Sosok Temu Misti, Seniman Gandrung yang Mengawali Karier dari Hajatan Kampung hingga Panggung Internasional
Nama Temu Misti disebut-sebut sangat berjasa dalam upaya pelestarian kebudayaan lokal Banyuwangi.
Sejumlah tokoh asal Provinsi Jawa Timur menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) tahun 2024. Mereka antara lain Kiai Ali Manshur Shiddiq, Henricus Supriyanto, Temu Misti, dan beberapa tokoh lain.
Mengutip situs banyuwangikab.go.id, AKI merupakan penghargaan yang diberikan kepada insan berprestasi dan berkontribusi dalam pemajuan kebudayaan di Tanah Air.
Tahun ini, ada tiga seniman Banyuwangi yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. Tiga tokoh Banyuwangi yang menerima penghargaan ini adalah seniman Tari Gandrung Banyuwangi Temu Misti, penenun Wastra Using Siami, dan penyalin kitab Lontar Yusuf Senari. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara AKI 2024 di Jakarta yang digelar pada Selasa (17/9/2024).
Profil
Temu Misti lahir pada 20 April 1953 di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Mengutip situs digilib.isi.ac.id, darah seni mengalir dari sosok sang ayah yang merupakan pemain Ludruk.
Selain itu, kakek Temu yang bernama Samin adalah seorang yang ahli dalam seni tradisi membaca lontar. Temu dikenal sebagai maestro Gandrung. Kemampuannya menari, nembang dengan ciri khas suaranya yang melengking tinggi dengan gaya khas masyarakat Suku Osing.
Pada masa awal perkembangan rekaman kaset, suara dari Temu Misti termasuk dari bagian awal yang menghiasi pita rekaman. Selain teknik menari yang bagus, Temu piawai melantunkan gending atau lagu Gandrung.
Pengabdian
Bagi Misti, Gandrung merupakan ladang penghidupan sekaligus sarana mengekspresikan dirinya. Ia memulai kariernya sebagai seniman Gandrung yang manggung dalam acara hajatan warga.
Konsistensinya menjalani karier sebagai seniman Gandrung membuatnya tak hanya mendapat panggung di ranah lokal dan nasional, tetapi juga mendapat sorotan dunia internasional. Pada tahun 2015 lalu misalnya, Temu Misti menarikan Gandrung di Frankfurt Jerman.
Kebulatan tekadnya melestarikan tradisi tari Gandrung membuat Temu mendirikan sebuah sanggar yang dinamakan dengan “Sopo Ngiro”, yang berarti “siapa mengira” atau “siapa sangka”. Sanggar ini merupakan tempat para pemuda belajar kesenian tradisional Banyuwangi.
Temu Misti merupakan salah satu pelestari kesenian Tari Gandrung yang masih eksis hingga saat ini. Perempuan yang akrab disapa Mbok Temu itu dikenal luas sebagai penari yang mengabdikan hidupnya untuk melestarikan tari tradisional Banyuwangi itu.
Keberhasilan Mbok Temu mengajarkan dan memperkenalkan tarian gandrung kepada generasi muda menjadi salah satu alasan utama ia menerima AKI 2024. Mbok Temu dianggap menginspirasi banyak orang untuk terus melestarikan seni tari tradisional tersebut.