Kabinet tanpa Muhammadiyah dan Batak
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah mengumumkan anggota kabinetnya, Minggu (26/10) lalu. Ini merupakan akhir dari ketegangan politik internal pendukung Jokowi-JK. Jelas tidak gampang memilih menteri: kursinya terbatas, yang minat tidak terbatas. Apalagi masing-masing punya beking.
Jika harga saham dan nilai rupiah yang jadi ukuran, Kabinet Kerja Jokowi-JK memang tidak mendapat respons antusias. Tetapi itu bukan berarti pasar kecewa. Memang orang-orang tertentu yang diharapkan jadi menteri tidak masuk daftar kabinet, khususnya di tim ekonomi. Namun bukan berarti mereka yang masuk berkualitas buruk.
Tidak gampang buat Jokowi dan JK untuk menyusun kabinet. Meskipun sepakat tentang kriteria bersih, berintegritas dan profesional, di antara Jokowi dan JK punya calon beda. Masih ada keinginan ketua umum partai politik koalisi. Belum lagi tuntutan publik yang dengan keras disuarakan relawan dan aktivis organisasi masyarakat sipil melalui media. Padahal Jokowi-JK juga dibebani isu keterwakilan perempuan, ormas, dan etnis.
-
Siapa anggota KORPRI? Korps Pegawai Republik Indonesia atau Korpri adalah wadah untuk menghimpun seluruh pegawai Republik Indonesia demi meningkatkan perjuangan, pengabdian, dan kesetiaan pada cita-cita perjuangan bangsa.
-
Siapa yang belum diundang membahas susunan kabinet? Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, membenarkan bahwa sampai saat ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin belum pernah diundang saat menbahas susunan kabinet.
-
Siapa yang memimpin kabinet saat pemilu? Pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap.
-
Kenapa Kemnaker butuh Staf Ahli? Dalam sambutannya, Menaker mengatakan, Staf Ahli memiliki tugas memberikan telaah serta rekomendasi mengenai masalah tertentu dan isu-isu strategis.'Saya berharap, Pejabat Tinggi Madya yang baru dilantik ini mampu berperan dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi dinamika dunia ketenagakerjaan terutama yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja, penurunan tingkat kemiskinan, serta peningkatan kualitas SDM,' ucap Menaker.
-
Siapa yang hadir di rapat kabinet? Jokowi mengaku Prabowo selalu menghadiri rapat dan sidang kabinet untuk konsolidasi, semenjak ditetapkan sebagai Presiden Terpilih RI.'Yang saya senang, sejak beliau (Prabowo) terpilih, sebagai presiden terpilih, persiapan menuju ke pelantikan itu betul-betul secara rencana kerja, program, dan lain-lain, transisinya berjalan dengan baik,' kata Jokowi dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (8/10). Dikutip dari Antara.
-
Mengapa Prabowo mengutamakan orang tepat di kabinet? Presiden Prabowo Subianto memastikan dalam penyusunan Kabinet Merah Putih dirinya mengutamakan pencarian orang yang tepat mengemban posisi di pemerintahan.Sejauh ini, kata Prabowo, pilihannya mendapatkan respon positif pasar, di mana IHSG berada di zona hijau selama tujuh hari berturut-turut usai pengumuman kabinet.
Soal perempuan memang tidak begitu sensitif, meskipun konstitusi mengamanatkan kebijakan afirmasi buat perempuan tampil di dunia politik. Sejak Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY, perempuan menteri jauh dari kuota 30%. Protes para aktivis perempuan hanya dianggap angin lalu. Tetapi ketika kabinet Jokowi-JK mencapai angka tertinggi, yakni 23%, nyaris tak ada apresiasi dari aktivis perempuan.
Ya, sebab peningkatan jumlah saja tidak cukup. Kualitas lebih penting. Di sini memang ada satu menteri perempuan yang kontroversial: Rini Soemarno. Namanya disebut-sebut mendapat stabilo kuning dari KPK, tetapi tetap dipaksakan karena Mega menghendaki. Lalu Puan Maharani, yang masih hijau untuk jadi menteri, apalagi menteri koordinator. Yang lain oke, meski banyak yang belum tahu sepak terjang Yohana Susana Yembise.
Lain lagi soal tokoh ormas. Dalam percaturan politik nasional, sebetulnya ketika bicara representasi ormas, sesungguhnya hanya bicara wakil dari NU dan Muhammadiyah, dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Begitu anggota Kabinet Kerja diumumkan, segera beredar perbincangan di media sosial: lho kok tidak ada menteri dari Muhammadiyah? Atau lebih seru lagi: baru kali ini dalam sejarah Republik Indonesia, tidak ada menteri dari unsur Muhammadiyah.
Sebelumnya, sempat beredar kabar Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin akan diangkat menjadi menteri koordinator pembangunan manusia dan kebudayaan. Namun namanya mencelat di hari terakhir, diganti Puan Maharani. Disebut-sebut Nila Moeloek merupakan perwakilan Muhammadiyah. Tetapi sesungguhnya dia bukan kader.
Yang tak kalah ramai adalah perbincangan sekaligus ketidakpuasan atas tidak adanya orang Batak dalam kabinet Jokowi-JK. Lagi-lagi, perbincangan di media sosial menyatakan: ini untuk pertama kalinya orang Batak tidak masuk kabinet.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait disebut akan menjadi menteri komunikasi dan informasi. Bahkan menjelang pengumuman, Ara sudah mengenakan baju putih kiriman Istana. Namun rupanya namanya tidak disebut Presiden Jokowi. Konon, Megawati tidak menyetujuinya. Padahal Ara sangat dekat dengan Jokowi.
Absennya orang Muhammadiyah dan Batak di kabinet, memang menjadi tanda tanya besar. Ya karena sebelumnya tidak pernah terjadi. Wajar saja kalau kemudian bikin heboh, menimbulkan suara keras, dan muncul kekhawatiran: mereka akan boikot. Sebab mereka tidak hanya kelompok bermassa banyak, tetapi orang-orangnya juga menempati posisi-posisi strategis, di lembaga negara maupun organisasi swasta.
Namun semua pihak hendaknya menyadari, kabinet sesungguhnya bukan lembaga representasi ormas atau pun etnis. Kabinet adalah kaki tangan presiden untuk menjalankan roda pemerintahan dan merealisasi program-program yang sudah dijanjikan. Oleh karena, jika tradisi kabinet berormas dan beretnis lengkap ini tidak diputus, maka hasrat untuk membangun kabinet profesional, kabinet kerja, sulit diwujudkan.
Bukan soal tidak ada orang Muhammadiyah atau orang Batak yang berkapasitas menjadi menteri, tetapi pada soal jumlah kursi kabinet yang terbatas, dan profesionalisme yang tersedia di ormas atau etnis tersebut kebetulan tidak cocok dengan apa yang tersedia di kursi kabinet. Jadi, kali ini saja nasib tidak bagus menimpa kader Muhammadiyah dan elit Batak, tetapi kabinet akan datang akan lebih beruntung.
Berbeda dengan representasi partai yang tidak bisa diputus karena politik adalah permainan partai, representasi ormas dan etnis sebaiknya memang tidak menjadi beban siapa pun yang menjadi presiden. Sebab, yang terpenting bukan ada-tidaknya wakil ormas atau etnis tertentu di dalam kabinet, tetapi terealisasi-tidaknya janji presiden dan wakil presiden untuk menyejahterakan rakyat. Sebab jika rakyat sejahtera, pasti warga ormas atau etnis tertentu juga ikut sejahtera, karena mereka adalah bagian dari rakyat. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wapres Ma'ruf Beri Usulan Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Didominasi Profesional atau Politisi?
Baca SelengkapnyaKetua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan organisasinya bukanlah organisasi politik meski aktif dalam mendirikan dan mengawal kemajuan bangsa
Baca SelengkapnyaKabinet hanya diisi oleh sejumlah orang saja, sehingga perlu sosok-sosok yang berkualitas.
Baca SelengkapnyaGus Yahya berkelakar sebagian masyarakat merupakan bagian dari NU sehingga tidak perlu kaget jika menteri kabinet pemerintahan selanjutnya dari NU.
Baca SelengkapnyaMenurut Awiek, partai politik juga memiliki banyak orang yang profesional.
Baca SelengkapnyaJika benar, maka nantinya kabinet di pemerintahan Prabowo akan diisi oleh para orang-orang profesional di bidangnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaPKB mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran sudah cukup.
Baca SelengkapnyaMayoritas para pembantu Prabowo itu berasal dari partai koalisi yang mendukungnya di Pilpres 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaSaid juga berharap kabinet yang dipimpin Prabowo nanti banyak diisi kalangan profesional.
Baca SelengkapnyaLangkah ini disebutnya untuk menunjukkan perhatian Prabowo dalam menghindari potensi ketidakstabilan dari berbagai kelompok kepentingan.
Baca SelengkapnyaCak Imin menegaskan, PKB saat ini pada posisi menunggu arahan dari Prabowo sebagai presiden terpilih perihal kursi menteri.
Baca SelengkapnyaSaid meyakini kabinet Prabowo-Gibran nanti akan banyak diisi oleh tokoh partai yang tergabung ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Baca Selengkapnya