Profil
Mahfudz Abdurrahman
Kehidupan masa kecil Mahfudz Abdurrahman dijalani secara nomaden. Ia menghabiskan masa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertamanya di Cirebon, yang dilanjutkan ke Pesantren Raudhotutholibin di Babakan, Cirebon.
Setelah itu, pria yang lahir di Jakarta, 18 Juni 1958 ini hijrah ke Kota Jambi untuk menamatkan SMA dan pindah lagi ke Jakarta untuk berkuliah di Akademi Kepemimpinan Niaga Jayabaya hingga lulus tahun 1982.
Bekalnya di pesantren membuat Mahfudz fokus di berbagai kegiatan dakwah. Ia lalu mendirikan yayasan bernama Islamic Center Iqro di kawasan Bekasi bersama almarhum Ustad KH Rahmat Abdullah. Di yayasan itu, Mahfudz menjadi Ketua Dewan Pembina. Ia juga menjadi Ketua BPH Yayasan Al Hasan di Bekasi, Bendahara Yayasan Al Insan Jakarta, serta Pendiri LAZ TAMU (Lembaga Amil Zakat Tabung Amanah Ummat) Bekasi.
Sebelumnya, sekitar tahun 1980-an, Mahfudz aktif di berbagai kegiatan organisasi. Ia tercatat pernah menjabat sebagai pimpinan majalah kampus, Ketua badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Ketua Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Bendahara Ikatan Penulis dan Wartawan Muda Islam. Dari sinilah ia banyak belajar tentang ilmu politik.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jadi tambatan hatinya. Lewat partai ini pula, Mahfudz yang menjabat sebagai Bendahara Umum DPP PKS, diamanatkan untuk menjadi Caleg DPR RI daerah pemilihan Jawa Barat VI yang meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok. Dari hasil Pemilu, ia pun menang dengan jumlah perolehan suara sebanyak 72.409 dan resmi menjadi Anggota DPR RI Komisi VI yang membidangi Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM, BUMN, dan Standarisasi Nasional periode 2009-2014.
Dari pernikahannya dengan Hj. Latifah Abdusshomad, Mahfudz dikaruniai keluarga besar dengan 10 orang anak. Mereka di antaranya adalah Azmi Robbani, Hanna Qudsiyah, Syafiq Fadlurrahman, Miftahul Haq, Kamal Jihadi, Abdurrahman, Muhammad Yazid, Abdul Aziz, Fanny Afnan Jannati, dan Nadia Aufia.
Selain berkiprah di panggung politik, ia terjun di dunia bisnis. Pria yang memiliki motto hidup, 'Hidup Mulia, Berdaya Guna Bagi Sesama' itu tak pandang bulu soal pekerjaan.
Beberapa profesi pernah ditekuninya. Mulai dari merintis usaha percetakan, penerbitan, toko buku, sampai masuk dalam bidang konstruksi, perumahan, dan properti yang mengantarkannya menjadi Wakil Sekretaris Real Estate Indonesia Provinsi Banten awal tahun 2000. Namun hal itu belum membuatnya puas. Ia lalu beralih ke bidang agrobisnis dan energi, yang membuatnya memiliki berbagai usaha seperti PT Mitra Inti Laksana sebagai Direktur Utama, PT Sentra Inovasitama dan PT Martani Agro Sejahtera di mana ia bertindak sebagai Komisaris Utama.
Riset dan Analisa oleh Bobby Reza S.