Profil
Mandala Airlines
Tigerair Mandala (dulunya Mandala Airlines) adalah sebuah maskapai penerbangan yang merupakan hasil kerjasama Indonesia dengan Grup Tiger Air asal Singapura. Maskapai ini memposisikan dirinya sebagai penyedia lbudget airline/low cost carrier (LCC) yang dapat menghubungkan banyak orang di seluruh Asia Pasifik. Maskapai ini beroperasi di 4 pangkalan di Singapura, Australia, Indonesia dan Filipina. Tigerair beroperasi ke lebih dari 50 tujuan di 13 negara di wilayah Asia Pasifik. Pada 30 Juni 2013, armada Group terdiri dari 45 pesawat Airbus A320-family yang umurnya rata-rata di bawah 3 tahun.
PT Mandala Airlines didirikan oleh Kolonel Sofjar, Mayjen Raden Soerjo, Adil Aljol, Mayor (AU) Soegandi Partosoegondo, Kasbi Indradjanoe dan Darwin Ramli. Maskapai ini dimiliki oleh PT Dharma Kencana Sakti. Dulunya maskapai ini dinamai Operasi Mandala, yaitu operasi militer dalam upaya menggabungkan Papua Barat dengan Indonesia. Nama ini juga mengacu pada mandala, sebuah istilah Sansekerta untuk diagram yang melambangkan alam semesta, yang digunakan sebagai logo perusahaan.
Pada tahun-tahun awal, Mandala Airlines mengoperasikan penerbangan antara Jakarta ke beberapa tujuan di Indonesia bagian timur, seperti Ambon, Gorontalo, Kendari, Makassar dan Manado. Pada tahun 1972 Mandala mengambil alih Seulawah Air Service (airline milik militer lain), yang terbang ke kota-kota di Indonesia bagian barat, seperti Banda Aceh, Banjarmasin, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru dan Pontianak yang membuat perusahaan mampu mencapai seluru wilayah di Indonesia.
Di bawah pengelolaan militer, perjalanan Mandala relatif stabil hingga pada tahun 2001, perusahaan mengalami masalah keuangan ketika dana perusahaan dicuri oleh seorang perwira Kostrad senior.
Dengan kesulitan ini, Mandala merasa kesulitan untuk bersaing dengan maskapai penerbangan yang baru-baru ini bermunculan di Indonesia. Pada tahun 2005, pesawat Mandala pernah jatuh di Medan. Pada saat yang bersamaan, perkembangan politik di Indonesia memaksa militer untuk melepaskan diri dari bisnis ini sehingga Mandala Airlines harus dijual. Setelah pemerintah Indonesia menolak untuk mengambil alih Mandala Airlines, Cardig International mengakuisisi maskapai ini seharga Rp 300 miliar (USD 34 juta) pada bulan April 2006. Kemudian pada Oktober 2006, Indigo Partners mengakuisisi 49% saham Cardig.
Setahun setelah akuisisinya, Mandala Airlines mengubah citranya menjadi maskapai penerbangan modern yang memenuhi standar internasional dalam sistem keamanan. Perusahaan mengadopsi model maskapai rendah biaya, agar dapat bersaing dengan maskapai penerbangan murah di Indonesia. Mandala Airlines membuat citranya yang aman meskipun dengan biaya rendah.
Pada tanggal 3 Juli 2013, sebagai bagian dari Tiger Airways Group, Mandala Airlines mengumumkan transformasinya menjadi 'Tigerair Mandala' (RI). Menurut Paul Rombeek, Presiden Direktur Mandala Tigerair, nama perusahaan tetap tidak berubah, PT. Mandala Airlines, namun nama mereknya diubah menjadi Tigerair Mandala sebagai wujud cinta tanah air Indonesia meskipun perusahaan banyak bantuan dari TigerairGroup.