Profil
Marimutu Sinivasan
Marimutu Sinivasan adalah salah satu seoarang pengusaha nasional yang sangat sukses. Itu terlihat di garasi rumah kontrakannya, terparkir tiga Mercedez Benz tipe 300 E dan satu BWM seri 740 iL, dan juga Volvo 960 hitam nomor B1142NO.
Predikat negatif sudah melekat pada dirinya. Sebut saja pengusaha hitam, pengusaha edan, tukang suap, kriminal, pendiri pabrik rongsokan, dan sebagainya. Namun itu tak menggoyahkan diri kakek enam cucu ini.
Lahir di Medan, Sumatera Utara, Indonesia, pada tanggal 17 Desember 1937. Di kota kelahirannya ini lah ia menempuh pendidikannya mulai dari sekolah dasar sampai universitas. Namun, ia tak melanjutkan pendidikan waktu di universitas, ia lebih memilih bekerja di sebuah pabrik perkebunan. Tak lama bekerja, ia berhenti lalu berlanjut sebagai seorang pebisnis.
Pria yang juga gemar membaca ini mengawali dengan berbisnis tekstil pada tahun 1958. Dua tahun kemudian ia pindah ke Jakarta dan mendirikan pabrik pembuatan polekat, bahan sarung, yang pertama di Jakarta. Karir bisnisnya berjalan mulus, hingga pada 1967 ia mendirikan perusahaan batik dan diikuti membuka pabrik penyelupan. Ia juga sempat membeli pabrik batik di Batu, Jawa Timur, tahun 1972.
Kawasan pabrik Texmaco seluas 1.000 hektare di Subang, Jawa Barat, lengkap dengan sekolah politeknik mesin, diresmikan oleh menteri perindustrian waktu itu, Ir. Hartarto. Setelah sebelumnya, juga sempat membangun pabrik polimer di semarang tahun 1977, 1985 dan 1986. Di ungaran, ia mendirikan pabrik garmen yang sekarang dikelola oleh adiknya, Marimutu Manimaren.
Di Serang pulalah pabrik alat berat dan mesin Texmaco dipusatkan. Salah satu produknya antara lain, Truk perkasa yang dipesan oleh TNI sebanyak 800 unit. Di Karawang, exmaco juga membangun kompleks pabrik tekstil seluas 250-an hektare. Produknya yang dikenal luas dengan merek Simfoni dan Texana, selain untuk kebutuhan dalam negeri juga banyak dipesan beberapa perusahaan terkenal, seperti Mark & Spencer dari Inggris atau Tomy Helfinger dari Amerika Serikat.
Riset dan analisa oleh Bobby Reza S