Jadi Ketua LPOK, Said Aqil Harap Ormas Keagamaan Kerja Sama Perkuat Budaya Indonesia

Merdeka.com - Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) Said Aqil mengukuhkan keorganisasian LPOK. Dia menjelaskan lembaga tersebut adalah bagian dari seluruh ormas-ormas yang ada di Indonesia. Mulai dari antar organisasi islam 14 dengan organisasi di luar islam. Seperti PGI, KWI, Hindu, Buddha, serta Khonghucu.
"Dalam rangka ingin memperkuat budaya Indonesia, yaitu persatuan dan kesatuan, solidaritas sebagai bangsa, bukan hanya sekadar toleransi, saling tolong menolong, bergandengan tangan, gotong royong yg kita harapkan," kata Said usai melakukan pengukuhan di Gedung PGI, Jakarta Pusat, Sabtu (11/1).
Dia menegaskan LPOK bukan didasari perkumpulan politik serta kepentingan pihak-pihak lain.
"Bukan perkumpulan politik, saya tidak ada kepentingan politik sama sekali. Sudah umur 67, 3 tahun lagi sudah selesai. Tidak ada ambisi politik," tegas ketua umum PBNU ini.
Said menjelaskan nantinya lembaga tersebut akan memperkuat seluruh ormas keagamaan yang ada di Indonesia. Yaitu dengan cara berdiskusi mulai dari ekonomi hingga kesehatan. Dia mencontohkan jika nantinya ada rumah sakit, ada pengurus dari kalangan ormas.
"Jadi jangan hanya ketika mau bangun gereja datang ke tokoh-tokoh agama. Persaudaraan dibangun sebelum ada kepentingan," ungkap Said.
Dia juga menjelaskan LPOK juga masih menerima beberapa ormas untuk bergabung di dalamnya. Dia mengklaim lembaga tersebut terbuka pada siapa saja.
"Yang mau silakan. Baik di LPOK yang Islam, maupun LPOK, terbuka," kata Said.
Orang Cerdas Pasti Moderat
Said juga menyoroti masih tingginya sikap intoleransi dan radikalisme di Indonesia. Nahdaltul Ulama, dan LPOK kata dia, berkomitmen untuk membangun masyarakat yang cerdas. Menurut dia masyarakat yang cerdas akan menjadi moderat.
"Maka yang bisa membangun ide wasathiyah (moderat) orang-orang cerdas. Kalau yang tidak wasathiyah orang-orang yang tidak cerdas. Alias?" ujar dia.
Ia mengakui akan sangat sulit bagi NU membangun masyarakat yang toleran dan moderat jika masyarakat tidak cerdas.
"Tidak mungkin kita membangun sikap moderat tanpa back up berdasarkan intelektual, kecerdasan. Cerdas (sama dengan) moderat, tidak cerdas ya enggak moderat gitu aja," papar dia.
Islam Nusantara
Said juga membandingkan budaya Indonesia dengan budaya Arab. Salah satunya adalah konsep Islam Nusantara yang merupakan praktik keagamaan dengan dengan kearifan lokal budaya Indonesia.
"Budaya kita jauh lebih mulia daripada budaya Arab. Mohon maaf pak," ungkap Said.
"Saya tawarkan ide saya yaitu Islam Nusantara. Islamnya sama dengan semuanya. Tapi kita punya ciri khas budaya Nusantara," papar dia.
Ide Islam Nusantara, kata Aqil Siradj telah ia tawarkan kepada setiap tamu dari luar negeri yang merasa iri akan keharmonisan bangsa Indonesia. Termasuk juga ditawarkan kepada perwakilan pimpinan Taliban kala mereka bertandang ke Kantor PBNU.
"Setiap tamu yang datang ke kantor PBNU dari luar negeri semua ingin seperti Indonesia," ujarnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya