Memperebutkan Suara Pemilih di Jawa, Siapa Capres Dominan?
Merdeka.com - Kurang dari satu tahun lagi Pemilu 2024 digelar. 14 Februari 2024, ratusan juta pemilih akan mencoblos wakil mereka dari tingkat kabupaten/kota hingga nasional. Di saat yang sama, rakyat juga akan memilih calon presiden. Pulau Jawa akan menjadi kunci. Menang di Jawa, menang pemilu.
Pada Desember 2022, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menyerahkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) untuk Pemilu 2024 kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kemendagri juga menyerahkan DP4 WNI di Luar Negeri.
DP4 yang diserahkan berjumlah 204.656.053 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 102.181.591 jiwa dan perempuan sebanyak 102.474.462 jiwa. Jumlah itu meliputi 38 Provinsi termasuk daerah otonomi baru (DOB) Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Barat daya, serta 514 kabupaten/kota.
-
Dimana Pilkada 2024 di Jawa Tengah? Pilkada 2024 akan diikuti oleh 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang tidak mengadakan Pilkada karena penetapan kepala daerahnya dilakukan melalui bukan melalui Pilkada berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2022.
-
Kapan Pemilu 2024 akan di gelar? Selanjutnya, Indonesia kembali akan menggelar pesta demokrasi secara besar besaran pada 14 Februari 2024.
-
Kapan Pemilu 2024 akan digelar? Kesiapan Polda Jateng dalam menyambut Pemilu 2024 ini mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Politikus NasDem tersebut menilai, penempatan personel kepolisian di tiap TPS dapat menjaga kondusifitas di lapangan. 'Komisi III mengapresiasi Kapolda Jateng yang sudah ‘curi start’ maksimalkan kesiapan pengamanan hari H Pemilu 2024 nanti. Lebih lanjut, hal ini Sahroni utarakan lantaran dirinya berharap agar, Pemilu 2024 dapat berlangsung kondusif tanpa adanya intrik di bawah.
-
Kapan Pemilu 2024 digelar? Pemilu 2024 kapan? Pada dasarnya, tahapan Pemilu 2024 kini telah berlangsung.
-
Kapan Pemilu 2024 akan diadakan? Masyarakat Indonesia akan menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024 mendatang.
Wakil Mendagri John Wempi Wetipo menjelaskan, penyerahan DP4 merupakan salah satu tahapan penting pemilu. DP4 berasal dari data kependudukan Semester I Tahun 2022 yang telah diverifikasi dan divalidasi oleh Ditjen Dukcapil Kemendagri.
"Kriteria penduduk yang masuk dalam DP4 adalah WNI berusia 17 tahun, sudah kawin, dan sudah pernah kawin. Kedua bukan merupakan anggota TNI/Polri. Usia 17 tahun DP4 dihitung sampai hari-H pemilu, yaitu 14 Februari 2024," jelasnya.
Untuk DP4 luar negeri, jumlahnya sebanyak 1.806.714 jiwa. Pemutakhiran data WNI itu didukung penuh oleh Ditjen Dukcapil Kemendagri dan Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.
Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh menyatakan, jumlah DP4 itu akan terus bertambah seiring tingginya dinamika data kependudukan. Dia menyebut, rata-rata penerbitan akta kematian per bulan selama tahun 2022 adalah 144.455. Kemudian, peristiwa pindah datang per bulan sejumlah 667.598 serta perubahan pekerjaan TNI/Polri.
Pemutakhiran data dilakukan Ditjen Dukcapil setiap 6 bulan sekali. "Hal ini dimaksudkan agar data pemilih selalu up to date untuk menghasilkan data pemilih yang akurat dan berkualitas," kata Zudan.
Dalam kesempatan terpisah, Zudan menjelaskan, saat Pemilu 2024 digelar pada bulan Februari, angka DP4 diperkirakan berjumlah 206.689.516 jiwa. Sedangkan perkiraan jumlah DP4 Pilkada yang akan digelar pada November 2024, kurang lebih 210.505.493 jiwa.
Mengacu pada daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 sebesar 192.770.611 orang, ada pertambahan 14 juta pemilih baru pada Pemilu 2024. Mereka adalah generasi Z yang akan pertama kali menggunakan hak pilihnya di TPS.
Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan, tingkat partisipasi pemilih, khususnya di kalangan generasi Z akan dipengaruhi oleh kemampuan partai politik dan kandidat capres melibatkan mereka secara aktif. Selama ini, pemilih pemula hanya menjadi penonton.
"Tidak cukup hanya mengajak mereka hadir di TPS pada hari H, tapi juga memastikan mereka juga bisa berpartisipasi dalam tahapan-tahapan pemilu yang lainnya," kata Khoirunnisa kepada merdeka.com.
Partisipasi pemilih pada 2019 mencapai 81,9 persen, naik dari angka 69,6 persen di Pemilu 2014. Namun, kata Khoirunnisa, angka suara tidak sah juga ikut naik. Perludem berharap, tingginya partisipasi pemilih diiringi dengan informasi yang utuh soal pemilu, agar suara tidak sah bisa berkurang di Pemilu 2024.
Salah satu kekhwatiran Perludem adalah, dalam pemilu serentak, informasi yang diterima masyarakat lebih banyak soal pilpres ketimbang pemilu legislatif.
"Kita pemilu serentak 5 surat suara, ada potensi kompleksitas dalam pemilu. Salah satunya disebabkan banyaknya surat suara dan calon-calon yang harus dipilih. Oleh sebab itu pemilih harus dapat informasi ini, karena sekarang terdapat gap informasi," tukas Khoirunnisa.
Jawa Kunci Kemenangan Capres
Pada Pemilu 2019, hampir 60 persen pemilih berada di Pulau Jawa. Jumlahnya mencapai 110 juta lebih pemilih. Dari total DPT 192 juta lebih pemilih, jumlah pemilih paling banyak berada di Jawa Barat, yakni 33.276.905 orang. Selanjutnya Jawa Timur dengan jumlah pemilih sebanyak 30.912.994 pemilih. Kemudian Jawa Tengah sebanyak 27.896.902 pemilih.
Kemudian Banten 8.112.477 pemilih, DKI Jakarta sebanyak 7.761.598 pemilih dan terakhir Daerah Istimewa Yogyakarta 2.731.874 pemilih.
Komposisi pemilih mayoritas di Pulau Jawa pada Pemilu 2024 diperkirakan masih bertahan. Itulah sebabnya, bagi para capres, meraup suara sebanyak-banyaknya dari pemilih di Pulau Jawa akan menjadi kunci kemenangan. Hal ini sudah dibuktikan Jokowi dalam dua pilpres (2014 dan 2019) serta Susilo Bambang Yudhoyono (2004 dan 2009).
Di Pilpres 2019, Jokowi-Maruf unggul telak sebesar 77,26% atau 16,7 juta suara dengan kemenangan di seluruh wilayah Jawa Tengah. Sementara Prabowo hanya memperoleh 22,74% atau 4,9 juta suara. Jawa Tengah memang dikenal sejak dulu sebagai 'Kandang Banteng'. Para pemilih di wilayah ini loyal dengan PDIP, partai yang mengusung Jokowi.
Di Jawa Timur, Jokowi juga mengalahkan Prabowo dengan selisih 7,7 juta suara. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin berhasil meraup 16.231.668 suara atau 65,7 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi hanya mendapat 8.441.247 dengan persentase 34,3 persen.
Kemenangan Jokowi-Ma'ruf juga terjadi di Provinsi Yogyakarta dengan 1.655.174 suara atau 69,04 persen. Pasangan Prabowo-Sandiaga hanya meraih 742.481 suara atau 30,96 persen.
Dua provinsi di Jawa yang lepas dari kemenangan Jokowi adalah Jawa Barat dan Banten. Prabowo unggul 16.077.446 suara berbanding 10.750.568 suara dari Jokowi di Jabar. Di Banten yang menjadi tanah kelahiran Ma'ruf Amin, Jokowi hanya mendapat 2.537.524 suara, kalah dari Prabowo-Sandi yang didukung 4.059.514 suara.
Peneliti lembaga survei Charta Politika, Adha Ranadireksa menjelaskan, dari hasil-hasil survei terhadap tiga kandidat capres teratas, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, pemilih di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur akan menjadi medan pertempuran yang sengit.
Adha memaparkan, Ganjar dan Prabowo akan bertarung ketat di Jawa Timur. Sementara di Jawa Barat, Prabowo akan bersaing kuat dengan Anies. Meski begitu, pertarungan itu bisa diganggu oleh Ridwan Kamil yang memiliki popularitas yang tinggi.
Untuk Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Adha menyebut, Ganjar Pranowo bakal mendapat suara dominan. "Sampai lebih dari 65-70 persen," tukasnya.
Adha membenarkan istilah 'Jawa adalah kunci kemenangan' di Pilpres 2024. "Ya para capres ini akan bertarung untuk memperebutkan ceruk pemilih di Jawa ini," imbuhnya.
Pertarungan Capres di Jatim dan Jabar
Jawa Timur dan Jawa Barat akan menjadi dua wilayah yang bakal diperebutkan para capres. Prabowo dinilai masih akan punya pendukung kuat. Mereka adalah pemilih dari dua pemilu sebelumnya.
Berkoalisi bersama PKB yang punya basis massa nahdliyin di Jatim, peluang Prabowo diperkirakan semakin besar. "Pasti di situ ada pengaruh selama ini. Beliau itu kan sudah dua kali bertarung," kata Adha.
Sedangkan naiknya suara pendukung Anies di Jabar, dilihat Adha sebagai efek dari dua pilpres sebelumnya. Suara pemilih di provinsi ini lebih banyak anti Jokowi.
"Wajar ketika nama Anies Baswedan di situ cukup tinggi. Memang Prabowo juga masih cukup tinggi, mungkin saya pikir itu jadi hasil investasi selama ini beliau calon presiden," ujarnya.
Yang menjadi kunci menambah suara di Jatim dan Jabar, lanjut Adha, faktor calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo dan Anies. Nama Ridwan Kamil, lagi-lagi tak bisa dinafikan. Siapapun capres yang menggandeng gubernur Jabar itu bakal mendapat limpahan suara.
©2022 Merdeka.com/Grafis : Amar Choiruddin
Untuk Jatim, Adha menyebut nama Khofifah Indar Parawansa yang berpotensi sebagai cawapres yang bakal mendongkrak suara. Meski elektabilitas gubernur Jatim itu masih rendah, peran Khofifah diyakini bakal mendatangkan pemilih loyal mantan Mensos itu.
Soal Jateng, Adha menyebut, siapapun capres yang diusung PDIP, bakal mendapat suara dari pemilih tradisional di wilayah itu.
"Betul di Jawa tengah kita semua tahu bisa sebut itu kandangnya banteng. Apalagi calon presiden, sangat mudah dalam tanda petik untuk calon PDIP memperoleh elektabilitas tinggi di Jawa Tengah dan DIY," ujarnya.
Mengacu hasil-hasil survei Charta Politika, Adha memprediksi, pertarungan capres di Pemilu 2024 belum akan terjadi pergeseran suara yang drastis. Anies yang dipersepsikan sebagai antitesa Jokowi bakal meraup suara dari basis pemilih di luar Pulau Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan.
"Artinya, memang sisa-sisa pertarungan 2019 masih akan cukup memainkan peran dalam pemilu nanti. Anies itu kuat di Sumatera, wilayah yang 2019 memang kecenderungannya bukan ke Jokowi. Termasuk kalimantan," pungkasnya.
Willy Aditya, Ketua DPP NasDem yang juga anggota tim kecil Koalisi Perubahan mengakui safari politik yang dilakukan Anies Baswedan saat ini lebih banyak dilakukan di wilayah luar Pulau Jawa. "Ini masuk ke daerah-daerah yang sifatnya zona aman dulu aja," ujarnya kepada merdeka.com.
Safari Anies di Pulau Jawa, kata Willy, akan digarap dengan pendekatan spesial. Roadshow akan dilakukan setelah koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS resmi terbentuk. "Karena kita ingin kerja samanya gotong royong, bersama-sama. Tidak bisa sendirian," tukasnya.
Terkait kandidat cawapres, NasDem sejak awal menyerahkan keputusan di tangan Anies. Willy menegaskan, sosok cawapres yang dipilih sebangun dengan aspirasi publik.
Peta Suara Parpol di Jawa
Pada Pemilu 2019, lima provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten. Sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Dari survei-survei yang dilakukan sejumlah lembaga, PDI Perjuangan berada di peringkat teratas elektabilitas. Dua partai lainnya, Golkar dan Gerindra, konsisten berada di urutan kedua dan ketiga. Posisi keempat dan kelima ada PKB dan Demokrat yang bergantian saling menggusur.
Hasil survei elektabilitas parpol yang dirilis LSI Denny JA pada Januari 2023, PDIP mendapat angka elektabilitas 22,70 persen, Golkar (13,80 persen), Gerindra (11,20 persen), PKB (8 persen), dan Demokrat (5 persen).
Di luar posisi lima besar, PKS dan NasDem bertarung ketat. Perindo di peringkat delapan dan sisanya dua partai senior PPP dan PAN berada di urutan sembilan dan sepuluh.
Dari 1.200 responden yang disurvei pada periode 4-15 Januari 2023, elektabilitas lima partai baru yakni Partai Garuda, Partai Buruh, Partai Kebangkitan Nusantara, Partai Gelora dan Partai Ummat belum mampu menembus 1 persen suara.
Demikian juga partai lama, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Hanura dan Partai Bulan Bintang belum mampu masuk 10 besar.
Hasil survei LSI Denny JA ini mirip dengan hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada Desember 2022. PDIP, Golkar, dan Gerindra berada di tiga besar. Disusul Demokrat dan PKB.
Perindo, konsisten menjadi partai non parlemen yang masuk di urutan 10 besar. Partai yang didirikan taipan media, Hary Tanoesoedibjo itu bakal menjadi pesaing kuat bagi PKS, NasDem, PAN dan PPP. Di luar 10 besar, komposisi PSI, Hanura dan partai-partai baru masih tetap sama.
Sementara lembaga survei Poltracking Indonesia, pada akhir tahun 2022 membuat survei elektabilitas partai politik di lima wilayah Pulau Jawa. PDIP diprediksi bakal menang di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. PKB unggul tipis di Jawa Timur dari PDIP. Sedangkan Gerindra menang di Banten.
Hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Januari 2023 juga menemukan data relatif sama. Namun, LSI menyoroti 27 persen responden yang menyatakan belum menentukan pilihan kepada partai politik.
"Menarik cukup banyak yang belum menentukan pilihan ada 27 persen. Biasanya lebih sedikit di bawah 20 persen," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, Minggu (22/1).
Djayadi menduga, sikap itu karena waktu pemilu masih satu tahun lagi dan KPU baru mengumumkan partai peserta pemilu. Sebagian masyarakat diduga sedang berpikir ulang mengenai pilihannya.
Meski angka pemilih yang belum menentukan pilihan tinggi, Djayadi menyebut elektabilitas partai politik tidak banyak mengalami perubahan pada saat Pemilu 2024 digelar. Posisi teratas masih diduduki oleh PDI Perjuangan dengan 21,9 persen.
Kemudian, diikuti oleh Partai Gerindra 12,1 persen dan Partai Demokrat 7,1 persen. Sementara Partai Golkar 6,7 persen, Nasdem dan PKS 5 persen. Partai lainnya seperti PKB, PAN, Perindo, Buruh, Ummat, PSI, Gelora masih di bawah 4 persen.
Djayadi pun menjelaskan dari segi wilayah, untuk Sumatera masih PDI Perjuangan secara umum paling banyak 16 persen diikuti Gerindra 13,2 persen, Demokrat 9,0 persen, Golkar 8,7 persen, dan NasDem 6 2 persen.
"Lalu wilayah Banten, untuk sementara PKS 21,7 persen diikuti oleh Golkar 14,8 persen, PDIP 12,7 persen dan Gerindra 12,6 persen," paparnya.
Untuk wilayah DKI Jakarta, LSI mencatat responden lebih memilih PKS ketimbang PDI Perjuangan. Sebanyak 38,2 persen responden memilih PKS dan PDIP 18 persen.
"Kemudian Jawa Barat, rebutan antara Gerindra sama PDIP, Golkar," ujarnya.
Gerindra tercatat 19,8 persen pemilih Jawa Barat, PDIP 20,1 persen, dan Golkar 10,1 persen. Sementara untuk Jawa Tengah, masih dipegang oleh PDIP 24,9 persen.
"Dan Jawa Timur antara PDIP (27,6 persen), Gerindra (10,3 persen) dan PKB (9,9 persen) yang cukup bersaing. Menarik adalah Perindo (9,4 persen) mampu menarik suara di Jatim," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah pemilih di Jatim saat ini mencapai 31,4 juta. Jatim juga merupakan salah satu kunci dalam Pemilu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa memantau quick count Pilpres 2024 di merdeka.com
Baca SelengkapnyaElektabilitas Anies Baswedan justru turun di Jawa Timur setelah Cak Imin bergabung menjadi cawapres.
Baca SelengkapnyaPertempuran untuk memenangkan Ganjar-Mahfud masih panjang, namun waktu semakin sempit.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai memiliki keunggulan yang signifikan di wilayah Jawa Timur jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaJawa Barat memang menjadi salah satu lumbung suara Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaTim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar-Mahfud wilayah Jawa Barat memaksimalkan momentum hari pertama kampanye Pilpres dengan memasang 27 ribu baliho.
Baca SelengkapnyaCak Imin targetkan 60 persen suara di Jawa Timur. Bahkan, dia yakin menang di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaMuhaimin menyebut saat ini posisi elektabilitasnya telah melonjak signifikan.
Baca SelengkapnyaKehadiran relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) di desa-desa penting untuk konsolidasi suara.
Baca SelengkapnyaGanjar Tegaskan Jawa Tengah Kandang banteng: Seruduk Semua yang Tidak Sesuai Aturan
Baca SelengkapnyaGanjar minta kepala daerah ingin berkampanye segera ajukan cuti
Baca Selengkapnya