Kisah Dokter Amira, Rela Berjuang Demi Senyuman Ibu-Ibu di Kabupaten Fakfak
Kadang dia harus terdampar lantaran cuaca yang tidak bersahabat.
Kadang dia harus terdampar lantaran cuaca yang tidak bersahabat.
Kisah Dokter Amira, Rela Berjuang Demi Senyuman Ibu-Ibu di Kabupaten Fakfak
Dr. Amira Abdat, Sp.OG., M.Ked., Klin menerima Merdeka Awards 2023 sebagai Sosok Inspiratif untuk Indonesia di Bidang Kesehatan.
Merdeka Awards adalah sebuah ajang penghargaan dan apresiasi kepada para pihak yang telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan negeri dan kemanusiaan.
Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) ini menyampaikan terima kasih kepada merdeka.com yang sudah memberikan penghargaan.
Tak lupa, ia berterima kasih kepada kedua orangtuanya yang telah mengizinkan dirinya mengabdi ke pelosok. Sang Ibu turut hadir pada acara Merdeka Awards, Jakarta, Rabu (30/8).
Dokter Amira merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 2020, mendedikasikan dirinya sebagai satu-satunya dokter spesialis kandungan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Ia juga secara rutin berbagi konten edukasi seputar kesehatan reproduksi dan kehamilan di platform media sosial miliknya.
Sebelumnya, pada tahun 2012, ia berhasil menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Setelah meraih gelar, tepatnya dari tahun 2013 hingga 2015, Dokter Amira menjadi dokter umum dengan penempatan di puskesmas pelosok Fakfak.
Dalam sambutannya, Dokter Amira menyebut Gerakan Jemput Bola merupakan program adopsi dari pengajar-pengajarnya di Universitas Airlangga. Alumnus Unair ini sebut dirinya melakukan pelayanan kesehatan dengan berkunjung dari rumah ke rumah pasien di Kabupaten Fakfak.
“Langkah-langkah yang kami lakukan adalah pelayanan door-to-door, masuk ke rumah-rumah pasien yang aksesnya sangat sulit untuk mendapat pelayanan kesehatan.” ujar Dokter Amira, Rabu (30/8).
Selain melakukan pemeriksaan USG untuk ibu hamil, Dokter Amira dan tim juga melakukan layanan kesehatan lain, seperti mengadakan pemeriksaan deteksi dini kanker mulut rahim dan memberikan edukasi seks.
“Kita langsung USG ibu-ibu hamil di sana, kita lakukan pemeriksaan deteksi dini kanker mulut rahim. Kemudian, kita edukasi seks pada anak-anak yang rentan dengan kekerasan seksual. Upaya tersebut kami lakukan dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi. Tentunya, untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan di pedalaman.” paparnya.
Terkadang, Dokter Amira bersama dengan tim harus menghadapi cuaca Papua yang tidak menentu. Mulai dari hujan hingga panas terik, melewati ombak sampai berhadapan dengan angin kencang, tidak mematahkan semangat Dokter Amira beserta tim untuk memberikan pelayanan kepada pasien di wilayah pedalaman.
“Kita harus terdampar di pulau berhari-hari, demi menjemput senyuman para ibu, perempuan-perempuan yang tidak berdaya dan merasa selama ini semuanya kelam. Ternyata kita dapat tunjukkan alhamdulillah berkat izin Allah, terang itu nyata adanya.” kata Dokter Amira.
Seiring waktu berjalan, upaya pelayanan langsung ke rumah dan pendekatan yang penuh empati menghasilkan dampak yang positif.Dilansir dari situs resmi Unair, Selasa (16/5), angka kematian ibu dan anak berhasil berkurang sebesar 60 persen. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, banyak pasien yang melahirkan memutuskan untuk memberi nama anak mereka Amira.
Terakhir, dr. Amira berpesan pada para tenaga kesehatan agar tidak pernah berhenti berbuat kebaikan. Ia percaya bahwa sekecil apapun kebaikan yang dilakukan, akan kembali pada siapapun yang melakukan.
“Jangan pernah menyerah pada keadaan. Segelap apapun jalanmu, pasti di ujungnya ada cahaya karena cahaya itu ada dalam dirimu sendiri. Tak perlu jadi sempurna, cukuplah jadi berguna bagi sesama,” pesannya.