28 Bom Rakitan Abdul Basith Cs Berdaya Ledak Hingga 30 Meter
Merdeka.com - Polisi telah menemukan bom rakitan sebanyak 28 saat melakukan penangkapan Dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith. Ia ditangkap di kawasan Tangerang.
Kepala Urusan (Kaur) Peledak Puslabfor Mabes Polri Kompol Heri Yandi mengatakan, 28 bom rakitan itu memiliki daya ledak hingga 30 meter. Bom rakitan itu menggunakan bahan peledak merica, paku, dan deterjen.
"(Bom rakitan) diuji coba diledakkan, kerusakannya cukup kuat, bisa jarak 30 meter," kata Heri di Polda Metro Jaya, Jumat (18/10).
-
Apa yang meledak di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
-
Siapa yang ditangkap saat menempatkan bahan peledak? Sejarahnya dimulai dari peristiwa 5 November 1605 O.S., saat Guy Fawkes, seorang anggota Gunpowder Plot atau Plot Bubuk Mesiu, ditangkap saat menempatkan bahan-bahan ledak di bawah ruangan Dewan Bangsawan.
-
Bagaimana cara membuat bahan peledak pada bejana tersebut? Pecahan 737 berisi sisa-sisa sulfur, merkuri, magnesium, dan nitrat. Magnesium diduga didatangkan dari Laut Mati, di mana bahan tersebut diekstraksi pada masa itu.
-
Dimana bom itu diyakini berada? Hal ini diduga karena nuklir ini berada di sebuah pantai lepas di pulau Tybee, Georgia, sebab selama beberapa waktu di daerah ini tercatat memiliki tingkat radioaktif yang tinggi.
-
Apa yang meledak di Gudang Amunisi Kodam? 'Yang namanya markas TNI yang namanya gudang munisi yang pasti dibangun jauh dari tahun tahun sebelumnya. kemudian seiring perkembangan zaman, kesini perkembangan perumahan sehingga merapat ke instalasi militer,' ujarnya.
-
Siapa yang bercanda membawa bom? 'Kami sampaikan bahwa pesawat Pelita Air dengan no penerbangan IP 205 tujuan Jakarta mengalami keterlambatan penerbangan dikarenakan terdapat penumpang yang bercanda membawa bom,' katanya.
Saat itu, polisi menemukan sejumlah komponen untuk membuat bom rakitan seperti deterjen, serbuk korek api yang telah dihaluskan, dan merica.
Heri menjelaskan, merica yang digunakannya itu dapat menimbulkan efek yang dapat merusak pada mata orang-orang yang berada di sekitar lokasi peledakan.
"Merica sifatnya pedas dengan harapan (saat diledakkan) asapnya bisa melukai mata. Ada juga (barang bukti) paku yang dililit di luar wadah botol, dilakban, dan kalau meledak bisa melukai orang di sekitar kejadian," jelasnya.
Berencana Meledakkan Bom Rakitan saat Aksi Mujahid 212
Dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith bersama tersangka lainnya telah merencanakan melakukan aksi pengeboman dengan bom rakitan pada aksi mujahid 212.
Hal itu lantaran mereka belum puas melakukan aksi pelemparan bom molotov di Pejompongan saat aksi ujuk rasa mahasiswa yang berakhir ricuh pada 24 September 2019.
Usai aksi pada 24 September 2019, mereka menggelar rapat di rumah tersangka SO di kawasan Tangerang pada malam hari. Pertemuan dihadiri tersangka SO, SN, DMR, JA, dan AK itu membahas membuat bom rakitan sampai penentuan eksekutor ledakan.
"Dievaluasi ternyata kurang maksimal kegiatan (peledakan) untuk mendompleng membuat chaos (kerusuhan) tanggal 24 September, makanya tanggal 24 (September) malam," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jumat (18/10).
Kemudian 25 September, tersangka Laode S mencari pembuat bom rakitan dan diperintahkan untuk menghubungi Laode N dan Laode A di Papua. Laode N dan Laode A diberi Rp 8 juta oleh Abdul guna menuju Jakarta. Untuk pembuat bom lain, yaitu JH berada di Bogor.
"(Abdul Basith) Juga memberi uang kepada SO senilai Rp 1 juta untuk membeli bahan-bahan (bom rakitan)," ujarnya.
Laode N dan Laode A tiba di Jakarta 26 September dan langsung ke rumah JH di kawasan Bogor, Jawa Barat. Lalu, 27 September, pertemuan perencanaan digelar lagi di rumah SO.
Dalam pertemuan itu, ada juga Abdul, YD, dan Laode S di sana. Namun, polisi langsung menyergap mereka pasca pertemuan.
Setelah melakukan pemeriksaan secara mendalam, ternyata mereka telah melakukan perencanaan untuk mengebom ritel Indomaret di seluruh Jakarta pada 28 September 2019.
"Mau ledakkan ritel Indomaret," kata Kasubdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Dwiasi Wiyatputera.
Sebelumnya, Abdul Basith yang merupakan Dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB) turut serta dalam aksi unjuk rasa menggunakan peledakan bom molotov. Aksi yang diikuti yakni pada saat aksi mahasiswa pada 24 September 2019.
Abdul Basith awalnya merencanakan aksi peledakan tersebut di rumah salah satu tersangka yakni tersangka SN di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan bersama tersangka SS, SO, AB, dan YD pada 20 September 2019.
"Pada rapat di Ciputat itu sudah terjadi permufakatan untuk membuat suatu kejahatan yaitu mendompleng unjuk rasa tanggal 24 September yaitu untuk membuat chaos (kerusuhan), pembakaran," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jumat (18/10).
Saat itu, mereka membagi peran untuk meledekan bom molotov tersebut yakni mulai dari perencana, pembuat bom molotov, hingga eksekutor peledakan.
Lalu, memasuki tanggal 23 September 2019, tersangka YD sepakat untuk membuat bom molotov yang rencananya diledakkan pada 24 September 2019. Oleh karena itu, YD melaporkan rencana pembuatan bom molotov itu kepada Abdul Basith.
"Setelah lapor ke AB (Abdul Basith), AB menyampaikan untuk menghubungi EF guna meminta uang sebesar Rp 800.000," ujarnya.
Saat ini, Abdul Basith dan tersangka lainnya yang merencanakan peledakan bom rakitan telah ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya.
Mereka dijerat Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan atau Pasal 169 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 KUHP Jo pasal 56 KUHP.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bakamla RI melakukan uji fungsi senjata SMASH 30 MM di Pulau Petong, Batam.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI mengatakan, sifat serpihan proyektil dan selongsong amunisi yang tercecer sangat sensitif jika tidak ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaPenyebab kebakaran tersebut diduga di faktor usia munisi yang telah berusia 10 tahun lebih menjadi lebih berbahaya.
Baca Selengkapnya65 ton amunisi tersebut terdiri dari Munisi Kaliber Kecil (MKK) dan Munisi Kaliber Besar (MKB) kedaluwarsa.
Baca SelengkapnyaInformasi itu membuat penyidik mendalami keahlian dari karyawan KAI itu dalam merakit senjata.
Baca SelengkapnyaGudang yang meledak itu diketahuinya terletak di dalam kompleks Markas Gegana Satbrimob Polda Jatim.
Baca SelengkapnyaGudang munisi nomor 6 itu berisi banyak amunisi kedaluwarsa dan pengembalian dari berbagai satuan dilayani Kodam Jaya di seluruh wilayah Jakarta ini.
Baca SelengkapnyaWarga juga sempat melihat ada benda yang meluncur ke atas seperti mercon namun tidak meledak di atas.
Baca SelengkapnyaSebanyak 15 anggota Gegana yang sedang belajar melakukan latihan analisis ledakan saat markas Brimob Polda Jatim meledak.
Baca SelengkapnyaApet memastikan tidak ada warga yang menjadi korban dari peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaKesimpulan awalnya adalah bahan dari flash powder atau bahan yang biasa dipakai untuk mercon, bondet dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaLedakan diduga berasal dari sisa temuan bahan peledak yang belum dimusnahkan.
Baca Selengkapnya