Profil
Mas Mansur
Namanya Mas Mansoer. Ia adalah putra bangsa kelahiran Surabaya, 25 Juni 1896. Namanya dikenal semenjak ia aktif di dunia politik dan ikut terjun dalam memperebutkan tanah air dari tangan Belanda dan Jepang. Sebelumnya, ia belajar secara otodidak mengenai dunia politik saat dirinya menimba ilmu di Mekkah. Saat itu, terjadi pergolakan politik besar-besaran yang memaksanya untuk segera meninggalkan Mekkah dan berpindah tempat menuju Mesir.
Di Mesir, ia belajar kembali mengenai dunia politik yang dijangkitkan melalui semangat-semangat nasionalisme dan pembaruhan rakyat. Ia aktif mencari dan mendengarkan pidato-pidato yang memupuk semangat juang rakyat Mesir. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke tanah air dan bergabung dengan partai politik Sarekat Islam (SI) yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Di sana, ia ditunjuk sebagai Penasehat Pengurus Besar SI.
Pada masa itu, Sarekat Islam dikenal sebagai sebuah organisasi yang radikal dan revolusioner. Pengalaman mengajarkan pria yang akrab disapa Mansur ini berkeinginan kuat dalam mengembangkan semangat juang rakyat melalui organisasi pergerakan nasional. Tak hanya bergabung dengan sebuah organisasi politik, Mansur juga aktif menulis artikel dan menuangkan opininya di berbagai media massa.
Kepiawaiannya dalam berdiskusi rupanya mampu membawa ayah dari enam anak ini menjadi perwakilan Indonesia bersama dengan HOS Cokroaminoto dalam Muktamar Alam Islami Far'ul Hindisj Syarqiyah (MAIHS) yang diadakan di Mekkah.
Pada tahun 1921, Mansur bergabung dengan organisasi Muhammadiyah dan diangkat menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1937 setelah berdiskusi panjang karena sebelumnya dirinya enggan menjabat sebagai Ketua. Di tahun yang sama, suami dari Siti Zakijah ini membuat gebrakan politik dengan memprakarsai berdirinya sebuah partai rintisan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
Banyak hal yang dilakukan Mansur dalam melakukan pembelaan terhadap Indonesia saat berjuang melawan penjajah membuat langkahnya terus dipantau. Terbukti pada tahun 1942 saat Jepang menduduki wilayah Indonesia, Mansur mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia membentuk PETA (Pembela Tanah Air) bersama Ir. Soekarno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara yang semula merupakan organisasi yang berkembang dari PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat).
Kukuh berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berhasil diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Mansur ditangkap oleh NICA pada tahun 1946. Saat itu, ia dipaksa berpidato di hadapan rakyat untuk menghentikan perlawanan terhadap tentara sekutu, namun ia menolak dengan tegas. Akibatnya, ia dijebloskan ke dalam penjara dan meninggal pada tanggal 25 April 1946. Ia dimakamkan di pemakaman Gipo Surabaya.
Atas jasa-jasanya dalam membela negara, Mansur dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden RI nomor 590/1961 tanggal 9 November 1961.
Riset dan Analisa oleh Atiqoh Hasan