Pengertian Ikhlas dan Tingkatannya dalam Islam, Umat Muslim Wajib Tahu
Ikhlas adalah hal yang perlu diterapkan dalam kehidupan muslim sehari-hari.
Ikhlas adalah hal yang perlu diterapkan dalam kehidupan Muslim sehari-hari.
Pengertian Ikhlas dan Tingkatannya dalam Islam, Umat Muslim Wajib Tahu
Pepatah yang mengatakan bahwa hidup tidak mudah, sepertinya memang benar adanya. Di mana berbagai masalah hidup selalu datang dan menjadi ujian bagi setiap orang. Tidak jarang, masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup terasa berat dan sulit dilalui.
Hal ini pun sering kali menjadi sumber stres yang bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental bagi seseorang. Dalam hal ini, kesabaran juga hal penting yang perlu ditanamkan dalam hati selama menghadapi cobaan hidup.Selain itu, dalam Islam umat Muslim diajarkan untuk melatih keikhlasan dalam menemui beragam ujian hidup. Bahkan, sekalipun ujian tersebut terasa berat atau sulit untuk dilalui. Bukan hanya saat menghadapi cobaan, ikhlas juga perlu diterapkan dalam berbagai hal di kehidupan sehari-hari. Pengertian ikhlas dipahami sebagai suatu ketulusan hati. Apabila seseorang mengerjakan sesuatu dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan suatu hal lain, maka itu bisa disebut sebagai keikhlasan.
Selain itu, terdapat beberapa tanda dari sikap ikhlas yang perlu dipahami. Tanda-tanda ini bisa menjadi pedoman Anda dalam mengukur kualitas diri, apakah Anda sudah mampu menerapkan sikap ikhlas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, ada pula tingkatan dalam ikhlas yang tak kalah penting untuk dipahami. Mengutip NU Online, berikut pengertian ikhlas, ciri-ciri, hingga tingkatannya.
Pengertian Ikhlas
Secara etimologi, ikhlas berasal dari kata dalam bahasa Arab, خَلُصَ "khalus," yang artinya sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya. Adapun secara terminologi atau istilah, ikhlas adalah “memurnikan” atau “mengkhususkan” hanya untuk Allah SWT.Menurut ilmu tasawuf, ikhlas juga dipahami sebagai peninggalan dari Al Haqq, di mana mengarahkan segala sesuatu untuk orientasi ketaatan, semata-mata hanya karena Allah.
Pengertian ikhlas juga disebut sebagai rahasia antara Allah dan hambanya, bahkan tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya, tidak ada setan yang mengetahui dan merusaknya, tidak ada pula hawa nafsu yang mengetahui lalu menyondongkan ke hal lain yang buruk.
Para ulama menjelaskan bahwa ikhlas adalah membersihkan amalan dari penilaian manusia sehingga jika seseorang sedang melakukan suatu amalan tertentu, maka ia akan membersihkan diri dari perhatian manusia.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya”.
Seperti yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebelumnya, ketika itu Nabi Muhammad bertanya kepada Malaikat Jibril, apa yang dimaksud dengan ikhlas. Lalu Malaikat Jibril pun bertanya pada Tuhan, dan menjawab pertanyaan Rasulullah, bahwa ikhlas adalah rahasia Allah yang ditempatkan di hati setiap hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Perintah Allah untuk Ikhlas
Perintah ikhlas disuratkan Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Saba ayat 46:۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ – ٤٦
Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS 34:46).
Di ayat yang lain, Surat Al-Hajj ayat 31, Allah SWT berfirman:
حُنَفَاۤءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ – ٣١
(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS 22:31)
Ciri-Ciri Ikhlas
Karena apa yang dimaksud dengan ikhlas adalah pekerjaan hati, ikhlas tidak dapat dilihat secara kasat mata. Dengan kata lain, kita tidak bisa menghakimi atau menilai keihlasan orang lain. Ikhlas adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah SWT.Kita bisa mengetahui apakah diri kita telah melakukan suatu perbuatan baik secara ikhlas atau tidak, dengan melihat ciri-cirinya. Adapun ciri-ciri untuk mengetahui apakah kita telah melakukan suatu perbuatan baik dengan ikhlas atau tidak, antara lain sebagai berikut: 1. Istiqomah
Salah satu ciri dari sikap ikhlas adalah istiqomah atau konsisten. Artinya seseorang akan tetap melakukan perbuatan baik apa pun kondisinya. Dia akan terus melakukan perbuatan baik, meski tidak mendapatkan pujian maupun apresiasi dari orang lain.
2. Tidak Terpengaruh oleh Tanggapan Orang Lain
Ciri berikutnya dari sikap ikhlas adalah tidak terpengaruh oleh tanggapan orang lain. Sebagai contoh, ketika kita melakukan perbuatan baik dan mendapatkan pujian, hal itu tidak membuat kita senang. Sebaliknya, jika mendapat caci maki pun, kita tidak akan merasa sedih dan kecewa atau menurunkan intensitas kita dalam melakukan perbuatan baik. 3. Hanya Mengharapkan Ridha Allah SWT
Orang yang ikhlas tidak mengharapkan apa pun kecuali ridha Allah SWT. Meski perbuatan yang baik itu tidak mendapatkan pujian, imbalan, atau bentuk apresiasi lain, dia akan tetap terus melakukan kebaikan apa pun yang terjadi. Ini karena orang yang ikhlas hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT. Orang yang ikhlas tidak akan merasa sedih atau kecewa jika ada seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak diharapkannya.
4. Tidak Pernah Mengungkit Kebaikannya
Orang yang ikhlas tidak akan mengungkit perbuatan baik yang pernah mereka lakukan. Dia cenderung akan melupakan semua kebaikan yang pernah dia lakukan. Bahkan dia juga lupa bahwa hal baik yang dilakukannya akan memperoleh pahala di akhirat.
Tingkatan Ikhlas
Seperti diketahui bahwa ikhlas menjadi syarat diterimanya amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang mukmin di sisi Allah. Ikhlas juga berarti membersihkan amal dari berbagai kotoran.Artinya, orang yang ikhlas dalam mengerjakan amalan terbebas dari niat buruk dan hal-hal negatif lainnya yang mengurangi kemurnian dan ketulusannya. Di mana seseorang melakukan amalan hanya karena Allah semata, tidak ada keinginan di dunia, semua murni karena Allah. Ikhlas pun memiliki tingkatannya masing-masing. Adapun tingkatan ikhlas dapat dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
1. Ikhlas Awam
Ikhlas Awam adalah tingkatan ikhlas di mana seseorang masih mengharapkan sesuatu kepada Allah SWT. Sebagai contoh, seseorang menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan landasan perasaan takut akan siksa Allah SWT dan mengharapkan pahala atas ibadah yang dilakukan.
Contoh lain adalah ketika seseorang yang rajin melaksanakan salat dhuha dengan harapan agar Allah SWT mau melimpahkan rezeki berupa harta benda yang melimpah. Contoh tersebut masih tergolong sebagai amal yang dilakukan dengan ikhlas, karena dia hanya mengharapkan limpahan rezeki hanya kepada Allah SWT. Itu adalah tingkatan ikhlas yang paling rendah, namun tetap tergolong sebagai perbuatan ikhlas.
2. Ikhlas Khawas
Ikhlas Khawas adalah tingkatan ikhlas yang lebih tinggi dari ikhlas awam. Ikhlas Khawas adalah tingkatan ikhlas di mana seseorang melakukan ibadan dan amal baik dengan harapan agar menjadi manusia yang lebih dekat dengan Allah SWT dan dengan kedekatannya tersebut nantinya manusia akan mendapatkan suatu balasan baik dari Allah SWT.
Sebagai contoh, etika seseorang rajin ibadah agar kelak di hari kiamat termasuk golongan yang terselamatkan dan terlindungi dari bencana. Atau bisa juga, seseorang rajin ibadah karena akan terhindar dari api neraka. 3. Ikhlas Khawas Al-Khawas
Ikhlas Khawas Al-Khawas adalah tingkatan ikhlas yang paling tinggi. Sebab pada tingkatan ini, seseorang hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Satu-satunya yang dia pedulikan hanya Allah SWT.
Orang yang sudah mencapai tingkatan ini akan melakukan ibadah dengan landasan cintanya pada Allah SWT, tanpa mepedulikan apakah dia akan mendapatkan balasan surga atau tidak. Bahkan, dia akan tetap ridha dengan segala ketetapan Allah SWT atas dirinya.