Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengapa Jakarta Makin Macet?

Mengapa Jakarta Makin Macet? Kemacetan Jakarta di tengah PSBB transisi. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Macet Jakarta kian dikeluhkan pengguna jalan. Biasanya, macet parah terjadi di jam sibuk. Pagi hari saat semua memulai aktivitas dan sore hari setelah lepas jam kerja.

Pengamat dari Transportasi MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia), Revy Petragradia, menjelaskan salah satu penyebab ruas jalanan Jakarta kian padat pertumbuhan kendaraan semakin pesat. Berbanding terbalik dengan ruas jalan yang tersedia.

Revy mengatakan, mengutip data Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat ini jalan di Jakarta memiliki panjang sekitar 7,200 km. Padahal dengan populasi lebih kurang 12-13 juta jiwa, ruas jalan ideal 12,000 km.

"Jadi bisa dikatakan baru 60% lebih pemenuhan panjang jalan tersebut," kata Revy kepada merdeka.com, Senin (3/4).

Revy menambahkan, jika merujuk ke data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, jumlah kendaraan di Jakarta meningkat 4,3-5 persen setiap tahun. Sementara peningkatan panjang jalan di Jakarta sangat minim bahkan di bawah 1 persen setiap tahunnya.

"Ini yang menjadi tolak ukurnya,” tambah Revy.

Mengacu dua data itu, maka jelas dikatakan ketersediaan ruas jalan di Jakarta saat ini masih jauh dari kata ideal. Dia menambahkan, meskipun kini Pemprov DKI sedang membangun jalan di 10 lokasi berbeda untuk mencegah kemacetan semakin parah. Tetapi baginya, solusi tersebut seperti obat sakit kepala. Diminum saat sakit, namun tidak menyelesaikan dalam jangka waktu panjang.

Haruskan Ada Pengaturan Jam Kerja

Berbagai upaya dilakukan Pemprov DKI Jakarta bersama Ditlantas Polda Metro Jaya untuk mengatasi macet Jakarta. Di luar kebijakan ganjil genap, sempat muncul wacana mengatur jam kerja perkantoran di Jakarta.

Rencana itu masih dibahas. Namun jika melihat jam kerja saat Ramadan di mana ada perbedaan antara PNS Pemprov dan perkantoran lainnya, tampaknya macet tak hilang signifikan.

Revy menambahkan, pengaturan jam kerja memang tak akan berpengaruh signifikan mengurangi volume kendaraan di jalanan. Apalagi sebagian besar perkantoran sudah menerapkan kebijakan WFO 100 persen. Sehingga kemacetan di Jakarta tidak berkurang justru terjadi di sepanjang waktu.

Pengamat Tata Ruang Kota, Nirwono Joga, juga sepakat pengaturan jam kerja tidak efektif mengurangi kemacetan lalu lintas. Lebih baik, katanya, bila kebijakan yang diterapkan selang-seling, 1 hari datang ke kantor 1 hari kerja dari rumah/WFH, atau bisa juga dengan komposisi 50% offline/WFO dan online/WFH atau 70% WFH, terutama selama bulan Ramadan.

Reporter Magang: Azizah Paramayu

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP