Menguak Fakta di Balik Kasus Bunuh Diri Dokter Muda Undip, Diduga Korban Perundungan hingga Sempat Curhat ke Ibunya
Seorang mahasiswa peserta PPDS UNDIP ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya. Ia diduga bunuh diri. Sebuah buku catatan harian ditemukan di kamar korban.

Ilustrasi Bunuh Diri. (Freepik)
(©@ 2023 merdeka.com)Pada Senin (12/8) malam pukul 23.00, seorang mahasiswi peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) Prodi Anestesi, Universitas Diponegoro (UNDIP) berinisial A (30 tahun) ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya. Ia meninggal dunia diduga karena bunuh diri. Polisi menyebut korban tewas usai menyuntikkan suatu obat di tubuhnya sendiri. Hasil olah TKP juga menemukan sebuah buku harian di kamar kos korban.
Dikutip dari Liputan6 pada Kamis (15/8), buku harian tersebut berisi catatan yang salah satunya berisi keluhan beratnya menjadi mahasiswa kedokteran. Dalam tulisan itu ia menyinggung relasi dengan seniornya.
Peristiwa inipun mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Pihak Kemenkes mengirim surat pemberhentian program studi anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang. Berikut selengkapnya:
Sosok Korban

Berdasarkan keterangan Manajer Layanan Terpadu dan Humas Universitas Diponegoro Utami Setyowati, korban merupakan penerima beasiswa pendidikan. Ia juga dikenal sebagai sosok yang santun dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Saat bertugas di RSUP Kariadi Semarang, ia pernah mengalami cedera saraf kejepit. Sebelum meninggal dunia, korban sempat curhat pada ibunya bahwa ia mengalami kelelahan saat bekerja.
“Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Namun karena beliau adalah penerima beasiswa, dan secara administratif terikat ketentuan dengan syarat penerima beasiswa, almarhumah mengurungkan niatnya,” ungkap Utami dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (16/8).
Tanggapan Ikatan Dokter Indonesia

Terkait kematian A, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara. Menurut mereka, kondisi kesehatan mental mahasiswa calon dokter spesialis harus dievaluasi secara berkala. Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi akan membuat pusat krisis trauma center untuk mengevaluasi kesehatan mental para peserta pendidikan dokter dan dokter spesialis di tiap rumah sakit pendidikan di Indonesia.
“Kepada semuanya agar menghormati proses penyelidikan yang selama ini berlangsung,” kata Adib dikutip dari YouTube Liputan6.
Pihak Undip sendiri membantah adanya perundungan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Rektor Undip Prof. Dr. Suharnomo. Ia pun mengaku sangat terbuka dengan fakta-fakta lain di luar hasil investigasi.
Fakta Tersembunyi

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan buku harian korban yang mana dalam buku harian tersebut korban mengaku tak kuat menahan perundungan. Dalam temuan yang dibeberkan Liputan6.com, dalam keseharian sebagai dokter PPDS, ada berbagai macam motif perundungan. Perundungan yang paling umum adalah soal tugas keseharian di mana mahasiswa junior bertugas seperti pembantu rumah tangga kepada junior.
Junior harus menyediakan bolpen, sandal, air galon, sampai membeli makanan. Bahkan ada pula yang sampai rela melakukan antar jemput. Lalu perundungan saat berinteraksi di mana tidak ada junior yang boleh bercanda dengan senior. Perundungan berikutnya saat penugasan. Bila mahasiswa junior tidak melakukan tugasnya, misalnya lupa mengganti air galon, maka senior akan mengunggah foto sedang mengganti air galon disertai ucapan sarkastik.