Deteksi Covid-19, Terminal Rajabasa Gunakan GeNose
Merdeka.com - Terminal Induk Rajabasa di Bandarlampung, Provinsi Lampung, segera menggunakan GeNose C19 kepada pelaku perjalanan di terminal ini dan akan melakukan perjalanan penyeberangan melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, guna mendeksi dini Covid-19.
"Tentunya kami bersyukur mendapat bantuan alat GeNose C19 dari pemerintah pusat, karena hal ini bisa membantu deteksi dini Covid-19 kepada pelaku perjalanan," kata Kepala Terminal Induk Rajabasa Herri Indarto, di Bandarlampung, Jumat (16/4).
Ia mengatakan bahwa pelaku perjalanan yang akan menjadi prioritas mendapatkan tes GeNose C19, yakni mereka yang dianggap rentan terpapar Covid-19, seperti anak-anak atau pun orang lanjut usia.
-
Apa yang dideteksi alat ini dalam napas? Teknologi ini didasarkan pada perangkat sensor ultra-sensitif yang mampu mengidentifikasi senyawa kimia spesifik dalam napas seseorang, yaitu isoprene.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Dimana alat ini bisa digunakan? Alat ini juga bisa dengan mudah disalurkan ke daerah-daerah terpencil atau pulau-pulau kecil dan juga bisa digunakan di kapal-kapal kargo.
-
Dimana teknologi ini diuji coba? Dalam penelitian mereka menyebutkan bahwa sinyal WiFi dapat mengintip ruangan-ruangan melalui dinding. Ketika ruangan tersebut menangkap sinyal WiFi lalu akan muncul huruf alfabet berbentuk 3D. Namun, teknologi ini masih dalam tahap uji coba untuk bisa sampai mengintip ke dalam isi rumah-rumah pribadi masyarakat.
-
Kenapa benda-benda tersebut dipakai? Pemakaian benda-benda seperti ini dianggap memiliki efek khusus seperti perlindungan, penyembuhan, dan mungkin dipakai sebagai jimat.
-
Mengapa alat ini diciptakan? Tujuan dari dibuatnya teknologi ini ialah ingin lebih banyak mendapatkan mimpi yang sadar di mana penggunanya sadar bahwa ia sedang bermimpi.
"Kami random saja memeriksanya, tapi prioritas anak-anak dan lanjut usia," jelasnya.
Herri menjelaskan, hasil deteksi dini Covid-19 menggunakan alat GeNose ini dapat diketahui dalam waktu dua menit, dan tingkat keakuratannya mencapai 90 persen.
"Sekali lagi ini untuk deteksi dini Covid-19. Jadi nanti sebelum diperiksa pelaku perjalanan akan diminta puasa dahulu 30 menit sebelum dilakukan tes dengan GeNose," terangnya seperti dilansir dari Antara.
Dia menambahkan, hasil tes dengan alat GeNose ini hanya berlaku selama 1x24 jam, sehingga tidak bisa dipakai untuk keperluan lainnya.
"Jadi bila deteksinya negatif atau sebaliknya mereka pun bisa melakukan tes ulang dengan GeNose lagi atau pun dengan rapid test atau PCR untuk memastikannya," ungkapnya.
Namun begitu, Herri menerangkan, yang menjadi kendala dalam penggunaan alat GeNose ini yakni kantong udara yang digunakan untuk pengecekan saat ini hanya diberi 300 buah.
"Yang jadi pertanyaan itu di apotek apakah ada atau tidak kantong udara," tutupnya.
Pada sisi lain, dia pun mengatakan bahwa pihaknya belum akan melakukan penutupan terminal atau penyekatan kendaraan karena masih menunggu arahan selanjutnya dari pemerintah pusat.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pj Gubernur ingin para pemilik gedung memasang water mist sebelum 11 September.
Baca SelengkapnyaMenhub mengatakan, salah satu penyebab utama adalah penurunan drastis populasi pesawat di dunia, yang membuat banyak pabrikan tidak beroperasi dengan baik.
Baca SelengkapnyaTerkait keefektifan water mist, Fitri mengklaim alat ini bisa mengurangi polutan PM2,5. Namun, ia tak merinci berapa besaran polutan yang bisa dikurangi itu.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Bagian Umum dan Protokol (Umprot) membuat alat yang bisa menangkap polutan di udara.
Baca SelengkapnyaPenyiraman air untuk mengurangi polusi dinilai tidak efektif jika areanya besar.
Baca SelengkapnyaKualitas udara di Jakarta pada Senin (6/5) pagi ini tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Baca Selengkapnya