Profil
Josaphat Soedarso
Jos Soedarso merupakan pahlawan nasional yang membela bangsa Indonesia melalui jalur laut. Semenjak kecil ia sudah sangat disiplin dengan apa yang ia lakukan. Terbukti dengan prestasinya ketika ia duduk di bangku SMP, ia dipilih sebagai Ketua Umum Pelajar di SMP. Kemudian, ia memilih untuk belajar di Sekolah Pelayaran Tinggi di Semarang dan dilanjutkan dengan latihan perwira pada Giyo Usamu Butai pada tahun 1944. Dari pelatihan inilah ia mendapat pangkat Mualim II. Memiliki posisi sebagai Mualim II tentulah tidak mudah karena ia harus berlayar dengan kapal kayu dengan ancaman serangan dari kapal milik Sekutu yang jauh lebih kuat dan canggih.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Jos Soedarso bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bergerak di bidang maritim. Bersama BKR ia mengorbankan semangat di daerah kelautan Maluku. Sayangnya ketika ia berada di Namlea, ia disergap oleh tentara Belanda dan dipindahkan di Ujung Pandang untuk dipenjara selama setahun. Berkat perjanjian Linggarjati, ia dapat bebas dan kembali berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, Jos Soedarso naik jabatan menjadi Perwira II Korvet Pati Unus. Ketika ia duduk di jabatan ini, ia mendapatkan berbagai pelatihan yang salah satunya memperdalam pengetahuan sebagai perwira kapal selam di Belanda. Setelah menerima berbagai pelatihan dan naik jabatan, Jos Soedarso diangkat sebagai Deputi I KS AL dengan pangkat Letnan Kolonel.
Pangkat Letnan Kolonel inilah yang membawa Jos Soedarso menuju puncak perjuangan untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia. Tepatnya pada tanggal 15 Januari 1962 ketika ia melakukan perjuangan Irian Barat, Jos Soedarso bersedia mengorbankan kapalnya untuk mengalihkan perhatian musuh. Akibat pengorbanan ini, ia dan awak kapal yang berjumlah 23 orang gugur dan tenggelam di lautan.
Berkat keberanian dan jasanya, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi Jos Soedarso pangkat Laksamana Muda TNI Anumerta dan gelar pahlawan Nasional untuk mengenang budinya yang luhur.