Ganjar: Ajari Anak-Anak Sering Ucapkan terima Kasih dan Minta Maaf
Ganjar mengaku pernah di suatu ketika bertemu dengan seorang pelajar. Saat itu, Dia berdialog untuk mengetahui kebiasaan si anak.
Ganjar kemudian bercerita ketika bertemu dengan guru-guru.
Ganjar: Ajari Anak-Anak Sering Ucapkan terima Kasih dan Minta Maaf
Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengajak masyakarat membudayakan berucap kata maaf, tolong dan terima kasih dalam berkomunikasi. Menurut dia, membiasakan diri dengan hal tersebut akan menciptakan sikap saling menghargai dan menghormati ke sesama.
Hal itu disampaikan Ganjar saat hadiri ramah tamah dengan tokoh masyarakat dan lintas agama Kota Balikpapan, pada Selasa (5/12/2023) malam.
"Nilai-nilai yang mesti kita berikan ketika kita hidup bersama di bumi Indonesia. Menghormati orang, menghormati saudara kita yang berbeda apapun. Tidak bisa kita memaksakan kehendak sendirian. Itu nilai-nilai," kata dia.
merdeka.com
Ganjar kemudian bercerita ketika bertemu dengan guru-guru. Dia menitipkan pesan untuk mengajarkan anak didik mengucapkan kata-kata terimakasih, maaf dan permisi.
"Ajarilah anak-anak kita untuk sering mengucapkan terimakasih ketika diberi. Seringlah ajarkan kepada anak-anak kita untuk minta maaf ketika keliru," ujar dia.
"Ajarkan anak-anak kita untuk menghormati dengan sekedar bilang permisi saya mau lewat. Sederhana sekali," sambung dia.
Bukan tanpa sebab, Ganjar mengaku pernah di suatu ketika bertemu dengan seorang pelajar. Saat itu, Dia berdialog untuk mengetahui kebiasaan si anak.
"Nak kamu setiap hari kalau berangkat sekolah pamit gak sama orangtua mu?" tanya Ganjar.
"Oh pamit pak," jawab si anak.
"Bagaimana caranya kamu pamit?" tanya Ganjar.
"Whatsapp," ujar si anak.
Ganjar kemudian tertawa takala menceritakan kembali ke para tamu yang hadir.
Ganjar pun berpendapat, perkembangan teknologi tidak serta-merta menciptakan perasaan leluhur meskipun literasi dan referensi bisa dibaca melalui teknologi.
"Inilah dibanyak negara sekarang mencoba merivisi kembali ketika teknologi sudah menguasai ternyata membangun perasaan luhur tidak bisa semua dengan teknologi meskipun literasi referensi kita bisa kita baca dengan teknologi itu," tandas dia.
merdeka.com