Profil
Manotar Napitupulu
Kapten Manotar Napitupulu adalah seorang Pilot Garuda GA 653 yang namanya muncul ketika ada permasalahan antara Garuda Indonesia dengan Freeport Indonesia pada tahun 2010. Ia menemui pimpinan Bandara Mozes Kilangin, Timika, Papua karena pesawatnya tidak juga diisi avtur padahal ia telah menunggu lama. Namun, ia ditolak oleh pimpinan bandara dan justru menyuruh Direktur Garuda untuk meminta maaf. Pada saat itu, Manotar hendak membawa pesawat rute Timika-Jayapura-Denpasar-Jakarta. Sebelumnya, pesawat itu bernomor GA 652, dipiloti oleh Achdiyat, dengan rute Jakarta-Denpasar-Timika-Jayapura. Namun karena cuaca buruk di Timika, Achdiyat mendivert pesawat dari Denpasar ke Jayapura, baru ke Timika. Penolakan mengisi BBM itu diduga sebagai buntut dari masalah pilot Achdiyat yang pada saat berada di Jayapura sempat menolak rombongan bos PT Freeport yang tidak terdaftar di manifest untuk ikut pesawatnya ke Timika. Pada keesokan harinya, Garuda Indonesia kembali menerima surat dari Kepala Bandara Timika Mozes Kilangin yang isinya menyatakan Garuda sudah diizinkan kembali mengisi bahan bakar di sana. Kemudian pada tahun 2011, namanya muncul kembali ketika ia mengomando dan mewakili 200 pilot senior Garuda yang setuju dengan permintaan APG agar manajemen bisa menciptakan kesetaraan gaji antara pilot lokal dan asing. Dalam masalah ini, lima pilot yang merupakan perwakilan dari 200 pilot lainnya adalah Manotar Napitupulu yang sudah bekerja di Garuda sejak 1978 dengan spesifikasi pesawat Airbus 330, Robert Moningka (bekerja sejak 1977) dengan spesifikasi Boeing 737- 500, Djoko Sugihartono (bekerja sejak 1977) dengan spesifikasi Airbus 330, Burhanuddin (bekerja sejak 1978) dengan spesifikasi Airbus 330, serta Rosihan Makmur dengan spesifikasi Boeing 747.
Riset dan analisa oleh Pilar Asa Susila