Istri Nelayan di Banyuwangi Diberdayakan saat Musim Paceklik
Kondisi ekonomi keluarga nelayan amat ditentukan oleh hasil tangkapan ikan
Di Blimbingsari, misalnya, para istri nelayan membuat produk olahan ikan bakar.
Istri Nelayan di Banyuwangi Diberdayakan saat Musim Paceklik
Para istri nelayan di sejumlah kecamatan di Banyuwangi didampingi untuk mengembangkan usahanya saat musim paceklik ikan. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi Alief Rachman Kartiono mengatakan, pendampingan saat ini tengah berjalan pada kelompok istri nelayan di empat kecamatan, yakni di Blimbingsari, Muncar, Tegaldlimo, dan Pesanggaran. Masing-masing kelompok istri nelayan memiliki produk usaha yang berbeda-beda. Namun, keseluruhannya tak lepas dari hasil olahan produk laut.
-
Mengapa KKP mendorong istri nelayan untuk mengolah ikan? “Pengarusutamaan gender ini sangat penting, terutama jika istri atau keluarga nelayan mengolah ikan, mereka jadi bisa memiliki tambahan sumber ekonomi keluarga,“ jelas Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo di Banyuwangi.
-
Kapan nelayan Pantura mulai terdampak? Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Bagaimana nelayan Pantura beradaptasi dengan perubahan? Mereka tetap berlayar di zona-zona tangkap tradisional mereka dan mempertahankan metode penangkapan ikan yang sudah dijalankan sejak dahulu.
-
Dimana Nelayan Bojonegara cari ikan? Selain rumpon, memperkirakan waktu melaut berdasarkan pengalaman mereka menjadi salah satu strategi melaut. Mereka mengamati pola cuaca dan kondisi laut yang memengaruhi ikan seperti Januari hasil tangkapan akan baik serta November dan Desember ikannya akan sedikit.
-
Kapan nelayan Kebumen tenggelam? Musibah yang dialami Sodiran terjadi pada Senin (10/7) sekitar pukul 06.30 WIB.
Di Blimbingsari, misalnya, para istri nelayan membuat produk olahan ikan bakar. Sementara di Muncar, mereka membuat berbagai jenis kerupuk ikan.
"Sementara di Tegaldlimo itu, mereka membuat olahan dari siput laut. Kalau di Pesanggaran beda lagi. Ibu-ibu di sana membuat abon ikan," kata Alief.
Saat ini, Dinas Perikanan berupaya untuk menjangkau lebih luas program pemberdayaan itu. Daerah-daerah pesisir lainnya akan dijangkau. 'Ada lima kecamatan lain yang masih perlu untuk disentuh. Seperti di Banyuwangi, Kalipuro, Wongsorejo, Kabat, dan Purwoharjo. Kami masih susun dan rancang untuk pelaksanaannya," imbuh dia.
Kondisi ekonomi keluarga nelayan ditentukan oleh hasil tangkap
Ia menyebut, kondisi ekonomi keluarga nelayan amat ditentukan oleh hasil tangkap. Saat ikan melimpah, pundi-pundi yang bisa dibawa pulang juga cukup banyak. Sementara saat musim paceklik tiba, pemasukan sebagian nelayan nyaris tak ada. Untuk itu, para istri nelayan didampingi untuk membuat produk berkualitas dan memasarkannya.
Dengan demikian, mereka masih akan memiliki penghasilan meski saat musim paceklik. "Konsep pemberdayaan istri nelayan memang bertujuan agar mereka masih bisa berpenghasilan meskipun kondisi paceklik ikan," tambahnya.