Uniknya Lomba Triathlon Wonosobo, Medan Pegunungan dan Suhu Dingin Jadi Tantangan Para Peserta
Acara itu ditutup dengan penerbangan lampion yang disambut antusias oleh warga.
Acara itu ditutup dengan penerbangan lampion yang disambut antusias warga.
Uniknya Lomba Triathlon Wonosobo, Medan Pegunungan dan Suhu Dingin Jadi Tantangan Para Peserta
Acara bertajuk Sindoro-Sumbing Triathlon dan Duatlon (Specta) 2024 kembali digelar di Wonosobo pada 22 Juni 2024 lalu. Sebanyak 200 atlet mengikuti lomba yang telah digelar lima kali dalam lima tahun terakhir itu.
-
Tantangan apa yang dihadapi saat berkendara di wilayah bersalju? Keindahan musim salju yang dianggap menyenangkan ternyata memiliki sisi berbahaya bagi para pengguna jalan. Pasalnya, jalanan yang tertutup lapisan es bisa meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas karena melemahnya kemampuan rem kendaraan.
-
Mengapa event sport tourism seperti Banyuwangi Ijen Geopark Downhill penting bagi Banyuwangi? “Kami konsisten untuk menggelar event sport tourism karena ini merupakan salah satu sektor wisata yang peluangnya besar,“ kata Ipuk.
-
Apa yang menjadi ciri khas lintasan Banyuwangi Ijen Geopark Downhill? Gantasan Bike Park memiliki panjang lintasan 1,8 kilometer (km). Lintasan itu memiliki beberapa trail features, meliputi wallride, gap jump, rock garden, double jump, dan table top.
-
Apa saja yang dilakukan di Festival Balon Udara Wonosobo? Festival balon udara yang dinilai paling meriah terjadi pada tahun 2006. Waktu itu pihak panitia berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar seperti perusahaan media Jawa Pos dan perusahaan rokok Dji Sam Soe.
-
Di mana tempat wisata bersalju di Indonesia? Puncak Jayawijaya yang juga dikenal sebagai Carstensz Pyramid merupakan rangkaian pegunungan tertinggi di Indonesia dan satu-satunya pegunungan bersalju di wilayah tropis.
-
Kenapa Paralayang Wonosobo menarik? Dengan pemandangan pegunungan yang indah, wahana paralayang ini menawarkan pengalaman yang menarik bagi para penggemar olahraga ekstrem.
Atlet yang berasal dari Indonesia dan mancanegara itu mengawali lomba dengan berenang di Telaga Bedakah, Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Triathlon Wonosobo ini menjadi sesuatu yang unik karena dilakukan di daerah pegunungan, berbeda seperti Lomba Triathlon kebanyakan yang diadakan di laut.
Setelah berlari, mereka melanjutkan perjalanan dengan bersepeda secara berkesinambungan di lereng Gunung Sindoro. Ada 75 peserta Triathlon dan 150 peserta Duatlon yang saling berlomba untuk selesai pertama kali. Medan yang menanjak dan suhu yang sangat dingin menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet.
“Saya tadi menempuh waktu satu jam sembilan menit. Tantangannya yaitu kedinginan, sama jalanannya yang menanjak,” kata Muhammad Noval, salah seorang peserta dari Jawa Timur, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (25/6).
Tak hanya dari sisi olahraga, acara itu digelar untuk menggenjot pariwisata dan perekonomian warga. Apalagi bentangan alam yang indah menjadi faktor utama yang bisa dijual setiap ada ajang besar.
“Pasti ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan mengangkat wisata di Wonosobo. Karena hari ini para wisatawan cenderung akan melihat wisata alam. Dan tentu tempatnya sangat indah sekali, karena berada di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing, serta di bawahnya ada hamparan perkebunan teh,”
kata Bupati Wonosobo Afif Nur Hidayat.
Dalam ajang kali ini ada kelas umum putra dan putri, under 20, upper 40, dan peserta TNI-Polri.
Pada malam harinya ribuan lampion diterbangkan di Lapangan Desa Pagerejo, Kecamatan Kretek, Wonosobo.
Penerbangan lampion itu merupakan acara penutup dari Specta 2024 yang digelar sebelumnya.
Acara itu disambut meriah warga Wonosobo, apalagi lampion yang diterbangkan dibagikan gratis pada warga yang datang.
Penerbangan lampion itu diharapkan bisa menarik warga yang datang, terutama generasi mudanya, untuk memajukan Wonosobo dengan berbagai kegiatan positif.