Dulu Jadi Tempat Mandi Putri Raja saat Sakit, Begini Eksotisnya Air Merambat Roro Kuning Nganjuk
Air terjun ini dulunya sering digunakan mandi dua putri raja saat sakit. Berbeda dari air terjun lain, air di sini merambat pada bebatuan.
Air merambat pada bebatuan
Dulu Jadi Tempat Mandi Putri Raja saat Sakit, Begini Eksotisnya Air Merambat Roro Kuning Nganjuk
Air Terjun Roro Kuning terletak di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Air terjun ini berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian air terjun berkisar antara 10-15 meter. Berbeda dari air terjun pada umumnya, Air Terjun Roro Kuning merambat pada bebatuan.
(Foto: Instagram @silljeonn)
-
Dimana Roro Kuning dan Dewi Kilisuci menemukan air terjun? Mengutip Instagram @pesona.indonesia, Kamis (25/4/2024), kedua putri raja ini terpesona dengan air yang mengalir bak air terjun. Air itu mengalir dari bebatuan di sela-sela tanaman hutan.
-
Dimana puteri Pajajaran bermain air? Menyeberanglah ke Pulo Geulis 'Pulau' ini berada di tengah Sungai Ciliwung, masih di kawasan Suryakencana. Pulo Geulis dipercaya sebagai tempat para puteri Pajajaran bermain air.
-
Bagaimana air di Pemandian Derekan berwarna kuning? Warna airnya kuning karena kandungan belerang yang tinggi.
-
Bagaimana menikmati keindahan Ranu Agung? Salah satu aktivitas yang bisa Anda lakukan di tempat wisata di Probolinggo yang satu ini adalah berkeliling di sekitar danau menggunakan perahu getek.
-
Apa yang menarik dari Air Terjun Putri Malu? Tidak hanya menghadirkan air terjun yang megah, tetapi kondisi alam di sini masih terjaga dengan baik.
-
Di mana letak Air Terjun Putri Malu? Air Terjun Putri Malu jadi salah satu daya tarik wisata alam yang berada di Kampung Juku Batu, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
Eksotis
Air terjun ini mengalir dari tiga sumber yang berasal dari Gunung Wilis. Air ini merambat di antara bebatuan padas di bawah pepohonan hutan pinus dan membentuk trisula.
Legenda
Penamaan air terjun "Roro Kuning" berasal dari dua tokoh, yaitu Ruting dan Roro Kuning. Ruting adalah Dewi Kilisuci, sementara Roro Kuning adalah Dewi Sekartaji.
Suatu saat, Dewi Sekartaji putri Raja Dhoho dan Dewi Kilisuci putri Raja Medang Kahuripan sedang sakit. Sementara itu, di kerajaan tidak ada yang bisa menyembuhkan keduanya.
Kedua putri raja kemudian melakukan perjalanan panjang, naik dan turun gunung hingga sampai di lereng Gunung Wilis yang berada di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Di sana, mereka bertemu dengan Resi Darmo.
Resi Darmo inilah yang merawat kedua putri raja hingga sembuh. Sang resi mengobati sakit Dewi Kilisuci dan Dewi Sekartaji dengan ramuan tradisional. Selama proses penyembuhan, kedua putri raja ini sering mandi di air terjun di sekitar lokasi. Resi Darmo mengabadikannya menjadi nama air terjun "Roro Kuning." (Foto: Instagran @Instagram @manikmayacatering)
Air Terjun Lain
Tak jauh dari air merambat Roro Kuning, ada air terjun Pacoban dan air terjun Pacoban Ngunut. Air terjun ini juga memiliki kisah yang lekat dengan Dewi Kilisuci dan Dewi Sekartaji.
Pengembaraan Dua Putri Kerajaan
Konon, saat terjadi peperangan antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Seberang, Kerajaan Kediri mengalami kekalahan. Setelah perang usai, Raja Kerajaan Seberang ingin mempersunting Dewi Kilisuci. Namun keinginan Raja Seberang ditolak. Dewi Kilisuci melarikan diri dan bersembunyi di tengah hutan lereng Gunung Wilis.
Kepergian Dewi Kilisuci ditemani oleh adiknya yaitu Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun. Sesampainya di tengah hutan di lereng Gunung Wilis, Dewi Sekartaji tiba-tiba sakit. Sementara rombongan tersebut tidak membawa obat-obatan.
Dewi Kilisuci bermaksud mencari dedaunan untuk ramuan obat, namun malang menghampirinya. Saat hendak kembali, ia terperosok dan tidak dapat menemukan di mana adiknya berbaring.
Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya Dewi Kilisuci sampai di sebuah air terjun (grojokan) yang banyak bebatuannya. Di sana, ia menemukan bebatuan yang berbentuk meja. Dewi Kilisuci tertidur di sana karena kelelahan.
Dalam tidurnya, Dewi Kilisuci merasa diganggu oleh makhluk halus (jin). Cobaan demi cobaan datang silih berganti kepada Dewi Kilisuci. Banyaknya cobaan (pacoban) dari makhluk halus membuat air terjun tersebut diberi nama Air Terjun Pacoban.
Semedi hingga Akhir Hayat
Merasa gagal melakukan semedi di tempat pertama, Dewi Kilisuci dengan pakaian yang telah compang-camping berjalan tertatih-tatih menuju air terjun (grojokan) yang posisinya lebih tinggi dari air terjun sebelumnya.
Ternyata keadaan di atas tidak berbeda dengan di bawah, bahkan gangguan dan godaan lebih banyak lagi. Karena godaannya semakin banyak dan semedinya terganggu, lokasi air terjun tersebut diberinya nama Pacoban Ngunut. Walaupun terus mendapatkan godaan, namun Dewi Kilisuci meneruskan semedi hingga akhir hayatnya di tempat tersebut, seperti dikutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id.