Perjalanan karir Basofi Sudirman, dari Kopassus sampai jenderal
Merdeka.com - Markas Besar TNI Angkatan Darat merasa kehilangan sosok prajurit terbaik bangsa, Mayjen TNI (Purn) Basofi Soedirman yang meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, Senin, pada pukul 11.00 WIB karena sakit.
"Kita tentu merasa kehilangan prajurit terbaik bangsa, yang juga mantan Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, perjalanan karier Basofi Soedirman sangat panjang di TNI Angkatan Darat, bahkan merupakan prajurit yang dikenal dan disegani oleh prajurit TNI AD.
-
Kapan Jenderal Bambang Utoyo menjabat sebagai KSAD? Pada tahun 1955, Presiden Soekarno mengangkat Jenderal Mayor Bambang Utoyo sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-4. Ia menjabat dalam kurun waktu cukup singkat yakni pada 27 Juni 1955 – 28 Oktober 1955.
-
Kapan Jenderal Soekanto menjabat sebagai Kapolri? Jenderal Raden Said Soekanto menjadi Kapolri dari tahun 1945 hingga 1959.
-
Dimana Jenderal Bambang Utoyo lahir? Jenderal TNI AD ini lahir di pantai utara JawaTimur, petanya di Kabupaten Tuban pada 20 Agustus 1920.
-
Kapan Soekarno dilahirkan? Srimben pernah berkata kepada Soekarno kecil, kelak dirinya akan jadi pemimpin besar karena ia lahir saat fajar menyingsing.
-
Kapan Soetardjo menjabat Gubernur Jawa Barat? Setelah kemerdekaan dikumandangkan, adanya pembentukan sistem pemerintahan daerah maka Soetardjo ditetapkan menjadi Gubernur Jawa Barat berdasarkan UU No. 1 Tahun 1945.
-
Kapan Prabowo Subianto menjadi Panglima Kopassus? Panglima Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
"Prajurit yang seangkatan dengan saya dan di atas saya, sangat mengenal beliau yang santun dan disegani," kata Alfret.
Sosok Basofi Soedirman, kata dia, tidak hanya dikenal di kalangan prajurit TNI, khususnya TNI AD saja. Namun dikenal di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur dan masyarakat umum lainnya
"Dengan karier beliau yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jatim ini menunjukkan bahwa beliau bukan hanya prajurit yang baik, tetapi juga prajurit yang memahami kondisi bangsa, khususnya daerah Jawa Timur," katanya.
Sebagai penghormatan terakhir kepada pelantun lagu 'Tidak Semua Laki-Laki' itu, tambah Kadispenad, pemakaman almarhum Basofi Soedirman akan dilakukan melalui upacara militer.
"Garnisun yang akan mengatur semuanya. Ini merupakan penghargaan kita (TNI) kepada prajurit yang pernah membangun dan membesarkan TNI," kata Kadispenad.
Basofi Soedirman lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 20 Desember 1940, sebelumnya pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987-1992).
Beliau juga pernah menjabat Komandan Detasemen Tempur Kopasandha (kini Kopassus) pada 1971-1972, Komandan Batalyon 412 Brawijaya pada 1973-1974, dan Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad pada 1981-1983.
Dia juga pernah mengemban jabatan sebagai Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978), Asisten Teritorial Kodam IV/Brawijaya (1983-1984), Komandan Korem 083/Baladhika Malang (1984-1986), dan Kasdam Kodam I/Bukit Barisan (1986-1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes ABRI.
Di samping itu ia juga menjadi Dosen Sekolah Seskoad tahun 1979-1981. Ia sendiri mengikuti Seskoad pada tahun 1978, dan Seskogab tahun 1979.
Pada usia 47 tahun, Basofi memilih pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. Ia kemudian beralih ke dunia politik dan masuk Partai Golkar yang kala itu kental terkenal sebagai partai pemerintah era Orde Baru.
Almarhum yang semasa menjadi gubernur pernah berkarier sebagai penyanyi, dengan single 'Tidak Semua Laki-laki' adalah putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.
Berkat pengaruh ayahnya, sejak kecil Basofi sudah bercita-cita menjadi tentara. "Bapak selalu mengajak saya melihat-lihat kegiatan militer seperti tentara latihan. Saya melihat kebesaran Bapak saya di dunia kemiliteran itu, sehingga otomatis di benak saya nggak ada yang lain kecuali ingin jadi tentara." katanya suatu saat. Demikian dikutip Antara.
Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu.
Basofi meninggalkan seorang istri dan tiga anak, yaitu satu putri dan dua putra. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sosok Jenderal bintang empat TNI yang punya Perusahaan Otobus (PO).
Baca SelengkapnyaErick menyampaikan duka cita atas wafatnya Letjen TNI (Purn) Solihin GP.
Baca SelengkapnyaPria asal Ogan Komering Ulu Timur ini pernah terjun ke dunia politik maupun kepolisian Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Baca SelengkapnyaAgus sempat menjabat sebagai wakil kasad TNI dampingi Dudung
Baca SelengkapnyaSosok jenderal polisi bagian dari eks Korps Combatan Polri.
Baca SelengkapnyaKerap disapa Bang Nolly, pria asal Temanggung ini merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang patut untuk dikenang jasa-jasanya.
Baca SelengkapnyaSosok Irjen Agung Setya yang ditunjuk sebagai Kapolda Sumatra Utara yang baru.
Baca SelengkapnyaTry Sutrisno memiliki karir politik yang mentereng. Pada tahun 1956, dia diterima menjadi taruna di Atekad.
Baca SelengkapnyaMaruli pernah digendong calon presiden saat memenangkan Judo Military ASEAN pada tahun 1995.
Baca SelengkapnyaPria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.
Baca SelengkapnyaSoeharto memilih menjadi serdadu kolonial adalah pilihan realistis untuk lepas dari kemelaratan.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI Agus Subiyanto lahir pada 5 Agustus 1967. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Baros Mandiri 4 Cimahi.
Baca Selengkapnya