Cerita Sultan temui teroris Maman Abdurrahman di Nusakambangan

Merdeka.com - Penyerang polisi di Cikokol, Tangerang, Sultan Azianzah ternyata anggota kelompok Jamaah Ansorut Daulat (JAD). Dia pernah menjenguk pimpinan JAD, Maman Abdurrahman di Nusakambangan.
"SA ini pada periode Juni 2015 pernah berkunjung ke Nusakambangan terdeteksi dari tim surveillance kita," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Gedung Humas Polri, Jakarta, Jumat (21/10).
Mabes Polri menyebut Sultan Aziansyah (22) pelaku penyerangan Pospol Cikokol, Tangerang aktif dalam jaringan Maman Abdurrahman. Namun, aktivitas Sultan Aziansyah selama mengikuti jaringan terorisme itu tidak terpantau pihak keluarga.
Boy mengungkapkan jika Sultan sangat tertutup dengan keluarganya. Bahkan, keluarga mengakui Sultan kerap berbohong agar bisa melakukan aktivitasnya dengan kelompok Maman Abdurrahman.
"Selama ini berusaha pengawasan namun lebih banyak tertutup. Bilang bekerja ternyata enggak, sering pergi dari rumah dan alasannya ingin ke warnet dan sebagainya," ujar dia.
Bukan hanya itu, dari keterangan keluarga, Sultan mulai berubah sejak tahun 2013. Di mana Sultan Aziansyah sering melakukan kegiatan di luar bersama orang-orang yang tidak dikenal pihak keluarga.
Tak hanya itu, dia juga mulai aktif mengikuti jejak Fauzan Al Anzhori yang merupakan pimpinan salah satu pondok pesantren di Ciamis. Orangtua dan kakak Sultan pernah mendatangi pondok untuk membawa pulang, namun Sultan malah melarikan diri dan kembali ke pondok tersebut.
"Orangtua dan kakaknya datang ke pondok di Ciamis pada bulan Oktober 2015, rentang Juni dan Oktober di situ proses interaksi SA dengan kelompok ini," ungkapnya.
Keluarga rupanya sudah curiga dengan perilaku Sultan yang berubah drastis. Bahkan, salah satu kakak Sultan pernah melaporkan adiknya ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Jadi kakaknya yang polisi ini sudah pernah berupaya untuk melaporkan perilaku menyimpang adiknya ke BNPT," tuturnya.
Bukan hanya itu, dari pengakuan keluarga Sultan juga pernah dijemput dari salah satu pondok pesantren Tahfids Alquran Al Anshorullah, Ciamis. Sultan dijemput dari pondok pesantren sekitar Juni hingga Oktober 2015 karena memiliki hubungan cukup dekat dengan pimpinan pondok pesantren yakni almarhum Fauzan Al Anzhori.
"Empat bulan Sultan berada di pesantren, kakaknya berupaya menjemput tepatnya Oktober 2015. Bahkan sempat dilakukan pemeriksaan kepada Sultan di salah satu polsek terdekat. Ini upaya yang dilakukan kakaknya," ujar Boy.
Polda Metro Jaya telah mengirim tim khusus ke Ciamis, Jawa Barat untuk menelusuri tempat pendidikan Sultan dalam kasus penusukan anggota polisi di Cikokol, Kota Tangerang. Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan mengatakan, meski tersangka saat ini sudah dinyatakan tewas tetapi bukan berarti penyelidikan berhenti.
"Kita akan kirim tim ke Ciamis untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut lagi, termasuk padepokan yang menjadi tempat pendidikan tersangka," ujarnya ditemui di RS Siloam Karawaci saat menjenguk anggota polisi yang masih dalam perawatan.
Seperti diketahui, tiga anggota Polisi menjadi korban Sultan di kawasan sekolah pendidikan Yuppentek Cikokol, Kamis (20/10). Selain membawa stiker ISIS, Sultan juga membawa benda diduga bom.
Ketiga anggota polisi tersebut yakni Kompol Effendi yang merupakan Kapolsek Tangerang, Iptu Bambang Haryadi selaku Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Kota dan Bripka Sukardi sebagai anggota Satlantas Polsek Benteng Tangerang.
Polisi pun telah mengamankan sejumlah barang bukti dari tersangka dan di rumahnya seperti satu buah senjata tajam jenis pisau, satu buah senjata tajam jenis badik.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya