Kerja Berat Tapi Upah Tak Dibayar, Ini Sejarah Demo Buruh Era Penjajahan Belanda
Merdeka.com - Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei tercetus dari kesepakatan internasional. Padahal dunia buruh di Indonesia punya sejarahnya sendiri.
Dikutip dari Bantenprov.go.id, sejarah gerakan buruh di Indonesia muncul tak lepas dari diterapkannya sistem Tanam Paksa pada abad ke-19. Sejak peraturan ini diterapkan, para petani yang sebelumnya merupakan pekerja lepas diubah paksa menjadi buruh tani. Mereka wajib menanam komoditas tani yang diinginkan pemerintah dan hasil panennya dibayar dengan harga murah.
Pada masa berikutnya, mulai muncul berbagai perusahaan swasta yang bergerak pada bidang perkebunan maupun pabrik gula di Hindia Belanda. Para buruh banyak yang bekerja di perusahaan swasta itu.
-
Bagaimana sistem kerja paksa di pabrik gula Probolinggo? Mereka yang tak punya tanah dipaksa bekerja di kebun milik pemerintah Pada masa lampau, Probolinggo terkenal sebagai daerah penghasil gula. Ada dua pabrik besar yang berhasil menjual gulanya hingga ke luar negeri, yakni pabrik gula Wonolangan dan Oemboel.
-
Kenapa warga Probolinggo dipaksa bekerja di pabrik gula? Pada masa itu, seluruh wilayah pertanian wajib ditanami tanamanlaku ekspor dan hasilnya diserahkankepada pemerintahan Hindia Belanda.
-
Apa bentuk kerja paksa di pabrik gula Probolinggo? Mereka dipaksa bekerja di kebun-kebun milik pemerintah Hindia Belanda tanpa imbalan memadai.
-
Kapan jumlah buruh Jawa di Aceh Timur meningkat pesat? Pada tahun 1910, telah didatangkan buruh Jawa ke Aceh Timur sebanyak 858 orang. Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada Perang Dunia I, jumlah buruh meningkat menjadi 7.869 orang.
-
Bagaimana Revolusi Sosial dimulai di Sumatra Timur? Awal mula Revolusi Sosial menjadi peristiwa tragis, ketika pemberitaan terkait mendaratnya Belanda di Tanjung Balai pada tanggal 3 Maret 1946.
-
Di mana kerja paksa terjadi di pabrik gula Probolinggo? Mengutip Instagram @bermiheritage, keberadaan pabrik gula Oemboel dan Wonolangan jadi mimpi buruk bagi warga Probolinggo.
Seiring waktu, muncul demo-demo buruh yang menuntut ketidakadilan karena mereka diberi beban kerja yang berat dengan upah minim. Salah satu aksi demo yang pertama kali tercatat dalam sejarah Indonesia adalah tahun 1882. Saat itu para buruh pabrik gula di Yogyakarta melakukan aksi mogok kerja demi menuntut keadilan.
Tak hanya di Yogyakarta, berbagai bentuk aksi buruh di era penjajahan Hindia Belanda juga terjadi di berbagai tempat. Berikut selengkapnya:
Demo Para Penanam Tebu di Batang
©YouTube/Learning Resources
Pada 22 Oktober 1842, kontrolir di Kabupaten Batang melaporkan sejumlah 40 desa yang penduduknya melakukan Culturdienst tebu untuk masa tanam tahun sebelumnya belum dilunasi upahnya. Upah mereka tidak dilunasi karena dianggap belum cukup menyetorkan pajak tebu sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan.
Namun penanam tebu tersebut tidak mau melunasi pajak natura yang dibebankan melainkan berbalik melakukan tuntutan kenaikan upah. Protes ini terjadi pada 24 Oktober 1842 yang diikuti oleh 600 penanam tebu dari 51 desa.
Pemogokan Buruh di Yogyakarta
©YouTube/Learning Resources
Di Yogyakarta, pemogokan buruh tahun 1882 terjadi dalam tiga gelombang massa. Lokasi pemogokan berada di daerah Kalasan dan Sleman.
Isu pemogokan itu dipicu oleh banyak hal di antaranya upah, kerja gugur gunung yang terlalu berat, kerja jaga yang dilakukan satu hari dalam satu pekan, kerja Morgan yang tetap dilaksanakan walau tidak lazim dilakukan, upah tanam yang sering tidak dibayar, harga bambu petani oleh pabrik yang terlalu murah, dan kekerasan terhadap para petani.
Zaman Liberal
©YouTube/Learning Resources
Setelah tahun 1870, perkembangan dunia industri semakin cepat. Masa itu dikenal dengan nama zaman liberal. Era baru ini direspons secara baik oleh kalangan swasta Eropa. Mereka menyewa tanah dengan jangka waktu panjang hingga 75 tahun. Investasi ini tak hanya dilakukan di Jawa, namun juga di Sumatra.
Pada saat perkebunan-perkebunan tembakau di daerah Deli mulai dibuka tahun 1863, perusahaan itu mendatangkan para buruh dari Melayu dan Jawa. Mereka diikat dengan kontrak yang tidak dapat diakhiri oleh sang buruh. Apabila para buruh itu melarikan diri, mereka akan diberi hukuman. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perkebunan Tembakau Deli di Sumatera Utara mendatangkan keuntungan bagi pengusaha Belanda di era kolonial. Tapi bagi buruh, Deli mengisahkan kesengsaraan.
Baca SelengkapnyaPerkembangan perkebunan karet di Aceh Timur kerap menggunakan kuli yang berasal dari luar daerah, seperti Jawa hingga Tiongkok.
Baca SelengkapnyaDalam buku Sejarah Indonesia Modern, karya M. C. Ricklefs yang diterbitkan tahun 1994, asal mula adanya outsourcing diyakini muncul pada masa kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaDi masa kerajaan, masyarakat dibebani pajak tanah dan pajak tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaMereka yang tak punya tanah dipaksa bekerja di kebun milik pemerintah
Baca SelengkapnyaTerjadinya diskriminasi rasial antara awak kabin Belanda dan Pribumi pecah di Pelabuhan Aceh pada tahun 1933 silam.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaKeberadaan Orang Rantai ini menjadi bukti perbudakan pekerja tambang yang ada di Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaPemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Baca SelengkapnyaSejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Baca SelengkapnyaWarga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.
Baca SelengkapnyaKorupsi ternyata sudah ada di negeri ini sejak zaman dulu kala.
Baca Selengkapnya