Momen Dramatis Evakuasi Warga Lereng Gunung Lewotobi, Tim SAR Gendong Lansia Menembus Hutan ke Pengungsian
Banyak warga lansia harus dievakuasi dengan pelbagai cara untuk menjauh dari lokasi erupsi.
Banyak warga lansia harus dievakuasi dengan pelbagai cara untuk menjauh dari lokasi erupsi.
Momen Dramatis Evakuasi Warga Lereng Gunung Lewotobi, Tim SAR Gendong Lansia Menembus Hutan ke Pengungsian
Jumlah pengungsi korban erupsi gunung api Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat 4.681 orang. Jumlah itu tersebar di empat titik pengungsian.
Momen dramatis mewarnai proses evakuasi warga. Banyak warga lanjut usia (Lansia) harus dievakuasi dengan pelbagai cara untuk menjauh dari lokasi erupsi pada Rabu (10/1).
Anggota Satuan Brimob Polda NTT, Aipda Pen Christian Panie yang menjalani tugas di lokasi erupsi pun menggunakan pelbagai cara untuk mengevakuasi warga Lansia.
Dia harus memikul Lansia yang sudah tidak kuat untuk berjalan sehingga mereka memilih untuk bertahan di kaki gunung Lewotobi Laki-laki.
Aipda Pen mengevakuasi pasangan suami istri bernama Yohanes Bana Tobi dan Yuliana Jedo Kwuta, warga Desa Lawadule, Kecamatan Wulanggitang.
Pasangan Lansia yang tinggal di kaki gunung Lewotobi ini tidak bisa menjauh dari rumahnya untuk mengungsi karena faktor usia, sehingga tidak bisa berjalan jauh.
Aipda Pen kemudian berinisiatif menggendong Yohanes Bana Tobi berjalan kaki agar menjauh dari kaki gunung Lewotobi.
Evakuasi ini dilakukan karena Yohanes yang berusia 90 tahun mengalami mata rabun dan tidak bisa berjalan lagi.
Aipda Pen berjalan kaki memikul Yohanes melewati hutan dan jalan kecil hingga Yohanes bisa tiba di lokasi pengungsian.
Aipda Pen minta Yohanes tidak memikirkan rumah tinggal dan ternak, serta isi rumah.
Sedangkan istri Yohanes, Yuliana Jedo Kwuta dievakuasi beberapa relawan dari TNI dan Polri, serta Basarnas dengan melintasi medan yang cukup berat.
Pasangan suami istri Lansia ini pun bisa mendapatkan layanan yang lebih baik di lokasi pengungsian. Mereka mendapatkan layanan kesehatan, pelayanan pakaian dan juga makanan bersama warga yang lain.
Data dari BPBD NTT menunjukan pengungsi tersebar di enam tenda dengan jumlah 2.423 jiwa yang terdiri dari 1.191 laki-laki, 1.232 orang perempuan.
Ada juga 48 orang bayi, 204 orang balita, 11 orang ibu hamil, 43 orang ibu menyusui, 204 orang Lansia dan satu orang disabilitas.
Jumlah pengungsi
Sementara pengungsi di rumah warga tersebar di 10 titik desa sebanyak 1.587 orang, yang terdiri dari laki-laki 726 orang, perempuan 861 orang, bayi 18 orang, balita 98 orang, ibu hamil 4 orang, ibu menyusui 24 orang, Lansia 76 orang dan disabilitas empat orang.
Tercatat pula ada 204 pengungsi usia sekolah yang tersebar di tiga kecamatan yakni, Wulanggitang pengungsi usia Kober sebanyak 43 orang, SD 86 orang, SMP 39 orang dan SMA 36 orang.
Di Kecamatan Titehena, Kober sebanyak 5 orang, SD 13 orang, SMP 5 orang dan SMA 4 orang.
Kecamatan Demon Pagong, Kober sebanyak 3 orang, SD 19 orang, SMP 6 orang dan SMA 7 orang.
Ada pula pengungsi yang menempati fasilitas umum di tiga titik sebanyak 624 orang, yang terdiri dari laki-laki 298 orang, perempuan 326 orang, bayi 8 orang, balita 25 orang ibu hamil satu orang, Lansia 13 orang dan disabilitas satu orang.