Berkeliling Kota Berwisata Kuliner di Dalam Bus
Merdeka.com - Andang Panggi Samukti menganggur sejak Maret 2020. Enam armada bus yang ia kelola untuk jasa perjalanan wisata tak beroperasi akibat pandemi Covid-19. Andang yang menggantungkan perputaran ekonomi dengan aktivitas pelancong untuk bepergian dipukul habis oleh pandemi.
"Berhenti total," katanya ringkas, Jumat (10/7).
Situasi kenormalan baru atau new normal, ia tanggapi membuka peluang aktivitas wisata kembali berdenyut. Namun, ia juga menyadari, pengalaman bepergian akan sangat berbeda dan orang-orang masih digelayuti was-was karena masih dalam keadaan pandemi virus corona (Covid-19). Andang pun mesti memeras otak.
-
Bagaimana cara ‘reset’ pikiran dengan liburan? Liburan bisa menjadi cara efektif untuk ‘reset’ pikiran yang penuh dan menenangkan diri dari rutinitas yang melelahkan.
-
Atraksi apa yang ditampilkan? Personel grup sirkus asal Rusia, The Nikolaevs melakukan atraksi akrobatik Flying Trapeze di Atrium Utama Mal Pondok Indah 2, Jakarta, Minggu (30/6/2024).
-
Bagaimana cara menikmati wisata di Jawa Barat? Di sini pengunjung bisa berkeliling menggunakan mobil pribadi atau bus yang sudah disediakan pengelola Taman Safari.
-
Di mana tempat wisata yang menawarkan pengalaman interaktif? Bagi yang ingin melihat lebih dekat spot istimewa yang menggabungkan seni dan teknologi, TeamLab Future Park adalah jawabannya.
-
Mengapa wisata ini aman untuk pemula? Pengelola juga menyebut jika wisata ini terbilang aman bagi pemula. Namun untuk pemilik fobia ketinggian disarankan tidak menjajal tebing Masigit, dan bisa menikmati keindahannya dari pinggir tebing maupun bawah.
-
Bagaimana cara untuk merasakan liburan yang menyenangkan? Selamat menikmati waktu bersantai.
Di awal Juli 2020, Andang lalu bertemu Acis Alfero. Acis bergerak di bisnis kuliner di Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Sejumlah rumah makan yang ia kelola juga terpuruk akibat pandemi Covid-19.
"Selama pandemi, orang menahan diri tetap berada di rumah. Tiga rumah makan yang saya kelola sepi," kata Acis.
Andang dan Acis, mulanya saling berbincang tentang kesulitan masing-masing di masa pandemi. Singkat cerita, terbersit kemudian ide wisata keliling kota. Mereka mengonsep perjalanan trayek pendek berkeliling kawasan perkotaan Purwokerto sembari menikmati sajian kuliner di dalam bus.
Ide itu lalu mereka namakan Matas (makan di atas) Bus. Menyadari kunci pemulihan wisata adalah kepercayaan publik, mereka harus memastikan perjalanan aman sekaligus nyaman. Andang dan Acis lantas menerapkan protokol kesehatan mulai dari pengecekan suhu, keberjarakan antar penumpang, juga penggunaan face shield.
"Bus berkapasitas 50 penumpang. Kami hanya mengisi 13 penumpang setiap perjalanan," kata Andang.
Mulai beroperasi pada Jum’at (10/7), Andang dan Acis tak mengira Matas Bus direspon baik. Pemesanan tiket penuh dari dua armada yang beroperasi dalam 4 pembagian jadwal perjalanan. Rata-rata kategori pemesan Matas Bus adalah keluarga atau sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas tertentu.
Natalia (60) warga Grecol, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga semisal penasaran saat mendapati promosi Matas Bus. Menerima informasi dari media sosial, ia tertarik ingin mencoba berkuliner sembari keliling kota menumpang bus. Pada Jum’at (10/7), Natalia memesan dua kursi bersama satu temannya yang sama-sama alumni salah satu sekolah menengah pertama di Purbalingga.
"Selama Covid sumpek. Jadi ingin jalan-jalan, tetapi tidak dalam waktu panjang," kata Natalia.
Matas Bus, dijelaskan Andang dan Acis memang menawarkan moda jarak pendek yang memilih rute khusus di pusat kota Purwokerto. Lama perjalanan juga hanya 60 menit. Selama perjalanan, para penumpang bisa menikmati sajian mulai dari Mie Ayam, Spaghetti Bolognaise, Waffle Ice Cream, Cheese Stick serta menu lainnya yang jadi satu paket perjalanan.
"Kami menilai ini sebagai inovasi berwisata. Kami juga terinspirasi dari beberapa kolaborasi kuliner dan wisata perjalanan di sejumlah daerah lain," kata Acis.
Kehadiran Matas Bus juga jadi langkah baru bagi Novita Dewi Desiana Putri. Sebelumnya, ia bekerja di Semarang dan diberhentikan karena pandemi Covid-19. Tiga bulan menganggur dan pulang kampung ke Purwokerto, ia sempat memutar kemudi ekonomi berjualan daring. Saat mendengar Matas Bus, ia mendaftar dan diterima jadi pramusaji.
"Jadi ada pemasukan setelah lama menganggur. Memang pengalaman berbeda di Matas Bus ini," kata Novi.
Andang dan Acis berpendapat setidaknya saat ini, mereka sedikit bisa bernafas lega. Ia harap inovasi wisata yang memadukan perjalanan pendek dan kuliner ini bisa mendukung rencana bepergian di situasi normal baru. Matas bus, wisata kuliner di dalam bus, mereka harap bisa jadi kemudi baru untuk menjalankan roda perekonomian yang terhenti akibat pandemi covid-19.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bus wisata atap terbuka menjadi wisata alternatif bagi sebagian warga Jakarta untuk menikmati liburan, terlebih ketika memasuki masa libur sekolah.
Baca SelengkapnyaKelakuan penumpang bus ternyata ada juga yang absurd. Mulai dari mie cup pakai AC hingga kaki di atas sandaran. Yuk simak selengkapnya
Baca SelengkapnyaHari libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 dimanfaatkan warga ibu kota dan sekitarnya untuk berlibur ke sejumlah tempat wisata di Jakarta.
Baca SelengkapnyaBus tersebut tidak memiliki kelengkapan surat-surat seperti uji KIR, STNK.
Baca SelengkapnyaSaat lagi pusing menyetir, mobil ini bertemu dengan bus tebak kata. Pasti rasa kantuk langsung sirna seketika.
Baca Selengkapnya