Profil
Nurcholish Madjid
Nurcholish Madjid atau yang populer dipanggil Cak Nur ini merupakan penggagas pluralisme pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Ia adalah budayawan sekaligus cendekiawan muslim milik bangsa. Cak Nur sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial, terutama setelah berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam mengembangkan ajaran Islam yang moderat.
Cak Nur dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Mojokerto, Jawa Timur. Ayahnya, KH Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi. Dari kedua orang tuanya, Cak Nur mewarisi darah intelektualisme dan aktivisme dua organisasi besar Islam di Indonesia, yaitu Masyumi yang modernis dan Nahdlatul Ulama (NU) yang tradisionalis.
Mantan ketua HMI di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah ini pernah berjasa dalam krisis kepemimpinan yang dialami bangsa Indonesia pada tahun 1998. Cak Nur adalah orang yang sering dimintai nasehat oleh Presiden Soeharto mengenai kerusuhan dan krisis negara. Atas saran Cak Nur, akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya untuk menghindari permasalahan yang lebih parah.
Pembaharuan Islam yang dicetuskan pria pendiri pondok pesantren Tebuireng ini sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial, seperti halnya alm. KH Adurrahman Wahid (Gus Dur). Ide dan gagasan Cak Nur tentang pluralisme juga tidak sepenuhnya diterima dengan baik di kalangan masyarakat Islam Indonesia. Gagasan mantan rektor Universitas Paramadina ini yang paling kontroversial adalah saat ia mengungkapkan gagasan "Islam Yes, Partai Islam No?" yang ditanggapi dengan polemik berkepanjangan sejak dicetuskan tahun 1960-an.
Nama Cak Nur sempat mencuat ketika ia disebut-sebut sebagai kandidat terkuat calon presiden di Pemilu 2004. Akan tetapi, keputusannya sebagai capres independen yang terlalu dini dan menyatakan bersedia mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Golkar tapi kemudian mengundurkan diri, telah memerosotkan peluangnya meraih kursi orang nomor satu se-Indonesia itu.
Selain menjabat sebagai rektor, semasa hidupnya Cak Nur juga aktif menjadi pembicara dalam seminar internasional Islam di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, ia banyak menulis makalah-makalah yang diterbitkan dalam berbagai majalah, surat kabar dan buku suntingan, beberapa di antaranya bahkan berbahasa Inggris.
Cak Nur meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 akibat penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara.