Bukan Sembarang Hewan, Manfaat Ulat Ini buat Lingkungan Tak Terduga
Meski ada temuan ini, tetap penting diingat bahwa enzim pada ulat tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Sampah plastik kini semakin tak terbendung. Padahal, limbah plastik termasuk media yang paling sulit diurai.
Bukan Sembarang Hewan, Manfaat Ulat Ini buat Lingkungan Tak Terduga
Sampah plastik menjadi musuh bersama di banyak negara. Sampah plastik menjadi masalah serius yang mengancam lingkungan karena sulitnya terurai.
Ragam kampanye dan cara sebenarnya sudah dilakukan untuk menekan pengunaan plastik. Tetapi dampaknya tak terlalu signifikan.
Baru-baru ini, beredar informasi yang mengungkap fakta soal manfaat dari ulat lilin. Yakni, bisa memusnahkan sampah plastik. Temuan ini sekaligus menjadi inovasi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif sampah plastik pada lingkungan.
Dalam sejumlah penelusuran, dijelaskan bahwa sampah plastik baru dapat terurai dalam 10 hingga 500 tahun ke depan. Bahkan, pada beberapa jenis sampah plastik butuh 1000 tahun untuk hancur.
Sementara dengan penelitian ini, air liur ulat lilin terbukti bisa menguraikan plastik hanya dalam beberapa jam saja.
Mengutip laman National History Museum, dijelaskan bahwa para peneliti di Eropa telah berhasil menemukan bahwa air liur ulat lilin memiliki kemampuan mengurai jenis plastik yang paling umum, yaitu polietilen. Mereka telah mengidentifikasi dua enzim yang mampu memecah rantai panjang polimer plastik menjadi rantai yang lebih pendek.
Enzim-enzim tersebut diberi nama Demetra dan Ceres, yang terbukti efektif dalam mengurai polietilen menjadi fragmen yang lebih kecil.
Dr. Federica Bertocchini, salah satu penulis makalah memaparkan penemuan ini di Nature Communications. Dia menyatakan bahwa molekul-molekul ini memiliki potensi untuk diaplikasikan dalam skala industri untuk mengatasi masalah sampah plastik.
Meskipun penelitian ini masih berada dalam tahap awal, potensi penggunaan enzim dari ulat lilin ini sangat besar. Namun, dengan produksi massal enzim serupa disinyalir dapat memulai langkah pertama menuju penguraian sampah plastik.
Salah satunya adalah dengan penggunaan fasilitas pengelolaan limbah untuk mengurai plastik yang terkumpul, dan pada akhirnya memungkinkan juga untuk digunakan secara pribadi di rumah.
Namun, sebelum mencapai tahap ini, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dengan enzim-enzim itu. Termasuk dampak samping dari proses oksidasi plastik yang terurai.
Hingga saat ini, walaupun tim peneliti telah berhasil melakukan penemuan tersebut, mereka mengaku terus melakukan studi untuk menentukan metode "ulat lilin" yang paling efektif dalam mengurai sampah plastik.
Meski ada temuan ini, tetap penting untuk diingat bahwa penggunaan enzim tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik.
Upaya untuk mengurangi dampak sampah plastik harus dimulai dengan kesadaran tiap individu, termasuk pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, praktik daur ulang yang efisien, dan pengelolaan sampah yang lebih baik.