6 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Lucu, Bacakan untuk Si Kecil
Membacakan dongeng membantu membangun rutinitas yang membuat si kecil siap untuk tidur.
Membacakan dongeng membantu membangun rutinitas yang membuat si kecil siap untuk tidur.
6 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Lucu, Bacakan untuk Si Kecil
Menceritakan dongeng pengantar tidur kepada seorang anak adalah tradisi yang sudah ada sejak ratusan atau mungkin ribuan tahun lalu, dan ini masih menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari banyak keluarga.
Meskipun kelihatannya mudah untuk menceritakan kisah sederhana, jika Anda cermat memperhatikannya, Anda akan segera menyadari bahwa itu dapat menjadi pengaruh yang kuat pada anak-anak dan dapat memiliki berbagai manfaat yang luas.Salah satu manfaat terpenting dari berbagi dongeng anak sebelum tidur dengan adalah dapat membantu membangun rutinitas yang membuat mereka siap untuk tidur. Secara biologis, manusia adalah makhluk kebiasaan yang paling nyaman ketika memiliki kerangka kerja yang dapat diandalkan oleh jam tubuh kita. Ketergantungan ini lebih penting bagi anak-anak karena mereka tidak dapat beradaptasi seperti orang dewasa.
Memastikan bahwa Anda membacakan dongeng anak sebelum tidur yang lucu dan mengandung pesan moral setiap malam dapat membantu memperkuat kerangka itu dengan memberi otak mereka sinyal penting untuk bersiap-siap untuk istirahat.
Sebuah dongeng juga dapat memiliki dampak emosional yang positif pada tidur. Jika anak-anak Anda benar-benar menikmati dongeng tersebut, itu mungkin salah satu yang menarik dari hari mereka, jadi mereka lebih cenderung menantikan waktu tidur.
Berikut beberapa dongeng anak sebelum tidur yang lucu dan penuh nasihat yang bisa dibacakan kepada si kecil.
6 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Lucu
1. Dongeng Biji Pohon Oak Dan Labu (Jean de La Fontaine)Seorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh, "Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak. Seharusnya di sanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri.
"Sebagai contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya digantungkan pada batang labu yang kurus ini."
Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.
Saat itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan mengeluarkan darah. "Aduh.. aduh..!"teriaknya, "Hidungku berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah labu? Saya tadinya meragukan ciptaan-Nya, sekarang saya telah mengerti semuanya dengan sempurna."
Lalu sang Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke rumahnya. 2. Semut dan Kepompong
Seekor semut merayap dengan gesit di bawah sinar matahari. Memanjat pohon, dan menelusuri ranting dengan lincah. Dia sedang mencari makanan saat tiba-tiba dia melihat kepompong tergantung di selembar daun.
Kepompong itu terlihat mulai bergerak-gerak sedikit, tanda apa yang ada di dalamnya akan segera keluar. Gerakan-gerakan dari kepompong tersebut menarik perhatian semut yang baru pertama kali ini melihat kepompong yang bisa bergerak-gerak. Dia mendekat dan berkata,”Aduh kasian sekali kamu ini” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan menghina.
“Nasibmu malang sekali, sementara aku bisa lari kesana kemari sekehendak hatiku, dan kalau aku ingin aku bisa memanjat pohon yang tertinggi sekalipun, kamu terperangkap dalam kulitmu, hanya bisa menggerakkan sedikit saja tubuhmu.”
Kepompong mendengar semua yang dikatakan oleh semut, tapi dia diam saja tidak menjawab. Beberapa hari kemudian, saat semut kembali ketempat kepompong tersebut, dia terkejut saat melihat yang kepompong itu sudah kosong yang ada tinggal cangkangnya.
Saat dia sedang bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi dari kepompong itu, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin dan adanya kepakan sayap kupu-kupu yang indah di belakangnya.
“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang baik-baik” kupu-kupu yang indah menyapa semut yang tertegun melihatnya.
“Akulah mahluk yang kau kasihani beberapa hari lalu! Saat itu aku masih ada di dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan memanjat tinggi. Tapi mungkin aku tidak akan perduli, karena aku akan terbang tinggi dan tidak mendengar apa yang kau katakan.”
Sambil berkata demikian, kupu-kupu itu terbang tinggi ke udara, meniti hembusan angin, dan dalam sekejap hilang dari pandangan sang semut.
3. Semut dan Merpati
Pada suatu hari, ada seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir sungai. Seperti biasa, dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai. Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan berusaha untuk menepi tapi tidak berhasil.
Seekor burung merpati yang kebetulan bertengger di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang hampir tenggelam dan merasa iba.
Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.
Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut, segera berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.
Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung pun terbang menyelamatkan dirinya. 4. Burung Gagak dengan Siput
Pada suatu hari burung gagak pergi berjalan-jajln. Dia kemudian tiba pada suatu tempat yang berair di mana siput sedang mencari makanan. Burung gagak ini lalu menyapa siput dan berkata, "Hai Siput, maukah engkau berlomba lari dengan saya?" Siput menjawab, "Saya tidak mempunyai kaki dan sayap, tidak berdaya untuk lari, berbeda dengan engkau dapat berjalan dan terbang di angkasa bebas."
Mendengar jawaban siput ini burung gagak kemudian mengejek dan mencelanya, "Kalau demikian, engkau bukan laki-laki karena dari perlombaan inilah membuktikan kemampuan kita." Siput ketika mendengar ejekan burung gagak itu menjadi tersinggung dan sakit hati.
Siput berkata kepada burung gagak, "Sebenarnya aku tak menyanggupinya permintaanmu, tetapi akan aku usahakan dan memenuhi permintaanmu, kapan akan kita laksanakan?" Burung gagak dan siput pada saat itu menentukan waktu pelaksanaan. Keduanya sepakat bahwa perlombaan lari akan dilaksanakan tiga hari yang akan datang. Siput tidak henti-hentinya berpikir mencari jalan untuk menundukkan burung gagak tadi. Dia bekerja sama dengan teman-temannya dan menyuruh temannya yang lain menunggu di tempat-tempat tertentu mulai dari garis awal lomba sampai dengan tempat di mana garis akhir. Segala persiapan sudah siput siapkan dan waktu perlombaan pun telah ditetapkan.
Di tempat itu burung gagak menyapa kepada siput, "Apakah engkau sudah siap?" Siput lalu menjawab, "Dari tadi saya sudah siap." Setelah aba-aba dimulai, burung gagak terbang ke tempat yang sudah ditentukan, tetapi ternyata siput sudah lama lebih dahulu menunggu di sana.
Burung gagak ketika tiba di tempat itu berteriak, "Hai Siput, di manakah engkau?" Siput yang sudah lama menunggu di tempat itu menjawab, "Halla, aku sudah capek menunggu dari tadi." Burung gagak berkata kepada siput, "Aku kalah dan mengakui bahwa engkaulah laki-laki." Burung gagak kemudian mengajak siput berbincang-bincang lebih dahulu.
Dalam percakapan ini burung gagak mohon supaya si siput membersihkan badannya lebih dahulu dari lendirnya. Siput mengeluarkan badan dari rumah siput itu dan langsung dimakan oleh burung gagak. Jadi, siput ini ditipu oleh burung gagak. 5. Nelayan dan Ikan Kecil (Aesop)
Seorang nelayan miskin yang hidup berdasarkan ikan hasil tangkapannya, pada suatu hari mengalami nasib kurang beruntung dan hampir tidak mendapatkan tangkapan apapun selain seekor ikan kecil. Saat sang Nelayan itu akan memasukkan ikan tersebut ke keranjang yang dibawanya, ikan kecil itu berkata:
"Mohon lepaskan aku, tuan nelayan! Saya sangat kecil hingga tidak berharga untuk dibawa pulang ke rumah. Saat saya menjadi lebih besar nanti, saya akan menjadi santapan yang lebih lezat untuk tuan."
Tetapi sang Nelayan tetap menaruh ikan tersebut di keranjangnya.
"Betapa bodohnya saya jika melepaskan ikan ini." kata Nelayan. "Bagaimana kecilpun ikan yang saya tangkap, tetap lebih baik daripada tidak ada tangkapan sama sekali." 6. Raja Ular dan Kerbau
Pada suatu hari ada seekor kerbau sedang makan rumput di dekat pinggir hutan. Datanglah seekor ular besar dan dia adalah raja ular. Ular ini berkata kepada kerbau, "Hai kerbau, sebenarnya badan kamu cukup besar lagi bertanduk. Tidak ada yang bisa melawanmu, tetapi mengapa kamu membiarkan hidungmu dicolok dan ditarik oleh manusia?"
Kerbau menjawab lalu katanya, "Sebenarnya manusia itu pintar dan berakal, pemikirannya tidak terjangkau dan tidak ada yang dapat menyamainya".
Ular menyambung lagi dan berkata, "Cobalah panggil manusia itu supaya dapat saya melihat dan menyaksikan kemampuan dan kebolehannya".
Kerbau pergi memanggil manusia dan membawanya untuk datang. Dalam pertemuan ini ular menyapa kepada manusia, "Cobalah perlihatkan kepadaku kebolehan dan kemampuanmu, sesudah itu akan kuperlihatkan pula kepadamu kejagoanku".
Dalam pertemuan ini sebenarnya ular bermaksud memanggil manusia dan kemudian akan ditelannya kalau sudah datang.
Dalam adu pikiran dan kejagoan ini manusia lebih dahulu meminta kepada ular supaya memperlihatkan bagaimana seharusnya ia berdempet dengan batang kayu yang terlentang di depannya.
Kemudian ular memperagakan permintaan manusia dengan berimpit bersama batang kayu yang terlentang di depannya. Pada saat ular melakukan peragaan, setelah itu manusia langsung mengikat ular dengan rotan sebanyak 12 ikatan sehingga ular tidak dapat lepas, bahkan bergerak pun sukar sekali. Jadi, dalam adu ketangkasan dan pikiran ini ular sudah dikalahkan oleh kelicikan manusia. Melihat peristiwa ini, datanglah kerbau menertawakan ular yang sudah terikat erat dengan rotan seraya ia berkata, "Sekarang sudah kamu rasakan dan alami akan kebolehan dan ketangkasan manusia itu." Kerbau tertawa terus sambil melihat ular yang angkuh kepadanya sehingga ia tidak dapat merasakan bahwa air ludahnya mengalir keluar terus-menerus yang mengakibatkan giginya pada rahang atas terjatuh semua.
Itulah sebabnya sampai sekarang kerbau tidak mempunyai gigi pada rahang atasnya. Kemudian ular tidak menggerakkan badannya di batang pohon kayu dan akhirnya ia pun mati.