Melihat Prosesi Dhaup Ageng Puro Pakualaman, Diisi Berbagai Prosesi yang Sarat Nilai Filosofi
Tak hanya keluarga dan kerabat, sejumlah tokoh publik juga hadir dalam acara itu.
Tak hanya keluarga dan kerabat, sejumlah tokoh publik juga hadir dalam acara itu.
Melihat Prosesi Dhaup Ageng Puro Pakualaman, Diisi Berbagai Prosesi yang Sarat Nilai Filosofi
Rabu (10/1) menjadi salah satu hari penting bagi Puro Pakualaman.
Di tanggal itu mereka menggelar acara Dhaup Ageng atau pernikahan antara putra bungsu KGPAA Paku Alam, Bendara Pangeran Harya (BPH) Kusumo Kuntonugroho, dengan pasangannya, Laily Annisa Kusumastuti.
-
Bagaimana proses tradisi Paculan? Biasanya, Paculan akan dimulai dengan pemanggilan pengantin ke atas panggung untuk duduk menghadap ke tamu. Kemudian perwakilan dari kedua belah pihak ikut mendampingi dan mulai memasangkan kalung uang ke kedua mempelai.
-
Bagaimana filosofi Luhur Handap diterapkan di Kampung Dukuh? Secara literal, berarti atas-bawah. Filosofi ini menunjukkan hierarki penempatan suatu lokasi berdasarkan tingkat kepentingan atau fungsinya.
-
Kenapa Kuluk Dugan punya makna mendalam? Bukan hanya sekedar hiasan, Kuluk Dugan rupanya mengandung sarat makna dan arti yang mendalam.
-
Bagaimana tradisi Dalailan dilakukan? Tradisi ini dimulai pukul 16:00 WIB, dan diawali dengan membaca hadrah dan selawat. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca kitab Dalailan.
-
Apa filosofi Kampung Dukuh? Kampung Dukuh terletak di Kabupaten Cikelet Garut, merupakan perkampungan yang masih memegang teguh filosofi arsitektur tradisional Sunda, seperti Luhur Handap, Wadah Eusi, dan Kaca-kaca.
-
Bagaimana tradisi Gerobagan dilakukan? Dalam tradisi ini, warga mengadakan pawai ke Pantai Setrojenar menggunakan kereta kuda.
Ijab kabul Dhaup Ageng BPH Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti berlangsung di Masjid Ageng Pakualaman, Yogyakarta, mulai pukul 08.30 WIB. Ayah Laily, Tri Wibowo, bertindak sebagai wali nikah. Saksi dari pihak mempelai pria adalah KPH Jurumartani, sementara saksi dari mempelai wanita adalah Prof. Dr. drg. Sudibyo.
Selama proses ijab kabul, mempelai pria maupun wanita mengenakan busana dengan motif batik Indra Widagda, motif pertama yang dibuat berdasarkan iluminasi Bathara Indra dalam naskah Sestradisuhul dan Sestra Ageng Adidarma.
Prosesi akad nikah dijalankan secara syariat Islam. Acara dilanjutkan dengan prosesi secara adat yaitu prosesi panggih.
Tak hanya keluarga dan kerabat, sejumlah tokoh publik juga hadir dalam acara itu. Salah satunya adalah Menkopolhumkam yang juga Calon Wakil Presiden Mahfud MD.
Sehari sebelumnya, Selasa (9/1), kedua calon pengantin menjalani upacara siraman secara terpisah. Siraman calon mempelai putri dilakukan di Ndalem Kepatihan Pakualaman Gandhok Wetan. Sementara upacara siraman pengantin pria dilaksanakan di Bangsal Parangkarsa yang berada di dalam kompleks Pura Pakualaman.
Sebelum siraman, dilangsungkan sungkeman kepada orang tua masing-masing calon pengantin. Upacara siraman ini sebagai bentuk pembersihan diri secara lahiriah dan batiniah bagi calon pengantin.
Tentang Pasangan Pengantin
Dua pengantin pada acara itu adalah BPH Kusumo Kuntonugroho dan Laily Annisa Kusumastuti. BPH Kusumo lahir di Yogyakarta pada 23 Oktober 1996. Ia telah menempuh pendidikan di Departemen Mikrobiologi Pertanian Fakultas Pertanian UGM dan Departemen Bioteknologi Graduate School of Engineering, Osaka University.
Sementara itu Laily Annisa Kusumastuti adalah seorang dokter yang lahir di Cilacap pada 20 Oktober 1996. Dia merampungkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM lalu melanjutkan ke Program Pendidikan Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM.