Mengenal Sholawat Rodat, Tradisi Unik Sambut Waktu Berbuka Ala Santri Dlingo Bantul
Merdeka.com - Pada umumnya orang menunggu waktu berbuka puasa dengan ngabuburit atau mengikuti kajian di masjid. Namun ada cara yang berbeda yang dilakukan oleh kaum muda di Kecamatan Dlingo, Bantul. Ketika sore tiba, mereka memainkan sebuah kesenian bernama Shalawat Rodat.
Dilansir dari akun YouTube Adi TV, pertunjukan kesenian Shalawat Rodat dilakukan sore hari setiap menjelang waktu berbuka puasa. Tradisi yang diselenggarakan setiap sore hari di kawasan Hutan Literasi Muntuk Dlingo, Bantul itu sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I.
Pelaksanaan Sholawat Rodat
-
Apa yang dilakukan warga di Dukuh Gatak untuk sambut Ramadan? Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
-
Bagaimana cara warga Indramayu menyambut Ramadan dengan tradisi Ngunjung? Acara ini menjadi salah satu penanda bagi masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Biasanya, makam-makam di perdesaan akan menjadi ramai saat warga mengadakan tradisi Ngunjung.
-
Kenapa ngabuburit di bulan puasa jadi kegiatan yang ditunggu? Bulan puasa adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Salah satu kegiatan yang paling ditunggu oleh umat Islam yang sedang berpuasa Ramadan adalah ngabuburit.
-
Bagaimana cara warga Banjarnegara sambut Ramadan dengan grebeg gunungan? Berbagai gunungan berisi buah-buahan, sayur mayur, serta palawija diarak keliling pusat Kota Banjarnegara.
-
Tradisi unik apa yang dilakukan di Masjid Saka Tunggal saat Ramadan? Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih. Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan.
-
Apa saja yang dilakukan saat ngabuburit? Jam ngabuburit adalah saat-saat menjelang berbuka puasa yang seru dan menyenangkan. Biasanya, orang akan menghabiskan banyak waktu ketika ngabuburit untuk berjalan-jalan dan melakukan hal lainnya.
©YouTube/Adi TV
Dalam pelaksanaannya, Sholawat Rodat dimainkan puluhan jemaah laki-laki. Untuk memainkannya mereka duduk berjajar rapi dan saling berhadapan. Masing-masing dari mereka membawa kipas dan ada pula enam orang yang menabuhkan rebana. Sementara itu pemimpin Sholawat Rodat biasanya merupakan seorang pemuka agama setempat melantunkan alunan sholawat dan zikir.
Lantunan syair sholawat dan zikir itu kemudian dipadukan oleh gerakan tubuh dari para pemain Rodat. Mereka menggerakkan tubuh sambil mengayunkan kipas. Perpaduan itulah yang menjadi fokus utama dari kesenian tersebut.
Diwariskan Turun Temurun Sejak Masa Sultan HB I
©YouTube/Adi TV
Sholawat Rodat merupakan kesenian yang memadukan sholawat dan zikir dengan alunan musik rebana dan gerakan tubuh. Dilansir dari akun YouTube Adi TV, kesenian ini telah diwariskan secara turun temurun sejak masa Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1759.
Pada awal kemunculannya kesenian Sholawat Rodat tidak hanya digunakan untuk pertunjukan belaka, melainkan juga sebagai sarana dakwah dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, khususnya pada masyarakat Bantul dan sekitarnya.
Sarana Kreativitas Anak Muda
©YouTube/Adi TV
Seiring berkembangnya waktu, Sholawat Rodat kemudian dimanfaatkan warga setempat sebagai sarana pengembangan kreativitas anak muda.
Kesenian ini bisa dimanfaatkan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi dan keagamaan, serta media olah tubuh yang bermanfaat bagi kesehatan. Tak hanya itu, dengan adanya kesenian ini, para anak muda di desa setempat itu bisa mengisi waktu dengan kegiatan yang produktif dan bermanfaat.
“Akhir-akhir ini kan banyak sekali muda mudi yang sering nongkrong di jalanan. Makanya kesenian Shalawat Rodat inilah diadakan agar kegiatan mereka itu bisa dibatasi. Lebih baik menjalankan Shalawat Rodat dan gerakan-gerakannya daripada nongkrong-nongkrong yang tidak benar,” jelas koordinator kesenian Shalawat Rodat Muhammad Munawir dikutip Merdeka.com dari YouTube Adi TV pada Rabu (13/5).
Membawa Banyak Manfaat
©YouTube/Adi TV
Sementara itu pemain Sholawat Rodat Nahariziq Anshori menjelaskan memainkan kesenian Sholawat Rodat mendatangkan manfaat pada para pemainnya, terutama dari hal agama maupun fisik.
“Dari kesenian ini, hasil positifnya dari segi agama dengan menyanyikan shalawat ini kita bisa mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad. Sedangkan dari segi fisiknya, sehabis seperti ini, kita merasakan badan sangat enteng dari mulai ujung kaki sampai ujung kepala,” ujar Nahariziq dikutip Merdeka.com dari YouTube Adi TV pada Rabu (13/5).
Sempat Marak di Jawa
©YouTube/Adi TV
Dilansir dari YouTube Adi TV, kesenian Sholawat Rodat ini pada tahun 1959 sempat marak karena hampir seluruh masjid di Jawa memainkan kesenian tersebut. Pada saat itu, jenis gerakannya juga beragam. Ada yang menggerakkan kipas, menggunakan gerakan silat, dan ada pula yang menggunakan gerakan reog.
Selain itu, kesenian ini juga pernah digunakan sebagai alat propaganda perlawanan bangsa melawan komunisme. Keberadaan kesenian itu hingga saat ini membuktikan jejak perjuangan dakwah Islam di nusantara, khususnya di Yogyakarta yang memiliki beragam budaya dan adat istiadat. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi patroli Ramadan di Malang viral di media sosial. Rombongan warga bernyanyi bangunkan sahur.
Baca SelengkapnyaMasyarakat akan dihibur dengan gending banyuwangen sebelum mendengar ajakan untuk bangun sahur
Baca SelengkapnyaTradisi ini juga bertujuan menjaga kekompakan para pemuda dari generasi ke generasi melalui media bermusik patrol.
Baca SelengkapnyaHalaman Masjid Raya Baiturrahman menjadi hangat dengan macam kegiatan umat Islam yang menunggu buka puasa.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Batukarut dan Lebakwangi yang berada di luar kota.
Baca SelengkapnyaIni tercermin dari mudahnya menemukan ikon khas adat Sunda seperti seni musik angklung, rampak bedug sampai tradisi ngaruwat bumi
Baca SelengkapnyaRibuan pelajar menarikan Tari Montro di Pantai Parangkusumo, Bantul memecahkan rekor MURI.
Baca SelengkapnyaTradisi khitanan ini unik, karena diiringi warga dengan keliling kampung sembari menabuh angklung.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca SelengkapnyaSebuah tradisi ungkapan kegembiraan ketika masyarakat Suku Batak Simalungun telah mewujudkan sebuah kegiatan pesta yang melibatkan banyak orang
Baca SelengkapnyaRitual jemaah penganut Tarekat Naqsyabandiah di Ranah Minang ini menghabiskan waktu di Bulan Ramadan dengan berzikir dan berdoa kepada Allah.
Baca Selengkapnya