Suasana Desa Tertinggi di Lereng Gunung Lawu, Dingin Berselimut Kabut

Merdeka.com - Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, merupakan desa tertinggi di lereng Gunung Lawu wilayah Kabupaten Karanganyar. Letaknya berada di ketinggian 1.500 mdpl, membuat udara di desa ini begitu dingin.
Sebagian besar warga di sana berprofesi sebagai petani sayur. Sayur-sayur yang dipanen kemudian dijual di Pasar Tawangmangu, pasar terdekat dari desa itu.
Pada musim hujan seperti ini, kawasan desa tersebut sering tertutup kabut. Lantas seperti apa suasana kehidupan warga di desa itu?
Desa Berselimut Kabut
©YouTube/Jejak Richard
Desa Gondosuli merupakan desa paling ujung timur di Kabupaten Karanganyar. Di sebelah timur desa ini sudah berbatasan langsung dengan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Salah satu bagian dari desa ini menjadi titik awal pendakian menuju puncak Gunung Lawu.
Saat tim dari kanal YouTube Jejak Richard mengunjungi Desa Gondosuli, wilayah desa itu tertutup kabut tipis. Jalanan tampak basah habis diguyur hujan.
Rata-rata rumah di Desa Gondosuli beratapkan seng. Hal ini dikarenakan atap seng mampu menyerap panas sehingga membuat suhu di dalam rumah terasa lebih hangat.
Sentra Sayur Mayur
©YouTube/Jejak Richard
Desa Gondosuli juga disebut sebagai sentra sayur mayur. Tampak di rumah-rumah warga berbagai jenis sayuran disimpan seperti wortel dan sawi.
“Ini semua mau dijual ke Pasar Tawangmangu,” kata Bu Sandi, pemilik sayur mayur itu.
Beberapa rumah tradisional bahkan dilengkapi perapian untuk menghangatkan badan. Selain menjual sayur mayur, beberapa warga juga menjual makanan jadi seperti bubur.
Rela Utang Demi Mesin Cuci
©YouTube/Jejak Richard
Saat memasuki musim hujan, sinar matahari menjadi sesuatu yang mahal di Desa Gondosuli. Hal ini membuat jemuran warga jadi lama keringnya. Di saat-saat seperti itu, beberapa warga memilih untuk menjemur pakaian di perapian.
Namun bagi mereka yang berasal dari golongan menengah ke atas, mereka bakal membeli mesin cuci. Bahkan ada warga di sana yang rela berutang demi membeli mesin cuci. Hal itulah yang dilakukan keluarga Pak Wardoyo dan Ibu Wartini.
“Ya sudah kepepet mau bagaimana lagi. Yang penting seragam buat anak sekolah. Kan kasihan anak mau sekolah seragamnya belum kering. Mau titip dikeringkan di tetangga tapi tidak boleh,” kata Pak Wardoyo dikutip dari kanal YouTube Jejak Richard pada Jumat (3/5). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya