Pemerintah Siapkan BBM Ramah Lingkungan Jenis Solar
BBM jenis baru ini diklaim rendah sulfur, dengan spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, buka suara soal inisiasi peluncuran produk BBM jenis baru rendah sulfur, dengan spesifikasi berupa bahan bakar Solar 50 part per million (ppm).
Dadan mengatakan, udara Jakarta yang semakin berpolusi tidak lepas dari tingginya tingkat sulfur dari BBM yang kerap dipakai.
"Jadi bahan bakarnya kita itu sulfurnya tinggi. Di sulfurnya itu sampai 2.500. Padahal kalau kita ngikutin Euro 4 yang sudah di ASEAN juga diterapkan itu sulfurnya itu 50. 50 terhadap 2.500. Kita 50 kali lipat," kata di Jakarta, Jumat (19/7).
Oleh karenanya, pemerintah tengah melakukan kajian pembuatan BBM jenis Solar baru agar hasil pembuangan pada kendaraan bisa lebih bersih. Apalagi jika digunakan kendaraan di beberapa wilayah yang memiliki angka polusi tinggi.
"Terutama di wilayah-wilayah yang secara polusinya tinggi. Dan kita ingin untuk solar ini produksinya juga dari dalam negeri," kata Dadan.
Sehingga, pemerintah sedang menghitung besaran volume dan menyiapkan titik-titik peluncuran dari jenis BBM terbaru ini, termasuk nilai keekonomiannya. Pasalnya, semakin bagus kualitas suatu bahan bakar maka akan berpengaruh terhadap harga.
"Kalau per sekarang kan cek aja di dalam indeks-indeks harga internasional. Kalau Solar yang sulfurnya sekian, dimana-mana juga akan makin bagus harganya," kata Dadan.
Saat ditanya apakah pemerintah bakal turut memberikan subsidi kepada Solar baru tersebut, Dadan belum bisa memastikan. Namun, pemerintah berkomitmen untuk memberikan BBM berkualitas dengan harga terjangkau.
"Pemerintah berkeinginan untuk menyediakan BBM yang semakin bersih. Kan kalau pemerintah pasti dari sisi suplainya ada, dari sisi masyarakatnya juga tetap terjaga. Kemampuan untuk membelinya tetap harus bisa dipastikan," tegasnya.