John Lie, kapten kapal heroik penembus blokade Belanda
Merdeka.com - Tentara Belanda dan polisi Inggris menyebutnya penyelundup. Sementara Pemerintah Indonesia menggelarinya pahlawan. Dia diburu patroli Belanda, tapi seluruh rakyat Indonesia mengelu-elukannya.
Itulah sosok John Lie , salah satu kapten kapal paling berani dalam sejarah TNI Angkatan Laut.
John Lie terlahir dari keluarga pengusaha di Manado tanggal 19 Maret 1911. Minatnya sangat besar pada dunia pelayaran. Lie kemudian bekerja di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), maskapai pelayaran Belanda.
-
Siapa Kapitan Tionghoa pertama di Tarutung? Kim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.
-
Apa yang istimewa dari Kapitan Lim? Kapitan Lim ini punya julukan Rumah Merah, karena warna bangunannya merah mencolok, ' kata kreator video Blessing Channel 80. Dulunya Rumah Milik Kapitan Batavia Menurut sejarahnya, sebelum dijadikan sebagai vihara, rumah merah ini merupakan rumah dari seorang kapitan di Batavia.
-
Dimana Kapitan Lim berada? Bingung ingin mencari restoran keluarga dengan nuansa Imlek di Jakarta Pusat? Datang saja ke Kapitan Lim di Jalan Haji Fachrudin No.82A, Kampung Bali, Tanah Abang.
-
Kenapa John Lie menjadi andalan TNI AL? Lie dikenal oleh kalangan tokoh militer sebagai sosok yang menjadi andalan. Prestasinya begitu gemilang serta menjadi andalan ketika puncak-puncak eksistensi republik.
-
Siapa Raja Laut? Latimeria menadoensis merupakan salah satu jenis ikan laut yang memiliki nama Indonesia Ikan Raja Laut.
-
Siapa yang mendapat penghargaan dari TNI? Anugerah Patriot Jawi Wetan adalah representasi dari kehadiran negara sampai pada lapisan paling bawah, yakni desa.Anugerah Patriot Jawi Wetan merupakan penghargaan yang diberikan kepada tiga pilar di desa atau kelurahan. Yaitu Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), serta Kepala Desa atau Lurah.
Saat Indonesia merdeka tahun 1945, Lie keluar dari KPM. Dia bergabung dalam Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Tahun 1947 dan 1948 Belanda menggelar agresi militer. Sebagian besar wilayah Indonesia kembali dikuasai Belanda. Republik Indonesia hanya meliputi Yogyakarta, dan sebagian Sumatera.
Belanda memblokade wilayah laut dan udara RI. Mereka berharap jika terus ditekan dan tak mengadakan kontak dengan pihak luar, Republik Indonesia akan mati pelan-pelan.
John Lie berjasa besar kala itu. Dia berani menembus blokade Belanda dengan kapal yang diberi nama The Outlaw. Dia dan sejumlah anak buahnya melintasi Selat Malaka dengan membawa karet, teh atau hasil bumi lainnya. Barang-barang dibawa ke Singapura untuk ditukar senjata dan kebutuhan republik lainnya.
John Lie mengemudikan kapalnya tengah malam. Tanpa penerangan sedikit pun agar tak ketahuan Belanda dan Inggris. Dia jadi legenda penyelundup. Radio BBC Inggris menjulukinya The Black Speed Boat.
John Lie juga seorang kristen taat. Dia selalu membawa alkitab di kapalnya. Majalah Life melukiskan sosoknya dengan with one hand a bible and the other a gun. Tapi perjuangan tak membedakan agama. John Lie pun memasok senjata untuk para pejuang di Aceh dan Sumatera yang Muslim.
Kapal The Outlaw berukuran 34 meter dan tak dilengkapi persenjataan. Jika mereka berpapasan dengan patroli Belanda dengan mudah pasti dikaramkan.
Untungnya nasib baik selalu menyertai John Lie . Dia pernah dihentikan dan ditodong senjata, tapi dilepas. Pernah juga ditangkap dan diadili tapi dibebaskan.
Aksi John Lie tak cuma menyelamatkan ekonomi Indonesia. Dia juga membuka mata internasional kapal milik ALRI masih eksis dan mampu menembus blokade Belanda. Ini hal penting dalam diplomasi internasional.
Tahun 1947 sampai 1949, John Lie paling tidak melakukan penyelundupan 15 kali. Dia dan awak kapal The Outlaw sama sekali tak dibayar. Mereka melakukannya karena semangat patriotisme.
Tapi rupanya Wakil Presiden Mohammad Hatta terkesan dengan keberanian John Lie dan awak kapal The Outlaw. Suatu hari Hatta mengirimkan kurir untuk membawa hadiah dan menyampaikan pesan.
"Senjata dan peluru yang dibawa The Outlaw sudah diterima dengan baik," tulis Hatta.
Surat itu membawa kegembiraan bagi seluruh awak Kapal Outlaw. Pekerjaan yang mereka lakukan dipuji oleh seorang wakil presiden.
Setelah Indonesia merdeka. John Lie memimpin kapal perang ALRI untuk menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan maupun PRRI/Permesta.
Tahun 1966 dia pensiun dari ALRI dengan pangkat terakhir Laksamana Muda. Setelah itu Lie membaktikan hidupnya untuk agama dan orang-orang miskin sampai meninggal tahun 1988.
Tahun 2009, 21 tahun setelah kematian John Lie , Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk sang pelaut pemberani ini.
Inilah gelar pahlawan nasional pertama bagi keturunan Tionghoa.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perwira tinggi TNI AL keturunan Tionghoa ini sempat ditugaskan untuk mengangkut komoditas ekspor ke luar negeri saat kas negara sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaLetnan satu-satunya yang memiliki darah asli Indonesia ini harus mengakhiri hidupnya dengan kecelakaan pesawat yang menimpanya pada tahun 1941.
Baca SelengkapnyaSalah satu figur pahlawan legendaris dari Pulau Bintan yang berjasa melindungi tanah kelahirannya dari jajahan bangsa Portugis.
Baca SelengkapnyaKopral Bagyo mengidolakan seorang purnawirawan TNI AL Djoni Liem yang mendapatkan julukan Semburan Mulut Berbisa.
Baca SelengkapnyaPurnawirawan TNI Angkatan Laut asal Maninjau ini dulunya pernah dipercaya menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss dan Vatikan.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaHari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaKim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaTekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca SelengkapnyaPengunjung bisa menikmati sajian lezat di restoran bekas bangunan vihara.
Baca Selengkapnya