Simpati dan permainan di Duren Sawit
Merdeka.com - Setelah menyatakan mundur dari jabatan ketua umum Partai Demokrat pada Sabtu (23/2) lalu, rumah Anas Urbaningrum di Jalan Langsa, Duren Sawit, Jakarta Timur, ramai dikunjungi orang. Banyak sanak saudara, handai taulan, dan tetangga yang datang. Tetapi yang bikin riuh adalah kedatangan orang-orang politik.
Dalam 10 hari, rumah Anas -yang terdiri dari dua rumah kediaman dan satu pendopo besar- benar-benar mejadi perhatian. Hari pertama setelah menyatakan mundur di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Kramat VII, Jakarta Pusat, Anas diantar kawan-kawan Demokrat-nya pulang ke Duren Sawit.
Sejak itu datang silih berganti orang-orang politik. Media melaporkan satu per satu, siapa yang datang dengan pernyataan masing-masing. Sepekan berlalu, rumah Anas mulai sepi. Terakhir yang menemuinya adalah Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, yang datang dan pulang dengan diam, Selasa (5/3) kemarin.
-
Siapa yang diperiksa KPK? Mantan Ketua Ferrari Owners Club Indonesia (FOCI), Hanan Supangkat akhirnya terlihat batang hidungnya ke gedung Merah Putih, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (25/3) kemarin.
-
Siapa yang diperiksa oleh KPK? Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej rampung menjalani pemeriksaan penyidik KPK, Senin (4/12).
-
Apa kasus yang sedang dihadapi KPK? Pemeriksaan atas dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN Bupati Sidoarji Ahmad Muhdlor Ali diperiksa KPK terkait kasus dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN di lingkungan BPPD Pemkab Sidoarjo.
-
Apa yang diselidiki KPK? Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menyelidiki dugaan kasus korupsi pengadaan lahan proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
-
Siapa yang ditangkap KPK? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan Bupati Labuhanbatu Erick Adtrada Ritonga setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Meskipun semua politisi yang menemui Anas mengaku datang bersilaturahmi dan menunjukkan rasa keprihatinan, mereka juga memiliki motif berbeda, baik yang dinyatakan atau yang disembunyikan. Secara umum tetamu politik Anas bisa dibedakan menjadi empat kelompok.
Pertama, mereka yang disebut dengan kelompok loyalis Anas. Mereka adalah fungsionaris Partai Demokrat, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kebupaten/kota. Mereka prihatin atas nasib junjungannya, sehingga demi solidaritas, mereka pun menyatakan mundur dari posisinya di Partai Demokrat.
Kedua, mereka yang masuk kategori kawan rasional pragmatis. Mereka dekat dan dipercaya Anas, bahkan jabatan yang dipegangnya juga berkat Anas. Tetapi mereka bersikap rasional, tidak mau jatuh bersama Anas, dan; pragmatis, mengamankan posisi mendatang. Disebut oportunis pun mereka tak menolak.
Ketiga, mereka yang berkawan dengan Anas sejak aktif di organisasi mahasiswa dan pemuda, khususnya di lingkungan HMI dan Kelompok Cipayung. Mereka memang bukan satu partai, tetapi masing-masing pernah atau sedang menduduki posisi penting: DPR, DPD, DPRD, jabatan di lingkungan eksekutif, bahkan yudikatif. Mereka adalah kolega politik Anas, kawan bermain dan bertanding di arena politik.
Keempat, mereka yang baru mengenal Anas saat Anas berada dalam posisi penting, baik sebagai anggota DPR, Ketua Fraksi Partai Demokrat, maupun Ketua Umum Partai Demokrat. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang pernah bekerja sama, atau mendapat keuntungan politik maupun ekonomi dari hubungannya dengan Anas. Kawan baru, tapi punya akses bagus ke Anas.
Dalam situasi menyedihkan, karena nasib buruk yang dialaminya, tentu wajar kalau kawan-kawan Anas itu datang berkunjung. Selain silaturahmai dan menunjukkan keprihatinan, mereka juga bermaksud memberi semangat kepada Anas yang sedang mengalami situasi sulit. Wajar sebagai manusia beradab.
Namun karena situasi sulit yang dialami Anas adalah akibat ditetapkan menjadi tersangka korupsi, keberadaban kawan-kawan Anas itu, menjadi tanda tanya besar: mengapa mereka bersimpati sekali dengan dengan tersangka pelaku korupsi? Mengapa rasa simpati itu mereka pertontonkan ke publik?
Mungkin saja mereka terjebak dengan skenario politik Anas, mengingat dia bertekad menulis "lembar" politik berikutnya. Tetapi sedungu itukah mereka, sehingga berhasil "dikerjain" Anas, yang kemudian menjadikan mereka tidak sadar, bahwa mereka tampak sangat bersimpati dengan tersangka korupsi?
Jika mereka bukan politisi dungu, maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, mereka bersimpati kepada tersangka korupsi karena perasaan senasib tapi tidak sepenanggungan. Sebab, sesungguhnya apa yang disangkakan kepada Anas, patut juga mereka terima. Hanya saja kali ini mereka masih bernasib baik karena belum terkena random sampling KPK.
Kedua, sesungguhnya bukan hanya simpati yang hendak mereka tunjukkan kepada Anas, tetapi ikut permainan politik yang sedang bergerak. Untung rugi dalam permainan selalu terjadi, namun peluang untuk ikut dalam permainan besar, tidak boleh dilewatkan. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya