Profil
Ni Ketut Cenik
Ni Ketut Cenik adalah seorang maestro Tari Pingit dan Legong Playon yang berasal dari pulau Dewata, Bali. Ni Ketut Cenik lahir pada tahun 1922 di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia lahir di kalangan keluarga yang sangat sederhana. Ibunya memberi nama Cenik sesuai dengan tubuh mungil Ni Ketut Cenik saat lahir. Sejak bocah, Cenik sudah menunjukkan kegemarannya untuk menari. Di pojok bale banjar, di halaman depan pura, bahkan di tegalan sawah saat dia menggembala selalu saja Cenik sempatkan untuk menari. Tiap dia menari, mulutnya mengumandangkan tiruan bunyi gamelan.
Orang-orang sekitar yang melihat Cenik menari dibuat terkagum-kagum. Menginjak remaja, hasrat Cenik untuk menjadi seorang penari kian menggebu, tetapi berkali-kali tak kesampaian karena ia memang tidak cukup semampai dan gemulai. Tak satu pun sekaa (kelompok) dan guru tari yang mau mengajarnya. Teman-teman sebayanya sudah sibuk tampil ketika piodalan (upacara) di pura, Cenik tetap terasing, tak diajak serta. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Wayan Kurir yang bersedia mengajarinya tari joget Pingitan serta Anak Agung Mandra Ukiran yang mengarahkannya menjadi penari arja (drama tari Bali).
Ketika Cenik telah menguasai tari joget Pingitan dan arja, dia segera mencari banyak murid untuk menurunkan ilmu yang dia miliki. Cenik juga tidak hanya mendalami tari joget Pingitan karena dia juga menguasai hampir semua jenis tari. Salah satunya adalah drama tari Calonarang yang sangat digemarinya di mana dia di sini tampil sebagai penari tunggal memerankan bermacam tokoh, menarikan berbagai macam tarian dimulai dari Legong, jauk, baris, tari Barong, pandung, hingga topeng di satu pentas, dalam satu kali penampilan, tanpa jeda. Energi yang dimiliki oleh Cenik memang luar biasa, vitalitasnya tak terbendung, dengan gerakan jauh dari kesan gemulai.
Sebagai penari joget, ia selalu menari berteman kipas. Jika penari lain memainkan kipas dengan halus, Cenik memainkannya dengan sentakan-sentakan kuat. Tarian Cenik adalah gerakan yang sangat energik, ekspresif, mengesankan tarian yang kasar, diletupkan sepenuh tenaga sepanjang pertunjukan. Gaya dan gerakannya di pentas hanya menjadi miliknya. Tak seorang pun sanggup meniru, apalagi menyamai gerakan itu.
Ni Ketut Cenik memiliki semangat hidup, keanggunan dan pesona yang membuat semua orang seakan tersihir saat melihatnya menari. Dia juga seorang guru yang dihormati oleh seluruh muridnya baik yang berada di dalam maupun luar negeri. Pada 24 Juli 2010, Ni Ketut Cenik menghembuskan nafas terakhirnya. Dia meninggal setelah mengalami gagal jantung. Jasadnya dikremasi pada 25 Juli 2010, upacara kremasi ini tidak diumumkan oleh keluarga kepada publik. Jasad Ni Ketut Cenik dikubur di setra Alas Arum, satu kilometer selatan tanah kelahiran dan tempatnya menghabiskan seluruh usia, Desa Batuan, Gianyar, Bali.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh