Pengertian Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Lengkap dengan Kekurangan dan Kelebihannya
Dalam sistem ini, pemilih memberikan suaranya kepada partai politik, bukan kandidat individual.
Dalam sistem ini, pemilih memberikan suaranya kepada partai politik, bukan kandidat individual.
Pengertian Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Serta Kekurangan dan Kelebihannya
Sistem pemilu proporsional tertutup merupakan metode pemilihan umum yang memberikan representasi politik secara proporsional terhadap jumlah suara yang diterima oleh partai politik. Dalam sistem ini, pemilih memberikan suaranya kepada partai politik, bukan kandidat individual.
Sistem pemilu proporsional tertutup adalah sebuah metode pemilihan umum yang digunakan di berbagai negara di seluruh dunia. Sistem ini memiliki karakteristik utama yaitu partai politik yang memperoleh suara di pemilihan umum akan mendapatkan kursi sesuai dengan proporsi suara yang diperoleh.
Dalam sistem ini, pemilih memilih partai politik, bukan kandidat individual. Ya, salah satu ciri khas dari sistem pemilu proporsional tertutup adalah daftar calon yang sudah disusun sebelumnya oleh partai politik.
-
Apa yang dipilih rakyat pada Pemilu Proporsional Tertutup? Sistem proporsional tertutup adalah sistem pemilihan di mana rakyat hanya memilih partai. Pada surat suara, tertera hanya nama partai politik dan pemilih memilih melalui tanda gambar atau lambang partai.
-
Bagaimana calon terpilih di Pemilu Proporsional Tertutup? Dengan begitu, wakil rakyat terpilih nantinya ditetapkan oleh partai politik berdasarkan nomor urut. Dalam sistem proporsional tertutup, secara teknis pemilih hanya dapat memilih tanda gambar partai saja.
-
Kenapa sistem pemilu proporsional terbuka dipilih di Indonesia? Sistem ini memberikan kesempatan lebih besar bagi kandidat untuk dipilih berdasarkan popularitas dan rekam jejak pribadi. Dengan adanya sistem ini, diharapkan partai politik dan kandidat dapat lebih memperhatikan kepentingan rakyat dan memenuhi harapan pemilih.
-
Kapan sistem pemilu proporsional terbuka mulai diterapkan? Namun, pada tahun 2004, Indonesia mulai menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2003.
-
Bagaimana prinsip proporsional diterapkan dalam pemilu? Dalam prinsip ini, semakin banyak suara yang diperoleh, semakin banyak pula kursi atau perwakilan yang didapatkan.
-
Bagaimana Pemilu diselenggarakan? Pemilu dilaksanakan sesuai dengan asas pemilu di Indonesia yaitu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Partai menentukan urutan calon dalam daftar tersebut, dan pemilih memberikan suara untuk partai tanpa memilih calon secara individual. Namun, metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipahami.
Kelebihannya adalah representasi yang lebih adil bagi partai politik dengan basis pendukung yang merata, sehingga memungkinkan partai kecil untuk tetap memiliki kursi di parlemen. Namun, sistem ini juga memiliki kekurangan, seperti kurangnya hubungan langsung antara pemilih dan wakil yang terpilih, serta cenderung memperkuat kekuatan partai politik yang sudah mapan.
Dengan berbagai pandangan dan perdebatan, sistem pemilu proporsional tertutup tetap menjadi topik yang menarik dan kompleks dalam konteks pembangunan demokrasi di berbagai negara. Seiring waktu, perubahan dan penyesuaian mungkin terjadi untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan meningkatkan kualitas representasi politik.
Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai pengertian sistem pemilu proporsional tertutup yang menarik untuk dipelajari.
Pengertian Sistem Pemilu Proporsional Tertutup
Sistem pemilu proporsional tertutup adalah metode pemilihan umum di mana pemilih memberikan suaranya untuk partai politik, bukan untuk kandidat individual.
Ciri khas dari sistem ini adalah adanya daftar calon yang telah disusun sebelumnya oleh setiap partai politik, dan pemilih memilih partai berdasarkan program, ideologi, atau kebijakan partai tersebut.
Kursi parlemen kemudian diberikan kepada partai berdasarkan proporsi suara yang diperolehnya.
Dalam sistem ini, partai memiliki kendali penuh atas urutan calon dalam daftar, sehingga pemilih tidak memilih kandidat secara langsung.
Pemilih hanya memberikan suara untuk partai politik, dan partai menentukan siapa yang akan menduduki kursi berdasarkan urutan dalam daftar calon tersebut.
Sebagai hasilnya, sistem pemilu proporsional tertutup memiliki kecenderungan untuk memastikan bahwa proporsi kursi di parlemen mencerminkan secara akurat dukungan yang diterima oleh setiap partai.
Dalam sistem ini, partai politik menyerahkan daftar calon mereka kepada badan pemilihan, biasanya berdasarkan urutan partai. Pemilih kemudian memberikan suara untuk partai yang mereka dukung, dan kursi dalam badan legislatif didistribusikan berdasarkan perolehan suara partai.
Jika partai A memenangkan 30% suara, mereka akan mendapatkan sekitar 30% kursi di badan legislatif. Perolehan kursi dalam sistem pemilu proporsional tertutup dihitung menggunakan metode pembagian suara proporsional, seperti metode d'Hondt atau metode Sainte-Laguë.
Metode d'Hondt dan Metode Sainte-Laguë
Metode d'Hondt dan metode Sainte-Laguë adalah dua metode pembagian kursi dalam sistem pemilu proporsional. Kedua metode ini digunakan untuk menghitung alokasi kursi parlemen berdasarkan proporsi suara yang diperoleh oleh partai politik. Namun, keduanya memiliki perbedaan dalam cara perhitungan dan alokasi kursinya.
Kedua metode ini memiliki dampak signifikan terhadap hasil pemilu dan alokasi kursi di parlemen. Pemilihan antara metode d'Hondt dan metode Sainte-Laguë sering kali merupakan keputusan politik yang kompleks dan dapat memengaruhi representasi partai dalam pemerintahan.
- Metode ini dinamai dari seorang ahli matematika Belgia, Victor d'Hondt.
- Perhitungannya melibatkan pembagian suara yang diperoleh oleh setiap partai dengan deret angka, mulai dari 1 hingga jumlah kursi yang tersedia
- Partai yang memperoleh hasil pembagian tertinggi pada setiap iterasi mendapatkan kursi pertama, kemudian hasil pembagian partai tersebut dibagi lagi dengan angka berikutnya untuk menentukan kursi kedua, dan seterusnya.
- Metode ini lebih menguntungkan partai besar dengan suara terbanyak.
Metode Sainte-Laguë:
- Metode ini dinamai dari seorang ahli matematika Prancis, André Sainte-Laguë.
- Perhitungannya mirip dengan metode d'Hondt, tetapi angka pembagi yang digunakan dalam setiap iterasi adalah deret angka ganjil (1, 3, 5, dst.).
- Metode ini dianggap lebih menguntungkan partai kecil karena angka pembagi yang digunakan cenderung lebih besar, sehingga mempersempit perbedaan antara partai besar dan kecil dalam perolehan kursi.
Kekurangan dan kelebihan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup
Sistem pemilu proporsional tertutup memiliki kekurangan dan kelebihan yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan utama dari sistem pemilu proporsional tertutup:
Kekurangan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup
1. Kurangnya Keterbukaan: Pemilih memiliki sedikit kontrol atas siapa yang akan mewakili mereka di parlemen karena mereka hanya memberikan suara untuk partai, bukan untuk calon individual. Hal ini dapat dianggap sebagai kekurangan dalam hal demokrasi representatif.
2. Kurangnya Dukungan untuk Individu: Sistem ini dapat menghambat kemampuan pemilih untuk memilih calon yang mereka pilih secara langsung, karena pemilih hanya dapat memilih partai.
3. Dominasi Partai yang Mapan: Sistem ini cenderung memperkuat dominasi partai yang sudah mapan dan menghambat kemampuan partai-partai kecil atau baru untuk mendapatkan kursi di parlemen.
4. Keterbatasan Pilihan Pemilih: Pemilih hanya dapat memberikan suara untuk partai, bukan untuk calon tertentu, sehingga pilihan mereka terbatas pada keputusan partai politik.
5. Tidak Menanggapi Perubahan Opini Pemilih: Sistem ini mungkin kurang responsif terhadap perubahan opini pemilih karena partai memiliki kendali penuh atas daftar calon sebelum pemilu.
Kelebihan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup
1. Stabilitas Partai: Sistem ini cenderung menciptakan stabilitas internal bagi partai politik karena daftar calon sudah ditentukan sebelumnya. Ini dapat membantu mencegah perselisihan internal yang merugikan partai.
2. Koherensi Program Politik: Partai politik dapat dengan jelas menyusun daftar calon berdasarkan program politik dan ideologi partai. Hal ini dapat meningkatkan konsistensi program dan pandangan politik di dalam partai.
3. Efisiensi dalam Pembentukan Pemerintahan: Proses pembentukan pemerintahan dapat lebih cepat dan efisien karena partai yang memperoleh suara terbanyak memiliki kontrol penuh atas urutan calon dan pembagian kursi di parlemen.