Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
Wilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Wilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
Semarang merupakan kota terbesar di Jawa Tengah yang punya sejarah panjang. Namun tak banyak yang tahu, dalam sejarah geografisnya, pada 800 tahun lalu, daerah Semarang masih berupa lautan. Lalu apa buktinya?
-
Apa nama awal Semarang? Dilansir dari Wikipedia, sejarah Semarang berawal dari abad ke-6 Masehi. Saat itu, Semarang merupakan sebuah daerah pesisir pantai bernama Pragota.
-
Dimana letak Kota Lama Semarang? Lokasinya tak lain berada di pusat kota.
-
Dimana Kota Semarang berada? Kota Semarang terletak berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara, Kabupaten Demak di bagian timur, Kabupaten Semarang di bagian selatan, dan Kabupaten Kendal pada bagian barat.
-
Bagaimana Semarang mendapat julukan Kota Port of Java? Melansir dari laman liputan6, Semarang mendapatakan julukan dari segi sejarahnya.
-
Bagaimana Semarang jadi kota besar? Di bawah pimpinan Pandanaran II, daerah Semarang terus berkembang sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang.
Bukti pertama kalau dulu Semarang adalah lautan yaitu lokasi dari Kelenteng Sam Poo Kong yang menjadi tempat berlabuhnya Laksamana Cheng Ho.
Contoh ini bisa menjadi gambaran, terutama bagi masyarakat Semarang, mengingat jarak Kelenteng Sam Poo Kong dengan bibir pantai kini mencapai 7 kilometer.
Pada abad ke-15, Laksamana Cheng Ho mendarat di Pantai Simongan. Alasan pendaratan itu tak lain karena seorang juru mudi kapal bernama Wang Ji Hong mengalami sakit keras. Gua Batu yang ada di dekat situ dimanfaatkan menjadi tempat tinggal Cheng Ho untuk mengobati juru mudinya.
Wilayah pantai yang kini menjadi Kelurahan Ngemplak Simongan itu kini berada di tengah-tengah Kota Semarang, tepatnya di wilayah dekat Banjir Kanal Barat.
Sementara itu pada abad ke-9, wilayah Bergota, yang kini berada di tengah Kota Semarang, pada masanya menjadi pelabuhan tempat kapal-kapal besar berlabuh.
Bila dikaitkan dengan konteks saat ini, kawasan pelabuhan Bergota berada di sekitar Rumah Sakit Wira.
Pelabuhan tersebut dilindungi oleh Pulau Bergota. Wilayahnya tak hanya mencakup area Bergota yang dikenal saat ini. Bahkan lebih jauh lagi, Pulau Bergota mencakup pula daerah Mugas.
Pada saat itu, daerah Bergota masih bernama Pragota. Wilayah tersebut masih menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Kuno.
Daerah itu dulunya merupakan pelabuhan yang di depannya terdapat gugus-gugus pulau kecil. Akibat pengendapan, gugusan pulau itu menyatu membentuk daratan.
Pada akhir abad ke-15, Pangeran Made Pandan diketahui menyebarkan agama Islam di daerah perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu makin subur.
Di sela-sela kesuburan itu, tumbuh Pohon Asam Arang, sehingga di kemudian hari daerah tersebut dinamakan “Semarang”.
Pada masa setelahnya, wilayah yang memanjang dari Simongan hingga Pasar Bulu berkembang menjadi pelabuhan utama dan satu garis pantai dengan wilayah Laksamana Cheng Ho berlabuh.
Seiring waktu, wilayah Pelabuhan Bergota mulai menjadi daratan. Sekarang Bergota telah menjadi wilayah pemakaman umum.
Bukti geologis yang menunjukkan kalau dulu Semarang adalah lautan berada di Kelurahan Gisikdrono. Di daerah tersebut, banyak ditemukan kerang dengan spesies Balamnus sp yang menjadi ciri dari wilayah pesisir.
Pendangkalan
Alasan utama yang menjadikan dataran Semarang meluas karena pendangkalan yang cukup parah pada masa itu. Ahli Geologi Belanda Prof. van Bemmelen menyebutkan pergeseran garis pantai saat itu mencapai 8 meter setiap tahun.
Bahkan wilayah sekitar Candi yang berada di daerah perbukitan dulunya masih terkena gelombang laut pada kaki-kaki bukitnya.