Pertamina Dinilai Siap Salurkan BBM Rendah Sulfur, Kilang Balongan Produksi 900.000 Barel per Bulan
BBM rendah sulfur yang selama ini diproduksi Pertamina, seperti Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mengandung BBM rendah sulfur dengan 50 ppm.
Pertamina dinilai sangat siap memproduksi dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur, sejalan dengan kebijakan progresif Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menerapkan BBM low sulfur pada sektor transportasi di seluruh Indonesia.
"Pertamina sangat siap memperlancar kebijakan pemerintah tersebut," kata Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman dikutip dari Antara, Kamis (5/9).
Kesiapan tersebut tak lepas dari peran BUMN energi itu yang memang ditugaskan Undang-Undang menyiapkan BBM jenis apapun untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia
"Kilang Pertamina di Balongan menurut informasi sudah siap memproduksi 900.000 barel per bulan untuk produk diesel rendah sulfur. Pertamina siap untuk menyalurkan produk BBM rendah sulfur baru ini, karena produk BBM low sulfur, selama ini memang sudah diproduksi di kilang Pertamina," ujarnya melalui sambungan telepon.
Ferdy mencontohkan, BBM rendah sulfur yang selama ini diproduksi Pertamina, seperti Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mengandung BBM rendah sulfur dengan 50 ppm.
Pertamina Dex merupakan bahan bakar diesel dengan angka setana (CN) tertinggi yang dijual Pertamina, yaitu CN 53 dengan sulfur 50 ppm, BBM jenis ini bisa menjaga mesin dan meningkatkan power mesin dengan maksimal.
"BBM jenis ini juga bisa menjaga lingkungan dengan emisi gas buang rendah dan sudah setara dengan standar Euro 4," katanya.
Sementara, produk BBM Dexlite adalah varian bahan bakar diesel yang memiliki CN minimal 51 dan mengandung sulfur maksimal 1.200 ppm. BBM jenis ini juga aman untuk lingkungan hidup.
BBM Rendah Sulfur Jadi Langkah Berani
Terkait kebijakan pemerintah tersebut, Ferdy menilai positif karena kebijakan menerapkan BBM rendah sulfur merupakan langkah berani dan sangat bijak.
"Langkah Pemerintah ini perlu disambut baik dan diapresiasi publik di tanah air untuk menjaga ekosistem lingkungan hidup yang nyaman untuk kehidupan bermasyarakat,” kata dia.
Meskipun demikian dia menambahkan harga BBM rendah sulfur memang lebih tinggi dibandingkan BBM yang punya kandungan sulfur lebih banyak, sehingga harus menjadi pertimbangan penting karena jika didistribusikan ke seluruh Indonesia, tentu berdampak terhadap harga BBM yang lebih mahal.
"Jika tidak ingin membebani rakyat miskin dengan harga mahal, Pemerintah perlu mengeluarkan dana APBN untuk memberikan subsidi, sehingga harga BBM low sulfur bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia," ujarnya.
Untuk itu, kebijakan tersebut tidak perlu berlaku untuk seluruh Indonesia karena masih banyak daerah yang udaranya bersih dan sehat. Prioritas kebijakan harus dimulai dari daerah yang tinggi polusi, seperti Jakarta, tambahnya hal ini penting untuk mengurangi beban APBN.
Dari segi distribusi sendiri, Ferdy menyebut bahwa Pertamina sudah siap dan akan menjual BBM rendah sulfur ini.
"Pertamina memilih Jakarta sebagai awal penerapan kebijakan tersebut, karena faktor polusi udara Jakarta yang tinggi. Pertamina sudah siap menjual diesel rendah sulfur pada tiga SPBU di Jakarta terlebih dahulu," katanya.