuk produksi BBM standar euro 4.
"Kita baru menyadari ini saat mengerjakan polusi udara, kita teliti cari data yang ada, ternyata ini isunya (BBM rendah sulfur). Sekarang kita dorong adalah kalau ada kilang (Pertamina) siap silakan produksi. terutama kalau siapnya Jakarta, terutama daerah parah polusinya," kata Rachmat.
Nanun, apakan BBM rendah sulfur ini akan menggantikan Pertalite atau Pertamax? Rachmat menjelaskan bahwa BBM rendah sulfur adalah proses untuk mengurangi sulfur dalam kandungan BBM. Bisa saja produk tersebut bernama Pertalite atau Pertamax dengan proses mengurangi kandungan sulfur.
"Kalau itu ada nama lain, nama baru (BBM) kita tidak tahu, yang pasti kandungan sulfur BBM tersebut lebih rendah," tutup Rachmat.
Kata Kementerian ESDM
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Isa Rachmatarwata buka suara soal inisiasi peluncuran produk BBM jenis baru rendah sulfur. Kabarnya BBM tersebut memiliki spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Anak buah Menteri Keuangan Sri Mulyani ini menegaskan belum ada pembahasan lebih lanjut terkait subsidi untuk jenis BBM baru tersebut.
"Nanti kita bicarakan itu (BBM rendah sulfur)," kata Isa saat ditemui usai menghadiri acara Launching Implementasi Komoditas Nikel dan Timah Melalui Simbara, di Kementerian Keuangan, Senin (22/7).
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah tengah melakukan kajian pembuatan BBM jenis Solar baru agar hasil pembuangan pada kendaraan bisa lebih bersih. Di sisi lain, Pemerintah juga sedang menghitung besaran volume dan menyiapkan titik-titik peluncuran dari jenis BBM terbaru ini, termasuk nilai keekonomiannya. Pasalnya, semakin bagus kualitas suatu bahan bakar maka akan berpengaruh terhadap harga.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman menyatakan siap menjalankan Produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru rendah sulfur milik PT Pertamina (Persero).
Produk BBM rendah sulfur itu akan diambil dari Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Dia menyebutkan, KPI akan mengalokasikan hingga 900 ribu barel.